Prolog

121 21 10
                                    



     "Lo nggak boleh sakit Len." Lelaki itu terus berkata pada Elen. Entah sejak kapan lelaki yang sedang menggendong Elen bersikap semanis dan selembut ini kepadanya.

     "Turunin gue sekarang." Elen sungguh tidak nyaman.

    "Nggak, lo sebagai calon.." lelaki itu berdeham kecil lalu kembali melanjutkan kata-katanya. "Lo sebagai anak dari sahabat mama sama papa gue nggak boleh sakit."

Elen hanya diam, tidak bergeming sedikitpun. Entah dia harus apa. Dilihat oleh semua murid SMA Garuda. Dirinya sedang digendong oleh lelaki. Musuh bebuyutannya di sekolah, sekaligus cowok terkeren, termanis, tertampan di SMA nya.

     Coba aja gue nggak ceroboh, gue mungkin nggak bakal digendong kek gini. Elen sangat risih. Sesampainya di UKS lelaki ini segera menurunkan ia diatas tempat tidur, dan pergi mengambil alcohol serta merta dengan Betadine.

     "Ini cuman luka kecil, nggak perlu pakai begituan." Ujar Elen sembari memandang lelaki yang sedang membelakangi dirinya.

     "Gue mau lo cepat sembuh Len." Suara lelaki tersebut terdengar lebih lembut dari biasanya. Setelah menyiapkan plester dan kain kasa, lelaki tersebut langsung duduk di depan Elen, dia lalu mengobati kaki Elen. Elen hanya berdesah kecil ketika siku nya di pegang oleh lelaki itu.

     "Udah cepat, taro plesternya." Ujar Elen setengah kesakitan.

     "Iya.. iya." Ujar lelaki itu. Sebelum menempelkan plester pada siku Elen lelaki tersebut mencium plester itu, Elen menatapnya dengan bingung. Lelaki itu balas menatap Elen. lalu tertawa kecil.

     "Supaya cepat sembuh." Ujar lelaki itu dan menempelkan plester pada siku Elen. setelah itu Elen segera berdiri dan kembali ke kelasnya. Tetapi pada saat sampai di pintu UKS, dia berhenti.

     "Thanks." Elen lalu berlalu pergi. Lelaki tersebut hanya tersenyum menatap Elen yang berlalu.



Waktu Tuk Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang