Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 15 menit lalu. Elen sedang berjalan menuju halte, di tangannya dia sedang mengetik—entah apa—sambil terus berjalan. Tiba-tiba hanphonenya berdering, tertera nama Dinan.
"Halo."
Lagi dimana?
"Jalan."
Loh? Nggak ngebasket?
"Tamu lagi dateng."
Okay, hati-hati sayang.
Elen yang sedang tidak fokus menelpon tidak sadar, "Apa?"
Nggak, hati-hati dijalan. Jangan fokus ha-pe ajah.
"Iyaa Dinan PE-A."
Apa lo bilang?
TUT..
Elen langsung mematikan sambungan karena ia tau kalau meneruskan percakapan ia tidak akan pulang dan berdebat terus dengan Dinan. Pada saat ia ingin menghentikan taksi, seseorang menarik pergelangan tangannya dengan lembut. Elen berpaling ke orang tersebut. Ia melihat Alan.
"Pulang sama gue." Alan menarik Elen kembali ke parkiran sekolah, jaraknya hanya 5 meter dari halte. Elen lalu melepaskan pegangan tangan Alan di pergelangannya. Alan yang berjalan di depan Elen berhenti dan berpaling kepada gadis yang lebih pendek dari dirinya 10 Cm.
"Apa sih." Elen sungguh ketus.
"Udah sore, jangan pulang sendiri." Alan kembali menarik pergelangan tangan Elen, tetapi Elen menghentikannya.
"Pak, ini baru jam 3, matahari masih tinggi." Elen bercakak pinggang.
"Iya matahari masih tinggi, tapi udah sore, S-O-R-E." Alan mengeja kata tersebut sambil serius.
"Au-ah gelap." Elen ingin kembali ke halte, tetapi Alan terus terus meraih tangannya.
"Lepasin nggak?" Elen memperlihatkan muka seperti singa yang kelaparan. Alan melepaskan pegangan tangannya, lalu dia mencubit kedua pipi Elen.
"Ini anak imut kalo lagi marah ya?" Alan tertawa memperlihatkan gigi gingsul dan lesungnya. Elen tidak pernah melihat Alan tertawa seperti itu.
"Lepas." Elen sangat jengkel.
"Ada sesuatu yang mau gue tanya, makanya ikut gue." Alan melepaskan kedua tangannya dari pipi Elen.
"Bisa di tanya disini. Gue sibuk di rumah." Elen tetap ketus. Tatapannya datar ke lelaki yang lebih tinggi darinya 10 Cm.
"Nggak, lo harus ikut." Alan lalu menarik Elen kembali ke parkiran sekolah. Elen sudah benar-benar pasrah, akhirnya dia menurut kemauan Alan.
Sesampainya di parkiran Alan memberikkan Elen jaket serta helmnya pada Elen.
"Tau kan apa aja yang harus ditutupin? Kayak di novel gitu, motor gue kan tinggi.. hehe." Alan cengar cengir sendiri.
"Apa sih." Mukanya datar tetapi dalam hati Elen sedikit tersipu karena ia baru tau Alan sangat lembut dengan perempuan, karena Alan sangat jahil terhadap perempuan. Alan pun langsung tancap gas motor sport nya, setelah Elen naik dengan sempurna. Alan hanya mengangguk saat Elen memberi tau arah jalan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu Tuk Jatuh Cinta
عاطفيةNamanya Elen. Dia adalah seorang perempuan yang sangat sempurna. Dia tinggi, langsing, putih, pintar, dan sangat diidamkan oleh semua lelaki di SMA Garuda. Tetapi dia sangat tidak suka yang namanya pacaran, dia hanya ingin untuk lulus SMA dengan nil...