Bagian 2

53 17 2
                                    


     "Nyantai aja dong." Alan merasa terusik karena tiba-tiba seseorang merampas coklat yang sedang ia makan.

     "Ini? Ini yang lo bilang santai?" Elen berusaha sabar tetapi nada suaranya benar-benar jengkel.

     "Gaje ih.." Alan tidak mau kalah. Ke-empat lelaki yang berdiri dengan Alan hanya melongo menatap Elen yang terlihat sangat emosi. Mukanya merah.

     "Eh, lo dengerin ya. Ini coklat gue, lo nggak berhak ngambil dari laci gue." Nada bicara Elen sudah tidak se-emosi tadi, tetapi mukanya masih merah.

     "Oh coklat lo? Gue kira coklatnya si Mirna." Alan terlihat kalem.

     "Walaupun ini coklatnya Mirna kek,coklatnya bang toyib kek, lo nggak punya hak untuk ngambil yang bukan milik lo." Elen berbicara dengan nada serius yang tegas.

     "Siapa?" Alan tersenyum jahil.

     "Ya lo lah."

     "Yang nanya?" Alan tertawa terbahak-bahak. Lorong yang sudah sepi menjadi ribut karena suara tertawa Alan yang diikuti oleh ke-empat teman Alan

     "GUE UDAH CUKUP SABAR YA SAMA LO, ALAN RADITYA!!!" Emosi Elen meningkat dengan sempurna.

     "Masa?" Alan kembali tersenyum.

     "IYAAA..." Elen setengah berteriak.

     "Bodo." Ke-empat teman Alan bersama Alan sendiri kembali tertawa. Elen hanya diam terpaku. Ia sudah sangat emosi dengan tindakan Alan. Elen sudah tidak tahan dengan tindakan Alan padanya. Ia sudah cukup sabar karena di ganggu oleh Alan. Mukanya merah padam. Tiba-tiba dari sudut mata Elen, air mata mulai berjatuhan. Elen terisak.

     "Yee.. malah nangis, diemin Lan, lo yang buat dia nangis." Rio teman Alan memberi insiatif.

     "Ya kali.. gue nggak tau dia bakal nangis ih." Alan kelihatan salah tingkah. Sementara itu Elen hanya menunduk dan terisak.

     2 menit kemudian, Alan masih berdiri di tempatnya. Dia merasa bersalah, sambil memandangi perempuan yang tadi ia buat menangis pergi dengan masih terisak. Ia tidak menghibur perempuan itu. Hanya mendiamkan saja.

     "Lan, lo nggak bakal ngebiarin dia pulang sendiri kan." Tanya Nathan pada Alan sambil mengarahkan dagunya pada Elen yang mulai menjauh.

     "Gue kayak lo, gue nggak bakal tinggalin dia pulang sendiri." Saka menambahkan.

     Alan menjadi sangat merasa bersalah. Dia pun mengejar Elen yang sepertinya sudah sampai di  pagar sekolah.

Waktu Tuk Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang