Sore ini cuaca cerah. Cuaca yang sangat pas untuk anak SMA Garuda berlatih basket, salah satunya adalah Elen. Elen sangat gemar bermain basket, sudah dari ia kelas 6 SD. Karena Elen berlatih basket, banyak anak laki-laki dari kelas 10 dan 11 memenuhi area sekitar lapangan untuk melihat seorang Elen. Mereka memegang handuk dan air mineral dingin di tangan mereka. Hanya untuk seorang Elen. tetapi Elen tidak mempedulikan mereka. Nggak pulang, masih aja bertengger disitu. Batin Elen sambil men-drible bola.
Setelah latihan sekitar 30 menit, Elen dan tim-nya diberi istirahat 15 menit. Elen berjalan ke arah bangku panjang di sudut lapangan. Sudah banyak lelaki yang menunggu ia disana. Pada saat ia duduk, lelaki-lelaki tersebut menyerahkan handuk serta air mineral. Semuanya berlomba untuk memberikan kepada Elen. tetapi mereka sia-sia, Elen tidak mempedulikannya, karena ia tau bahwa ada seseorang yang akan membawakan ia minuman dan handuk.
"Len, nih.. khusus buat lo gue beli minuman dingin ini." Seorang lelaki dari kerumunan langsung berbicara di samping Elen.
"Nggak usah, thanks ya." Elen menjawab sekilas lalu mengambil handphone nya di dalam tasnya, lalu mengetikan sebuah pesan singkat.
"Terima donggg Len.." Rayu seorang lelaki berkulit sawo matang, berkacamata, dan berbadan kerempeng.
"Maaf nih.. teman aku mau bawain aku minum, sorry yah?" Elen berkata selembut mungkin dengan nada jengkel tetapi dibuat sabar. Kerumunan lelaki-lelaki tersebut pun bubar dengan perasaan kecewa berat.
Tiba-tiba dari belakangnya seseorang menempelkan sesuatu yang dingin juga basah ke pipinya. Elen pun menoleh.
"Jangan jual mahal sama mereka, siapa tau salah satu dari mereka jodohnya lo." Kata Dinan, sahabat lelaki Elen. Dinan langsung duduk di samping Elen.
"Amit-amit Nan." Ucap Elen tertawa, ekpresinya yang BETE menjadi normal kembali. Karena Dinan. Elen pun meneguk habis air mineral yang diberikan Dinan. Mereka berdua pun bercerita sambil tertawa. Setelah itu Elen kembali ke latihan basketnya dan Dinan segera bergegas untuk pulang.
Setelah latihan, Elen pun bersiap-siap untuk pulang. Hari ini untuk kesekian kalinya dia harus pulang sendiri. Ayah dan ibunya masih di luar kota. Nasib anak tunggal yah.. Elen kesal sendiri. Elen pun kembali ke kelasnya karena meninggalkan coklat favoritnya di laci meja. Sekolah sudah sepi. Koridor, aula, dan kelas-kelas. Pada saat sampai ke kelasnya, ia pun merogoh ke bawa lacinya, tetapi tidak ditemukannya coklat favoritnya.
"Coklattt gueeee... anjayyy siapa makhluk yang ngambil sih???" Elen berteriak. Ia lalu keluar kelasnya, dia mencari kesana kemari tetapi tidak mendapati seorang pun. Dia lalu menelpon Dinan.
"Nan lo dimana?" Kata Elen cepat sedetik setelah Dinan mengangkat telepon.
Di rumah ni Len, kenapa?
"Coklat gue ilang Nan." Elen sungguh panik.
Tinggal beli aja Len, nggak usah panik gitu.
"Lo nggak ngebantu. Bye." Elen segera memutuskan sambungan teleponnya bersama Dinan.
Ia lalu berlalu ke koridor kelas 10. Disana ada 5 orang lelaki tengah berdiri sambil bercerita. Sesekali mereka tertawa. Elen lalu memperhatikan dengan saksama. Seorang lelaki bertumbuh tinggi jangkung, dengan sweater berwarna hitam sedang bercerita dengan posisi tubuh menyamping dari posisi Elen berada. Di tangan lelaki itu dia melihat ada coklat favoritnya. Alan, ya benar Alan. Alan Raditya, lelaki yang satu kelas dengan Elen sedang berdiri dan sedang menggigit coklat favorit Elen. Elen pun menghampiri lelaki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu Tuk Jatuh Cinta
RomanceNamanya Elen. Dia adalah seorang perempuan yang sangat sempurna. Dia tinggi, langsing, putih, pintar, dan sangat diidamkan oleh semua lelaki di SMA Garuda. Tetapi dia sangat tidak suka yang namanya pacaran, dia hanya ingin untuk lulus SMA dengan nil...