"Memperbaiki katamu?!. Omong kosong!" Sahut Fachri dengan suara lantang yang diakhirinya dg suara pesakitan.
"Mem..per..baiki? Memperbaiki... dengan membunuh... hal... yang ingin kau lindungi?"
Kata Diva dengan sesegukan yang tak hentinya dan melihat mayat Alfina dengan tatapan kosong dan masih mengalir sungai kecil di ujung matanya."Saat menginginkan Reformasi harus ada pengorbanan juga."
Heuh. Aku hanya bisa tersenyum getir mendengar percakapan mereka.
Dor!
Terdengar suara tembakan yg menggema berasal dari ruang sebelah dan disusul dengan teriakan juga tangisan para siswa.
Sungguh kejam!
Lagi lagi dan lagi tembakan demi tembakan sudah terdengar lebih dari 15 kali dengan jarak suara yg berbeda, dan beberapa yg sama kami hanya bisa diam dn menutup telinga kami. Walau itu tak berpengaruh sedikitpun.
Disini di kelas 9B telah sunyi kembali, mata-mata para siswa kosong semua, dibawahnya terdapat bekas seperti aliran sungai yang telah mengering.
Detik berganti menit, menit berganti jam. Sudah 12 jam kami terdiam. Sudah tak ada lagi suara bubuk mesiu itu lagi. Ada yang tertidur karena lelah menangis, ada juga yang msih melamun layaknya Ainin yang tadi membantuku sekarang ia membatu dengan memeluk lututnya sendiri entah apa yang dipikirkannya.
Lain lagi dengan Fachri. Ia masih bersandar dengan luka yang sama dan ekspresi muka yang sama. Campuran antara marah, sedih, kaget dan sedang memikirkan sesuatu. Aku tahu itu dari tatapannya. Karena tatapan mata seseorang itu tidak akan pernah menghianati hatinya, seberusaha apapun ia menutupinya.
Dan aku?
Aku hanya duduk di antara mereka berdua dan melihat suasana kelas yang seharusnya serius akan Try Out nya, sekarang malah penuh sesak akan aura keputus-asaan. Siswa-siswi berseragan yang mula mula bersih kinclong sekarang rusuh penuh akan debu dan keringat karena Syok. Dan kerudung-kerudung yang putih telah lusuh semua dengan air mata. Tapi beda denganku. Kerudungku terciprat darah yang kini telah mengering.Tok tok tok!
Kudengar suara ketukan pintu yg tergesa gesa. Membangunkan Guru Magang dari singgahsananya."Komandan!"
Komandan?. Jadi orang itu komandan mereka?. Aku hanya membatin dan melihat org yg baru masuk itu dan mendengar obrolan mereka.
"Ada apa?"
"Komandan, lapor serigala terluka karena bertarung dengan salah satu 'tunas' dari kelas yang di jaganya. 'Tunas' yang menjadi duri telah dilumpuhkan. Dan kondisinya pendarahan berat."
"Sial. Kukira kita takkan terluka karena kita mengurus tunas. Makanya aku tak membawa tim medis."Tunas? Kami ini bakal dari mereka begitu? tidak!
Saat aku berpikir perkataan mereka aku merasa telah ditatap seseorang dengan tajam. Aku menoleh dan benar adanya. Guru Magang melihatku seakan ingin melenyapkanku sekaligus minta tolong. Aneh. Kualihkan pandanganku ke jendela seberangku."Dimana Serigala?"
Suara Guru Magang memulai percakapanny lagi."Ia sekarang ada di UKS dengan 'tunas' itu Komandan."
"Bawa 'tunas' ini ke Serigala!"
Siapa yang mau Ia bawa. Aku berpikir tetap dengan menatap jendela. Tapi kenapa langkahnya mendekat."Ayo!"
Ia menarikku dengan paksa. Refleks aku berusaha berontak. Tapi walau dengan tubuhku yang berisi ini aku tetap kalah kuat dengan seorang prajurit 'reformasi'.
"Kau mau bawa kemana dia?!"
Fachri yang meneriakiku
"Heii diam!!"
Diteriaki balik oleh Guru Magang.Aku yang masih ditarik masih juga melihat ke belakang. Fachri dan Ainin yang menatapku dan mata mereka bicara 'jangan pergi'. Aku hanya bisa tersenyum dan bicara "It's ok" tanpa membuat suara. Semakin lama wajah mereka semakin hilang dan terakhir kulihat Ainin membenamkan kepalanya di dalam pelukan lututnya.
"Ya Allah lindungilah hamba.."
-Bersambung-
Wah what happen iki?!😵
Ikuti terus cerita ini yah😅Thanks for reading💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Feedback
ActionSetiap orang mempunyai perjuangan masing masing. Dan butuh perjuangan untuk meraihnya. Maka bersabarlah dan berjuang untuk meraih tujuanmu. Yah mungkin itulah yg kulakukan bersama teman-temanku yg terganggu saat Try Out kls 9. Dan gangguan itu sa...