Feedback 04

18 2 4
                                    

Khuaakkhhh

Suara mengi terdengar memantul bebarengan dengan suara gemericik darah yang memancar dari leher.

"Hanya kembalian untuk kalian!" ucapku lantang.

Hosh hosh hosh...

Klontang

Pisau terjatuh dari tanganku. Penuh darah. Tanganku juga.

Aku terpaku menatap tanganku.

Darah.

Merah.

Orang itu mati. Mati karenaku

"Kamu nangis mad?"
"Hm?"

Aku baru sadar pipiku basah. Kenapa?

"Gapapa mad gapapa mereka pantes."
Ucap Arif membuatku menatapnya lagi.

Ia terlihat seperti jagal. Wajahnya diriasi oleh cipratan darah. Karenaku.

"..."

Entah kenapa mataku malah tidak mau berhenti berair.

Srek
Ekh

"Gapapa mad, gapapa."

Katanya sambil memelukku.

Erat.

Nyaman.

Aku menangis dalam diam. Tapi susah berhenti. Aku tidak tahu kenapa aku ini. Yang kurasa hanya sesak.

"Kamu buat bajuku yang berdarah basah mad"
Candanya masih sambil memelukku

"Eh hem" Tawaku tertahan.
Bisa bisanya dia bercanda saat ini.

"Kayaknya nangisnya udah nih. Masih mau kupeluk ya" Godanya
"Apaan sih." Kataku sambil menghapus air mataku.

"Udah sini peluk lagi sini"
"Hem!"
Kutatap ia dengan tatapan sebal yang pastinya sudah bukan dipelukannya lagi.

"Udah ah bercandanya. *Sniff*
Sekarang apa?"

"Kita selametin yang lain."
"Mulai darimana rip?"
"Deket aja dulu"
"9E?"
"Iya mad."

Brumm

Kami berpandangan dengan ekspresi bertanya suara apa itu. Arif berjalan ke pintu menyingkap sedikit gorden. Ia melambaikan tangan pertanda menyuruhku melihat juga.

"Mereka membawa perlengkapan perang untuk apa?!"

Kulihat 2 orang mengangkut barang barang itu ke kelas 9A. Tunggu lalu anak 9A kemana?

Brakk! Tit tit.

Selesai. Mereka ke kelas 9A dan menutup pintunya.

"Ini waktunya. Ayo mad!"
"Bentar.."

Aku berlari mengemasi perlengkapan untuk pertolongan pertama. Mengambil Tas PP, memasukkan NaCl, kasa steril dan kasa gulung, plester, gunting, obay merah, lateks, dan mitella(pembalut kain).

Kututup resleting tas PP, dan kususul butterfly knife yang tdi kujatuhkan.

"Aku siap Rip!"
"Aku juga mad."

Hm? Ternyata selama aku persiapan tadi Arif juga sudah bersiap. Ia mengambil pisau survival orang yang kugorok tadi.

Kutengok mayatnya, darah dimana mana merembes ke pojok ruangan seakan sudah bebas dari tubuh yang mengikatnya sekarang darah bebas kemana mana, lucunyaa. Hm? kok? sudahlah.

"Mad?"
"Oh ayo!"

Aku berjalan mendekati pintu dan membukanya perlahan. Untung saja pintu UKS tak berdecit. Aku mengintip Lorong kelas sebelah UKS. UKS ini terletak diantara 4 kelas jadi di timur UKS ada 2 kelas begitu pula di baratnya.

FeedbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang