Feedback 03

26 1 1
                                    

Tak tak tak

Aku berjalan di lorong menuju entah kemana. Disini hanya terdengar suara sepatu fantofel dari prajurit yang menarikku tadi di kelas.

Juga gelap.

Sekarang ia mengawalku dari belakang dengan membawa senjatanya, seakan aku akan kabur dalam pengawasannya.

'Ya Allah semoga semuanya baik baik saja.'

"Sampai."

Krieett

UKS?!
Pintu yaang ditutupi selambupun terbuka dan di dalam sana masih gelap.

"Masuklah."
"..."

Kumasuki ruangan ini ruangan yang biasa kujaga, kubersihkan dengan Ainin. Sekarang ada darah bekas seretan menunuju salah satu ruang periksa yang ditutup selambunya.
Orang itu yang berpakaian formal sama dengan Guru magang lebih tepatnya anak buahnya berjalan menuju selambu yang dimana tempat berakhirnya bekas darah itu.

'Apa yang ingin ditunjukkannya?'

Srekk

Terlihat orang yang berpakaian formal seperti anak buah guru magang ini layaknya guru magang pada umumnya.

Tapi kulihat walau gelap ia bernafas tak normal, memburu seperti orang menahan sesuatu.
Kuhampiri saklar lampu yang ada ditengah ruangan

Ctek!
Terang.

Kuhampiri lagi Anak Buah tadi.

Astaga! Aku refleks membulatkan mata

"..."
"To-"

Ku buka etalase obat-obatan yang menimbulkan suara berderik dari kaca etalase itu sendiri.
Pertama kucari sarung tangan lateks.
Kedua kuambil NaCl, kasa steril, kasa gulung, obat merah, dan gunting.

Kuhampiri lagi ranjang 'prajurit reformasi' yang terluka ini dengan membawa semua perlengkapanku di tangan.

Sampai.

Kupakai sarung tangan lateks, memulai penanganan luka yang berada dibetisnya ini. Luka tusuk disertai robek kira kira sedalam 6 cm dan sepanjang 8 cm.
Pertama kubersihkan lukanya dengan langsung menyiramkan NaCl di lukanya itu. Lalu ku tetesi dengan obat merah sepanjang lukanya.

Kudengar ia merintih tertahan dan kakinya menegang walau dalam keadaan pingsan.

Harus dijahit!

Dimana aku mendapat benang dan jarum?!
Ruang Prakarya!

Aku mendekati pintu keluar dan ingin mengambil barang barang itu di Ruang Prakara

"Tunggu!! Mau kemana kau?!"
"Luka itu harus dijahit! Di sini tak ada benang dan jarum. Aku harus menagmbilnya di Ruang Prakarya."
"Jangan kemana mana!. Aku akan mengambilnya."
"Cepatlahh"
"Jangan coba coba keluar dari sini!"

"Baiklah baiklah"

Ia berlalu sambil membanting pelan dan mengunci pintu UKS yang aku tepat di depannya.

"Hekmm-ekhm"
"Sst selamat tinggal"

Karena di sini hening suara bisikan itu terdengan jelas. Berasal dari ranjang orang yang terluka tadi.
Ku berjalan ke ranjang itu dengan perlahan namun penasaran nan waspada akan yang terjadi.

"Arif?!"

Hening-Tegang-Canggung

"..."

Arif sedang mencekik orang terluka tadi dengan dasi yang di kedua ujungnya ia bebatkan pada tangannya.

FeedbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang