Feedback 05

10 1 0
                                    

Brakk!

Apa itu?
Dari ruang sebelah.

Aku ingin segera mengghampiri suara itu. Sebelumnya kutitipkan Emil dan seisi kelas 9F ke Zaqi.

Saat kutatap Zaqi hanya membalas dengan anggukan mantab.

Aku keluar kelas 9F menuju kelas 9G. Jarak kedua pintu masing masing kelas agak jauh. Dengan langkah tenang ku susuri koridor tanpa lampu, sampai di depan pintu 9G jantungku berpacu cepat, membuat aku mendengar detaknya.

Kubuka perlahan. Lalu terpampang pemandangan temaram. Fachri berjongkok diatas seseorang yang bersandar lemah di meja guru. Fachri membelakangiku menghadap meja guru yang tepat di hadapanku walau ada jarak sekitar 3 meter dari pintu.

Dengan jelas pula dibawah sinar temaram lampu, warna darah bercampur menjadi jingga mematikan.

1 detik kemudian Fachri menoleh ke arahku dengan mata yang tajam dibalik mata keduanya. Kubalas tatapannya dengan tatapan serius, sedang kulangkahkan kakiku memasuki ruangan. Ia berdiri menghampiriku.

Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan pula. Dimana Arif?

"Kali ini Fachri yang mematikannya."

Suara berat bersumber di sebelah kiriku pas.

Refleks aku kaget walau tak berteriak namun, efeknya menaikkan bahuku sedikit. Kutoleh sunber suara yang menyentakku tadi.

Pemilik suara bersandar di tembok sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Maksudmu Rif? Dan juga jangan ulangi lagi muncul tiba tiba dan ngagetin aku!"
"Oh kau kaget maafkan aku..." balasnya sambil terkekeh.

"Maksudnya yaa aku yg membunuhnya Mad..."
Kata Fachri sambil berjalan datang kearah kami dan juga membersihkan kacamatanya yang mungkin terciprat darah.

"Baiklah aku mengerti.
Apa kau terluka?"
"Sudahlah tak apa"
"Emm oke."

"Eh Rip, gimana dengan kelas selanjutnya?"
"Oh iya, sekarang aja gimana Ri?
"Langsung ke kelas H?"
"Iya."
"Tunggu. Lalu di sini siapa yang bertanggungjawab?"

Aku yang daritadi mendengengar mereka berbincang singkat serta mengedar pandangan ke sekitar, melihat anak anak yang terdiam di sudut ruangan bersandarkan meja yang ditumpuk dan ditata sembarangan ada yang tidur terduduk, ada yang terbangun dan melamun karena perkelahian tadi, yang pasti ekspresi mereka menunjukkan kelelahan. Lelah karena menangis, lelah karena  marah, lelah karena ketakutan bercampur menjadi satu.

.....
Hening sejenak

"Gimana kalo Farkhan aja yang bertanggungjawab di kelas ini?"
"Tidak! Aku ikut dengan kalian ke kelas 9H."

Usulanku yang ditolak mentah mentah oleh Farkhan membuat 2 temanku memandang Farkhan dengan seksama. Sedang Farkhan tetap di posisi yang sama,terduduk menekuk lututnya yang juga sebagai penopang kedua sikunya dengan ujung lengan yang menggantung serta menatap kosong ke lantai. Saat ia membantah usulanku ia terlihat serius, terlihat dari nada suara yang keluar dari mukutnya begitu yakin seakan telah dipikir jutaan kalu di otaknya.

"Kenapa han?"
"Eh? Karna ada Alvina di sana Rip..."
"..."

Dijawab Farkhan dengan kalimat terakhir yang dipelankan.

Aku merasa ada yg mendekatiku. Kulirik. Tentu saja itu Fachri.

"Hey Mad, Alvina 9H itu siapanya Farhan?"
"Dia pacarnya Farkhan Ri."

Ternyata Fachri bertanya hal yang sudah bisa ditebak jawabannya. Itupun dengan berbisik pula, membuatku menjawabnya dengan berbisik juga.

"Baiklah kau ikut Han. Biar Noka saja yang bertanggungjawab di sini."
"Terimakasih kawan. Ka titip teman teman."

Yang diserahi hanya bisa mengangguk mantab.
Farkhan segera berdiri dan berjalan ke meja guru,ia mengambil sesuatu di kolong meja. Sebuah Pedang.

Tunggu, Katana?

Yang membuka matanya di ruang ini bisa melihat apa yang dilakukan Farkhan dan membisu. Farkhan menarik katananya. Berbunyi layaknya besi tipis yang digesekkan.

Sring..

Ia melihat sekilas permukaannya dengan mata meneliti dan mungkin juga berusaha berkomunikasi dengan pedangnya agar mau bekerja sama. Ia lalu berjalan ke arah pintu yang ternyata salah satu teman pria ku sudah berada di luarnya.

Aku ditarik tangan oleh Arip keluar ruang. Dari belakang kulihat perawakannya yang tegap dan agak berisi. Maklum dia atlet. Tangannya yang besar dan kuat menarik lenganku...

Saat kami berdua sudah keluar, 2 orang di hadapan kami mulai berjalan santai lalu kami mengikuti di belakang masih dengan posisi 'diseret'. Saat aku  menoleh ke arah kelas 9G lagi lampunya  telah padam.

Sampai di sebelah gedung 9H yang gandeng dengan 9I dan 8H. Kami berempat berjalan menunduk. Terus kami lakukan berjalan menunduk alias mengendap ngendap karena kondisi ruangan sepi dan gelap. Mending stealth kill ketimbang berisik kill.

Jantungku mulai berdebar kencang dan keras, serta perutku yabg dipenuhi kupu kupu bernama adrenalin. Mungkin begitu juga dengan teman temanku ini. Kali ini dengan formasi paling depan Fachri setelahnya adalah Farkhan, ketiga aku, dan keempat Arip. Semoga mereka selamat.

Aku merasa janggal, ini terlalu sepi seakan adalah jeda sebelum badai.

Melewati teras telah sampai diujung pintu.

Ya Allah semoga semuanya baik baik saja...




Hello gaes...
Ketemu lagi sama sayaaaa penulis yang paling imutt...
Maaf lauama up nya yaa karena males sih wkwk(≧3≦)
Thanks for reading~(≧∇≦)

FeedbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang