Pagar besar berwarna hitam pekat tampak terbuka lebar, tahun ajaran baru telah dimulai kembali di sekolah yang bercorak biru tersebut, bangunan kelas 10, 11, dan 12 yang letaknya terpisah dan bertingkat menambah kesan elite di sekolah yang sudah satu tahun dipijaki Iren.
"Irena gembul! Buset makin gendut aja lo, Ghea kangen banget hwaaaaa" Gadis cantik blasteran Australia itu tampak berlari kemudian memeluk Iren dramatis.
"Kadal Australi! Lo udah pulang? Mana coklatnya? Lo kan kemaren ke Berlin, sumpah yaaa! Disitu kan coklatnya enak banget" Iren bersorak semangat mengemis oleh-oleh coklat dari Ghea. Kemudian Ghea pun mengeluarkan paper bag yang sudah dipastikan isinya coklat khas Berlin, Ghea mengangkat paper bag itu dan memamerkannya kepada Iren
"Irena mau coklat?" Tanya Ghea.
Iren pun mengangguk dengan mata yang berbinar, sangat imut.
"Ada syaratnya" Ghea tersenyum licik.
"Anything for chocholate Ghe" Iren langsung menyambar paper bag milik Ghea dan menatap Ghea dengan pandangan 'apa syaratnya kutil! Gue laper banget?'
Ghea tertawa,
"Di dalem paper bag itu ada 3 coklat, gue mau lo ngasih dark chocollatenya buat kak Gian, lo liat kak Gian kan yang duduk disana pake bomber warna navy?. Buruan sekarang!" Dari raut wajah Ghea, Iren paham bahwa tampaknya sahabatnya tersebut sedang dilanda asrama oh asmara, Iren terkikik sendiri melihat Ghea yang mukanya berubah menjadi merah. Secepat kilat Ghea berlari meninggalkan Iren karna menyadari pipinya yang mulai memanas.Dengan langkah yang tergesa-gesa Iren menghampiri 3 orang pria di seberangnya, 2 orang diantara mereka tampak mengenakan bomber dengan warna senada.
*
"Woi Gianju lo ngapa make bombernya couple-an gitu sama gue, jijik tau ga?" Dengan sangat berat hati, kakak kelas bernama Gian itu membuka bombernya, dia juga tidak mau di-cap maho oleh 2 kawannya tersebut.
"Yadeh, demi lo" ucap Gian
*Iren menghampiri pria ber-bomber navy tersebut. Dengan sangat hati-hati Iren memberikan coklat itu kepada Ditho.
"Enggg hai kak, gue cuma mau ngasih ini, hmm dari temen gue" Iren memberikan paper bag berisi dark chocolate itu kepada Dito dengan grogi.
Duh kok jadi gue yang grogi gini sih?-batin Iren.
Iren pun melangkahkan kakinya kembali, namun tampaknya kakak kelas itu mengikutinya terus. Iren menuju ke tangga kelas 11 dan tiba-tiba membalikkan badannya.
Brukkk!
"Hidung gue!" Iren meringis kesakitan karna menabrak dada bidang kakak kelas yang sedari tadi mengikutinya tersebut.
"Elah lebay banget lo. Nama lo siapa? Dan Btw ada acara apaan nih lo bagi-bagi coklat ke gue?" Walaupun sangat kesal Iren tetap mengontrol emosinya, karna disini posisinya hanya sebagai junior.
"Gue Iren temannya Ghea" Jawab Iren singkat.
"Ghea siapa sih? Gue gatau. Yang gue tau coklat ini tuh mahal. Lo yakin nggak salah ngasih ke gue?" Jawabnya.
Iren langsung melotot saat mendengar bahwa kakak kelasnya ini tidak mengenal siapa Ghea.
"Gila! Masa lo gatau gebetan lo sendiri, coklat itu tuh dari Ghea, Lo kak Gian kan?" ungkap Iren kesal dan sok tau.Dengan santai Dito mencubit pipi Iren.
"Dek, lo salah orang, gue Dito bukan Gian, santai aja dong ngomongnya" Iren pun tertunduk malu karna sudah salah alamat dan mukanya langsung berubah menyerupai warna tomat karna Dito dengan beraninya mencubit pipi Iren pelan."Ma-
Tring! Bel sekolah berbunyi, menandakan mereka harus ke kelas sesegera mungkin. Ditho melirik jam tangannya dan langsung berlari, sambil mengangkat tangannya ke udara.
-afin gue kak" Sambung Iren terpotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chocolate
Teen FictionDi masa SMA, Iren selalu dihadapkan dengan dua pilihan: 1. White Chocolate atau Dark Chocolate 2. Cinta atau benci 3. Berteman atau berpacaran 4. Ditho dan Rangga Rangga suka Iren, tapi Ditho datang duluan. Ditho suka Iren, tapi juga sayang dia. Sa...