Meekayla.

81 7 5
                                    

Pagi-pagi di sekolah, pak Jaka a.k.a satpam sekolah SMA 25 beserta asisten sudah siap siap siaga pada area-area yang rentan digunakan pembolos-pembolos pelajaran.

Dari sudut kiri tampak pria yang mengendap-endap keluar area sekolah.

Dia, Ranggara Diotama.

"Oalah Rangga.. Rangga, kamu tuh tiap hari hobinya cabut mulu"
Tiba-tiba Rangga dikagetkan dengan suara cempreng buk Ica yang sangat kental dengan logat sundanya.
"Ikut saya ke lapangan!" Ancam buk Ica sambil menarik Rangga.

"Ampun buk! Saya tuh mau beli.. beli obat sakit gigi buk" Bantah Rangga pada buk Ica.

"Ibuk ndak mau dengar alasan apapun!"

"Aduh buk, gigi saya sangat membutuhkan kasih sayang beserta pertolongan utama" Jawab Rangga meringis.
"Pernah sakit, tapi tak pernah se sakit ini, karna pernah cin- aduhhh!"

"Kamu tuh ya udah kelas tiga, masih aja bandel, harusnya kamu lebih giat belajar!" Tukas buk Ica sambil mencubit lengan Rangga.

"Buk Ica! Lepasin aku, jangan sentuh aku!" Bantah Rangga dramatis.
"Aku tuh jij- awh ampun buu guru!"

"Nopo toh? Enak aku jewer?" Geram buk Ica sambil memperkuat rotasi perncubitan di telinga Rangga.
"Masih berani hah?" Tantang buk Ica.

"A-ampun cikgu" jawab Rangga bak manusia yang lemah dan tak berdaya.

Buk Ica yang sudah mulai naik darah akhirnya menyeret Rangga ke lapangan agar diberi hukuman.

•••

"Ciren, woi woi woi!" Panggil Shasa semangat 45 sehabis pelajaran kewarganegaraan.

"Buset dah, kenapa lo?"

"Kemaren lo sakit? Mana yang sakit? Coba sini gue lihat" Tanya Shasa.

Iren menunjuk dadanya.
"Ini Sha-yang, disini yang sakit" tutur Iren galau.

"Lama-lama gue kena wabah alay kalo temenan sama lo, Ren!" Kesal Shasa

"Lo malu temenan sama gue? Iya?!" Tanya Iren sensi.
"Ayo jawab! Lagian kok lo baru nanya sekarang, kemana aja lo kemaren?"

"Lo kenapa sih? Orang gue ga ngomong gitu" Jawab Shasa lemah.

"Gausah lo sembunyiin lagi deh. Lo udah muak kan liat gue? " Bentak Iren yang disambut dengan tatapan mata penasaran para biang gosip kelasnya.
"Lo sebenarnya seneng kan kalo gue ga masuk kelas dan gak gangguin hidup lo?"

Shasa hampir menangis
"G-gue nggak gitu kok. Lo kok jadi serem sih?"

Hening.

Krik

Krik

"Happy april mop Sha-yang que wo..uwo..uwou. Dengarkan lah... Sluruh hatiku" Teriak Iren cengengesan sambil mencubit gemas pipi Shasa.

"Sungokong!" Kesal Shasa.
"Ini masih bulan Maret dodol!"

"Gue kan ngikut aliran Muhammdyah, haha" cibir Iren.

"Pen gue copot paru-paru lo separoh!" Shasa yang sudah sangat gemas kepada Iren langsung menjambak manja rambut Iren.

Iren berusaha melepaskan tangan Shasa yang kejam menjambak kecil rambutnya.
"Lepaskan aku surti, lepaskan!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang