Hujan

112 13 2
                                    

"Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan tiba di daratan. Beda jauh ya sama perasaan aku ke kamu? Ini juga lagi otw mau jatuh, ke hati kamu."
________________________

Langit kota Bandung sangat mendung, butiran-butiran air hujan turun semakin lebat. Kini 2 pasang manusia yang statusnya 'baru kenal' itu berada pada kondisi setengah kuyup.

"Ren! Kita neduh dulu ya" tanpa menunggu persetujuan Iren, Ditho menepikan sepeda motornya di sebuah halte.

"Lo bawa jas hujan ga Ren?" Tanya Ditho.

"Engga kak" jawab Iren sambil menggosok-gosokan kedua telapak tangannya.

"Yaudah kita tunggu hujannya reda aja ya" balas Ditho sambil tersenyum.

Iren mengangguk,mendadak suasana menjadi sangat canggung. Tidak ada yang memulai percakapan, Ditho sibuk dengan pikirannya dan Iren juga sudah larut dalam pikirannya. Iren masih saja sibuk menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Ditho pun melirik ke arah seragam Iren yang sudah basah, dan membuat seragamnya menjadi transparan.

"Dingin ya?" Tanya Ditho sambil memandang kearah lain. Bisa-bisa salah fokus apabila melihat Iren dalam kondisi seperti ini.

"Hmm" jawab Iren singkat.

"Mau gue peluk ga?" Tanya Ditho dengan tampang serius.

Iren pun sukses terkejut dan menggeser tubuhnya menjauh dari Ditho. Tatapan Iren saat ini persis seperti anak tiri yang sedang ketakutan karna ingin disiksa ibu tirinya. Hal itu membuat Ditho tertawa terbahak-bahak.

"Bercanda kok, kalau gitu izinin jaket gue jadi perwakilan gue buat meluk lo"  ungkap Ditho.

Iren mengerinyitkan dahi pertanda tak paham.
"Maksudnya?" Tanya Iren menatap Ditho.

Ditho pun bergerak membuka jaketnya dan memasangkan jaketnya yang sedikit kebesaran itu pada tubuh mungil Iren. Keadaan makin canggung, pipi Iren kembali memerah.

"Udah gua peluk nih, hehe" kata Ditho bercanda.

"Makasih kak" jawab Iren sambil menundukkan kepalanya.

Ditho mengikuti arah pandang Iren yang menatap lantai dengan aneh. Kemudian pandangan mata mereka bertemu, Ditho menyaksikan muka Iren yang sangat merah. Belum pernah gue liat cewe mukanya merah gini-batin Ditho.

"Lo kenapa Ren?" Tanya Ditho heran.

"Eng-enggak papa" jawab Iren kikuk.
Pake acara nanya segala, udah jelas gue lagi ngeblush-batin Iren.

"Tapi kok muka lo merah gitu? Alergi dingin ya?" Tanya Ditho polos.

"Ng-nggak papa kok kak" jawab Iren sambil memberanikan diri menatap Ditho.

Mendengar jawaban dari Iren, Ditho hanya mengangguk-anggukan kepalanya sok mengerti.

"Kak" panggil Iren

Ditho pun menoleh, dan menggerakkan matanya seolah sedang bertanya 'apa'.

"Pulang aja yuk" pinta Iren dengan membulatkan matanya lucu. Kali ini Iren benar-benar membuat Ditho salah tingkah dengan tatapannya.

Ditho pun mulai bertingkah aneh dan menjawab permintaan Iren dengan gelagapan.
"A-ayok, eh ta-tapi kan lagi kemarau eh lagi ujan, Ren"

"Gapapa, ntar mampir kerumah gue aja kak, sekalian ganti baju. Baju kita juga udah kuyup, tanggung banget" tanpa menunggu persetujuan dari Ditho, Iren langsung berlari lari menerobos hujan kemudian mengangkat tangannya ke atas dan ke bawah seraya mengajak Ditho mengikuti kegiatannya-berhujan. Ditho tertawa dan ikut bermain di dalam derasnya hujan.

"Ntar lo sakit Ren, udahan deh main hujannya" ucap Ditho khawatir.

"Nggak mau ah, hujan deras gini ga akal bikin sakit. Paling cuma flu" teriak Iren cengengesan.

Ditho pun berinisiatif untuk menarik pergelangan tangan Iren. Seketika Iren langsung diam dan menuruti mau dari kakak kelasnya tersebut.

Ditho membawa Iren ke parkiran motornya. Tanpa peringatan, Iren langsung naik ke motor Ditho. Mereka pun pulang kerumah dengan menerobos hujan yang mulai mereda- romantis bukan?- ah biasa aja.

Hanya hening yang mengisi perjalanan mereka menuju rumah. Menikmati setiap tetes air hujan yang membasahi kulit mereka. Hujan memang sangat indah, untuk hari ini; bagi sepasang remaja yang tidak tau hubungan mereka akan mengarah kemana nantinya.

"Belok kiri kak! Itu yang pager item!" Teriak Iren dari belakang secara tiba-tiba. Padahal hujan sudah mulai reda, namun Iren masih saja nekat berteriak. Merusak indra pendengaran Ditho saja.

"Santai aja woi ngomongnya!" Balas Ditho berteriak.

Motor ninja hitam itu kini terparkir rapi di garasi rumah Iren. Pintu rumah Iren kini terbuka, memunculkan sosok pria yang keliatan hampir mapan. Kulit putih, dan rambut kepirangan—Fean.

"Woi gila? Hari pertama sekolah aja udah dianter doi, aje gile!" Kata Fean cekikikan. Padahal tadi katanya gabisa jemput karena latihan paduan suara, dasar Fean.

"Kenalin kak, kakak kelas gue- kak Ditho" jawab Iren berusaha tenang.

Ditho mengarahkan tangannya untuk bersalaman dengan Fean. Fean pun menepuk tangan Ditho dan menunjukkan senyum licik nya.

"Wassap ma broh! Udah lama banget ga ketemu anjir! Ga nyangka gue kalo sekarang lo bego banget milih cewe"
Fean memeluk Ditho akrab. Ditho pun membalas pelukan dari Fean.

Iren memandang risih ke arah 2 manusia aneh yang tiba-tiba berpelukan, jika kamu tahu istilah untuk orang yang sedang kebingungan dan disertai dengan rasa rada jijik, istilah itulah yang pantas Iren ibaratkan untuk dirinya saat ada dikondisi ini.

Tanpa ba-bi-bu, Fean merangkul Ditho masuk kedalam rumah. Rini— ibu Iren dan Fean pun memandang kaget ke arah seragam Iren dan Ditho yang basah.

___________________________
Hope u guys like it. This is my first story, yahhh first.
Maaf aku masih pemula, belum sesempurna author lainnya🙏
Makasi buat yang udah baca dan nge vote, hehe. Lakukan apapun dengan rasa ikhlas ya guys! Sorry kalo aku updatenya ga selalu cepat. Tapi aku bakal selalu usahain menyempatkan melanjutkan cerita ini. Okey, thank you for reading!
JANGAN LUPA! Komen aja kalo ada typonya. Membantu sesama itu pahala loh hehe. See u next part readers:))))

Salam author💓
Uri

Sweet ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang