Pulang bareng?

137 12 1
                                    

Ghea dan Shasa menghampiri Iren dengan 2 nampan yang berisikan pesanan mereka. Langkah kaki mereka terlihat sangat cepat, dan menatap Iren dengan pandangan cemas.

"Adam ngapain lo barusan?" Tanya Shasa panik dan terlihat sedikit raut emosi.

"Gue gapapa. Duduk Sha, Ghe" jawab Iren berusaha tenang.

Ghea dan Shasa duduk berhadapan dengan Iren, kemudian memakan makanan mereka.

"Si ayam kahanga hayang hanget sama lo hen" ucap Shasa sambil mengunyah makanannya.

"Habisin dulu Sha makanannya" kata Ghea lembut

Shasa pun dengan cepat menghabiskan baksonya dan menunggu kedua temannya menghabiskan makanan. Selesai makan Iren tersenyum sangat bahagia; hanya makanan yang dapat memperbaiki moodnya.

"Tadi lo ngomong apa Sha? Ayam?" Tanya Iren.

Shasa yang sedang meneguk mineralnya tiba-tiba tersedak. Uhukkk!-gitu deh bunyinya kira-kira wkwk.

"Tadi tuh ya gue liat lo ngomong sama Adam. Dari hasil analisa gue, kayanya... Adam sayang banget deh sama lo" kata Shasa serius.

"Biarin aj-" tiba-tiba jawaban Iren dipotong oleh Ghea

"Kenapa gamau sih Ren sama Adam? Semua cewe mau kali dapetin cowo kaya begitu" potong Ghea memperingati.

"Lo suka Adam juga Ghe?" Timpal Shasa tiba-tiba.

Ghea melirik ke arah Iren dan Shasa bergantian
"Gue sih punya alasan tertentu kenapa gue ga suka sama si Adam, mana bisa gue suka 2 cowo sekaligus" jawab Ghea malu-malu.

" yaiyalah, orang lo masih ngarepin kak Gian, move on dong!" Timpal Iren songong.

"Ya elah Ren, move on itu susah kali.  Lo sendiri kan juga gapunya alasan buat nolak Adam, udah.. terima aja deh" balas Ghea menasihati.

Suasana berubah hening, Shasa yang otaknya masih terlalu polos sepertinya kini mulai ternodai dengan obrolan kedua sahabatnya itu. Iren tampak sangat kebingungan dan kembali menjawab pernyataan kedua sahabatnya tadi.

"Semua hal diciptakan punya alasan, dan gue punya alasan kenapa gue nolak Adam" jawab Iren lirih

Shasa yang ekstra kepo pun kembali melemparkan pertanyaan dengan secepat kekuatan boi-boi boy.
"Kenapa coba?"

Tiba-tiba bel berbunyi, menandakan perbincangan mereka harus segera diakhiri, Shasa dan Ghea tampak mendengus sebal karna belum menemukan jawaban dari Iren. Mereka pun berjalan bersamaan menuju kelas mereka.

~~~

Bel pulang terdengar sangat nyaring ditelinga Iren, ia pun segera mengemasi barang-barangnya dan bergegas pulang menuju kasur terempuknya. Di saat Iren mengemasi barangnya, seorang teman Iren meneriaki namanya.
"IREEEN! DICARIIN KAKAK KELAS NIH!" Kata teman sekelas Iren.

Iren pun melambungkan pikirannya kemana-mana, sejak kapan ia memiliki kenalan kakak kelas?. Karna tidak ingin berlama-lama Iren pun segera melangkahkan kakinya ke pintu kelasnya. Ternyata itu adalah Kak Gian yang ditemani oleh Kak Dito.

"Coklatnya dari Ghea ya? Sampein makasih dari gue ke dia" ucap Kak Gian.

"Samperin ke kelasnya langsung aja kak" jawab Iren cuek.

Ada-ada saja tingkah gebetan Ghea ini. Dimana-mana ya cowo itu lebih giat menampilkan aksinya, ini malah malu-malu tai kambing buat nyamperin doi. Pantas saja Ghea masih menjomblo sampai sekarang, orang calon pacarnya dingin gini.

"Lo aja deh, g.. gue, nganu-" jawab Kak Gian terbata-bata. Tiba-tiba handphone Iren berdering. Iren mengangkat telfon di depan pintu kelasnya.

"Halo Ren?" Ucap Kak Fean diseberang sana.

"Iya, napa bang?" Tanya Iren penasaran.

"Gue nanti latihan paduan suara, pulangnya maleman. Lo pulang bareng temen aja yak, dahh adikku" panggilan diputuskan secara sepihak oleh Kak Fean.

Apakah kamu berfikiran yang sama seperti Iren?

Apa semua cowo emang hobby ninggalin pas lagi butuh-butuhnya ya?-tanya Iren dalam hati. Tiba-tiba Iren mengumpat kesal, gadis yang satu ini sepertinya tidak pernah luput dari masalah umpat-mengumpat, inget dosa nak!.

"Sialan lo Nobita, berani-beraninya ya lo ninggalin gue, hwaaaaaaa" Iren mengumpat kesal pada layar handphonenya yang tidak berdosa itu.

"Lo kenapa Ren?" Kak Ditho mulai bersuara.

Iren kaget bukan main menyadari bahwa ia telah mengumpat di depan dua kakak kelas. Untung saja dia sudah melewati masa-masa orientasi di kelas 10. Kalau tidak mungkin sekarang ia sudah berpanas-panasan di lapangan upacara, karna dihukum.

"Kak Dimas? Eh? Kak Dito yang tadi pagi ya?" Tanya Iren kikuk.

"Iya, yang tadi pagi nyaris dipeluk sama chocolate addict itu" jawab Kak Ditho tersenyum meledek.

Iren hanya tertunduk malu, kakak kelas yang satu ini tampaknya sudah sangat mahir dalam melambung-lambungkan perasaan.

"Abang gue gabisa jemput gue kak, cuaca juga lagi ga bersahabat buat pulang naik gojek" kata Iren sedih.

"Hm kenapa ga nebeng bareng Ditho aja lo?" Sambar Kak Gian

"Ditho bawa motornya ngebut kok, jadi aman deh dari hujan!" Sambung Kak Gian lagi.

Iren melirik Kak Ditho dengan pandangan 'boleh nebeng ga?'. Ditho pun mengangguk dan tersenyum senang. Iren berbalik badan untuk mengambil tasnya. Diliriknya Shasa yang sedang melaksanakan piket kelas, kemudian berpamitan.

"Shasa-yang gue duluan yaaakkk!, dadah" teriak Iren sambil melambaikan tangan. Shasa pun hanya mengangguk pasrah.

Iren pun tak lupa mengirimkan pesan kepada Ghea

Iren Kyut
Ghe, Ke kelas gue sekarang. Kak Gian mau nganter lo pulang!! BURUAN!
Read

Gheayangku
Iy

Iren Kyut
Percepat langkahmu nak!
Read

Iren terkikik dengan kelakuannya sendiri. Saat di depan pintu kelas ternyata dugaan Iren tak salah, Kak Ditho dan Kak Gian masih menunggunya.

"Kak, Ghea gatau mau pulang sama siapa, gue titip Ghea nya ya kak, tolong gue sekali aja. Nah! Itu Ghea udah jalan kesini, dah kak kita duluan" kata Iren sok memohon kepada Gian, padahal didalam hati, ia sudah tak sanggup menahan tawa.

Kira-kira begitulah Iren, walaupun terlihat hanya mengerjai Kak Gian dan Ghea tapi hatinya memilih cara tersebut untuk mendekatkan kedua manusia kaku itu.

Iren membalikkan badan dan berjalan santai menuju parkiran. Di belakangnya ada Ditho yang sedang berjalan agak tergesa-gesa untuk menyamakan langkahnya dengan Iren.

Sesampainya di parkiran. Ditho langsung mengambil motor ninjanya dan memberikan helm cadangan khas perempuan yang tak tau kenapa ia siapkan pada hari ini. Mungkinkah ini takdir? Ya begitulah.

Iren menaiki sepeda motor Kak Ditho dan memegang pundak Ditho seakan Ditho adalah tukang ojek.
"Pegangan, atau ntar jatoh" ucap Ditho sedikit teriak, sambil menjalankan motornya.

Dengan ragu-ragu Iren memeluk Ditho. Tanpa sepengetahuan Iren, Ditho tersenyum sangat senang dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Sweet ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang