Flashback on
Setahun lalu, seorang gadis dengan rambut coklat pekat yang dikucir asal, memijakkan sneakersnya di Paris van Java. Kota yang luar biasa padatnya, luar biasa uniknya—Kota Bandung.
Dengan mulut setengah menganga, Iren menapaki jalanan dengan rasa kagum yang sudah tidak dapat dibendung lagi. Bandung— tempat yang paling di cita-citakan Iren untuk memulai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Penat yang dirasakan Iren langsung lenyap seketika. Walaupun kenangan di kota dengan iconic rumah gadang itu masih terngiang-ngiang dikepala remaja usia 15 tahun tersebut.
"Iren! Jan lah lari-lari, Anggi panek" artinya: Iren jangan lari, Anggi capek. Keluh seorang gadis yang mungkin dapat dikatakan lumayan cantik dan saat ini ia sedang berlari mengejar salah seorang sahabatnya—Irena Daneal.
"Anggi lelet banget, Iren udah laper, hiks" rengek Iren sambil mengelus perut datarnya.
Gadis berambut coklat gelap itu kembali melangkahkan kakinya, sesekali diiringi dengan lompatan-lompatan kecil seolah sedang terlibat dalam permainan dore. Sesekali gadis itu tersenyum kepada pedagang-pedagang kaki lima yang sedang sibuk bekerja.
Dibelakangnya, Anggi mendengus sebal. Karna kesulitan mengejar Iren yang begitu lincah. Namun, Iren melakukan itu hanya untuk melampiaskan perasaan bahagianya saat ini. Walaupun Iren melangkah dengan sangat bersemangat, tak lupa ia menyeringkan dirinya menoleh ke belakang; hanya untuk melihat ekspresi sahabatnya yang sangat lucu saat sedang kesal.
Persahabatan adalah cinta kedua bagi Iren, dan keluarga tetaplah menjadi cinta pertamanya.
Flashback offIren memasuki kelasnya dengan kepala yang dipenuhi sejumlah permasalahan. Tiba-tiba saja ia benar-benar merindukan salah satu sahabatnya—yang sekarang entah dimana keberadaannya.
"Rena are you okay?" Tanya seorang pemuda beralmamater Maroon.
"Gue gapapa" jawab Iren singkat. Iren menghempaskan dirinya ke bangku yang memang disediakan oleh Shasa. Iren merasakan sesuatu yang aneh kembali terjadi padanya. Hingga Iren terlonjak kaget karna menemukan pemuda beralmamater Maroon tersebut juga ikut mendudukkan dirinya di bangku yang seharusnya ditempati Shasa— di sebelah Iren.
"Adam!?" Tutur Iren kaget."Kamu kenapa Ren?" Anya Adam cemas.
Tidak ada jawaban dari Iren. Alhasil, Adam pun menempelkan telapak tangannya ke dahi Iren.
"Kamu gak panas Ren" ucap Adam perhatian. Kemudian Adam mengacak rambut Iren pelan. Yah Adam memang sangat cerdas memperlakukan Iren dengan manis. Mata-mata alay pun ikut menjerit kesal saat melihat Adam melakukan interaksi yang sangat manis dengan Iren— sungguh pagi yang malang bagi para penggemar Adam. Semua wanita sebenarnya pasti senang saat puncak kepalanya dielus seperti itu. Maka dari itu Iren kaget sekaligus merasa sedikit senang dengan perlakuan Adam. Yah, setidaknya ada seseorang yang membantu memperbaiki mood Iren pagi ini.
Iren tersenyum sedikit terpaksa, kemudian melepaskan tangan Adam dari kepalanya.
"Gue gapapa, Adam"Adam mengangkat kedua alisnya. Adam tampak tidak percaya dengan apa yang dikatakan Iren. Perempuan selalu saja begitu. Perempuan selalu bisa berpura-pura bahagia, bahkan setelah membohongi dirinya sendiri, perempuan selalu pandai menunjukkan senyum termanisnya pada dunia saat ia sedang benar-benar tidak baik-baik saja—Perempuan kadang sekuat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chocolate
Teen FictionDi masa SMA, Iren selalu dihadapkan dengan dua pilihan: 1. White Chocolate atau Dark Chocolate 2. Cinta atau benci 3. Berteman atau berpacaran 4. Ditho dan Rangga Rangga suka Iren, tapi Ditho datang duluan. Ditho suka Iren, tapi juga sayang dia. Sa...