Aku sakit.
Dan rasanya menyebalkan ketika rasa sakit yang ku derita ini disebabkan oleh kuman-kuman nakal yang masuk akibat keteledoranku sendiri.
Lebih menyebalkan lagi ketika sekarang waktu masih menunjukkan pukul 05.40 dan aku harus mengantri disalah satu klinik, dengan tubuh lemas dan sendirian. Bayangin aja Sendirian.
Ini lah efek jadi anak terahir berstatus jomblo yang masih tinggal menumpang dirumah orang tua, dengan kedua orang tua yang sibuk bekerja maka hari ini aku duduk bersender di bangku besi, lemas seorang diri.Kalo dokter yang memeriksa itu cowok single nan ganteng sih lemas-lemas gini mataku masih on fire. Tapi dokter yang ku datangi adalah ibu-ibu paruh baya seumuran ibu ku, rasanya lebih dapat dipercaya aja ketika aku harus mempercayakan tubuhku dilihat, diperiksa oleh dokter wanita. Kalau dokter laki-laki muda? Duhh..rugi aja gitu, calon suami belum lihat eh udah ada laki-laki lain yang lihat. Hihihihi. Kek badanku bagus aja.
Ah, rasanya tambah lemas, perutku melilit banget, aku butuh toilet, segera dan secepat mungkin.
**********
Keluar dari toilet klinik aku bertemu dengan Farhan diruang tunggu. Hell, ngapain dia disini, atas nama pertemanan aku pun menghampirinya."Ngapain disini Han?" Tanyaku tanpa basa-basi
Farhan menoleh, menatapku kaget "nganterin om ku Ra. Kamu sakit?"
Aku mengangguk, tanpa permisi langsung duduk disebelahnya.
"Wajahmu pucat Ra" ucap Farhan lagi.
"Namanya juga lagi sakit Farhan, ya pucet. Masa iya wajahku masih tetep flawles, ntar dikira boongan lagi sakitnya" kicauku ngawur.
Farhan cuma ketawa. Yah, aku lumayan terkenal sebagai anak dengan omongan ngawur di SMP dulu. Jadi teman-temanku udah nggak kaget lagi kalo bicaraku suka absurd.
"Eh Han, Andre kan udah married nih. Kamu kapan nyusul sama Monik?"
Aku bingung menatap Farhan yang diam, dia malah terlihat menerawang memandang langit-langit, matanya terlihat berkaca-kaca. Ini orang kenapa sih?
"Han, kapan nih? Kalian kan pacaran udah lama tuh. Ibarat KPR udah lama lunas nya. Jadi kapan nih halalin pake stempel KUA-nya?" Tanyaku lagi.
Farhan cuma tersenyum simpul.
"Didoain aja ya Ra, biar aku bisa segera ganti status"Jawaban diplomatis macam apa sih itu. Mencurigakan banget deh.
"Eh Ra, om ku udah selesai tuh. Aku duluan ya. Kamu beneran gak papa ya? Wajahmu beneran pucet lho Ra"
"Ah..santai aja Han, kalo aku pulang jatuh dijalan malah bagus, sapa tau kan di tolongin sama mas-mas kece, single kayaraya. Bisa lah sekalian dipepet jadi calon suami"
Farhan cuma ketawa.
"Aku pergi ya" pamitnya.
Aku hanya mengangguk.Dari dulu Farhan emang terkenal sebagai cowok baik, jadi teman aja dia seperhatian itu apalagi jadi pacar coba. Beruntung lah si Monik dapet pacar macam Farhan. Eh tapi kok aneh, ekspresi Farhan pas tadi tak tanyain tentang Monik. Apa mereka putus? Ah bodo ah, perutku mules lagi, toilettt...aku butuh kamu segera...
___tbc
27/11/18
Setelah sekian lama, akhirnya aku datang kembali 🙊
Selamat menikmatii 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode Patah Hati
General FictionBerapapun banyak buku yang pernah kamu baca tentang patah hati tak akan pernah menyamai dengan kisah patah hatiku. Mungkin mirip, tapi tak sama. Karena patah hati itu unik, punya kisah berbeda pada tiap-tiap jiwa.