Sena
"Masih belum bertemu Jungkook?" sahabatku bertanya. Aku menggeleng dan berpura-pura sibuk dengan buku yang sebenarnya tidak ku baca sejak tadi. Hanya menghindari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-temanku.
"Tumben kau tidak bersama Jungkook."
"Apa Jungkook sibuk sampai tidak menjemputmu?"
"Kau masih dengan Jungkook, 'kan?"
Sekiranya itu yang mereka tanyakan. Aku sangat ingin memohon kepada mereka untuk berhenti mengucap namanya dan bertanya tentang dia padaku.
Aku tidak tau apakah dia sibuk atau tidak.
Aku tidak tau apa yang sedang dia lakukan.
Aku tidak tau di mana dia saat ini.
Aku tidak tau apakah aku dan dia masih bisa disebut 'bersama'.
Aku tidak tau sama sekali. Berhenti menanyakannya padaku. Aku merasa sangat tersiksa dengan itu semua.
"Pulanglah. Aku yakin dia menunggumu. Dia pasti akan menjelaskan semuanya. Kau harus menerimanya dengan bijak. Aku yakin kau bisa mengambil keputusan terbaik setelah mendengar penjelasannya." Setelah sahabatku mengatakan itu, aku langsung pergi menuju rumahku, rumah kami. Benar. Aku mencoba untuk pulang. Memberi kesempatan kepadanya untuk membela diri. Jika aku jatuh padanya lagi, artinya itulah takdirku. Untuk bersamanya.