Jika ada pertemuan PASTI ada perpisahan.
Sebaliknya, Jika ada perpisahan maka pasti ada pula awal pertemuan.
Semua mahluk hidup di dunia itu pasti mengalami pertemuan, Perpisahan, kekecewaan, Serta kebahagiaan. Tergantung kita yang menginginkan yang mana.
Tapi ingat!
Semua itu akan ada HATI yang merasakan semuanya.
Di jalan sana tepatnya seberang jalan ada seorang gadis yang berjalan lesuh dan menatap lirih semua pandangan yang gadis itu lihat. Rambut gadis itu yang acak-acakan, Dress putih tanpa lengan yang ia pakai penuh dengan noda kotor, Serta kedua lutut yang mulus itu terluka dan menyisahkan darah yang sudah mengering beberapa waktu lalu. Cuaca saat ini benar-benar terik akan cahaya matahari, awan di atas berjalan dengan cepat. Gadis itu bernama lengkap Kim So Eun mendudukkan dirinya di salah satu kursi panjang yang ada di pinggir jalan guna mengistirahatkan tubuhnya saat lelah berjalan berjam-jam lalu. Rasa lapar kini Soeun rasakan ketika cacing-cacing di dalam perutnya memberontak meminta jatah makanannya. Bayang-bayang pertengkaran itu berputar indah seperti kaset rusak yang selalu mengulang kejadian itu.
Rumah itu tidak megah ataupun miskin tetapi rumah itu hanya sederhana. Rumah sederhana yang berlantaikan dua serta enam kamar masing-masing, di lantai dua ada tiga kamar dan di bawah sisanya yang hanya di huni dua orang manusia berbeda generasi. Ruang tamu terdapat sofa, meja serta layar Tv 29 ins. Kamar utama di tempati wanita paruh baya yang masih awet muda. Di dinding tepatnya atas ranjang terpampang figora besar yang menampilkan tiga orang di dalam foto itu dengan dua wanita serta satu pria, Yang terlihat tersenyum bahagia satu sama lain.
Tapi saat ini bukan foto itu yang menjadi objek pemandangan, melainkan dua wanita berbeda generasi itu yang kini berusaha mengendalikan emosi masing-masing.
" Aku lelah tinggal di rumah ini jika Mama terus-terusan menyalahkanku. Apa salahku ma? Apa karena aku tidak bekerja Mama terus membuatku sakit hati?." Tanya Soeun lirih dan tercekat saat mengatakan sesuatu yang ia simpan dalam hatinya.
"Iyah! Kau tahu saat ini kita membutuhkan uang banyak untuk memenuhi kebutuhan hidup Soeun. Dan kau, DAN KAU ENAK-ENAKKAN BERDIAM DIRI DI RUMAH!! SEDANGKAN AKU HARUS BANTING TULANG MENCARI UANG UNTUK KITA BISA MAKAN."
"Kenapa Ma? Aku juga tidak mau BERDIAM DIRI DI RUMAH! Aku sudah berusaha mencari pekerjaan di manapun, tapi tidak ada. Nihil!."
"Berusaha apa maksudmu? Hanya bersih-bersih rumah itu yang kau maksud BERUSAHA HAH??." Soeun memejamkan matanya saat suara bentakan sang Mama berhasil mencubit hati terdalamnya. Saat mata Soeun kembali terbuka yang terlihat hanya bayangan ketika di kedua matanya ada butiran air mata jika saja Soeun mengedipkan matanya dalam satu kedip maka air mata itu akan tumpah membasahi pipi tembamnya.
"Jika Mama kesusahan karena ada aku, Maka aku akan pergi dari rumah ini!."
"Iya! Akan lebih baik seperti itu, Dan jangan pernah kembali lagi ke rumah ini. Kau paham!."
Air mata itu kini lolos keluar dari tempat persembunyiannya yang sejak tadi Soeun tahan sehingga Soeun tidak sanggup lagi untuk menahan air matanya. Isakan kecil keluar dari mulut mungil Soeun yang sesegukan sejak tadi.
"Apa yang harus aku lakukan! Aku, Aku_" Gumam Soeun terhenti ketika rasa sakit di kepalanya seperti terhantam ribuan batu ton dan Kini yang Soeun lihat hanya kegelapan di dalamnya.
¥¥¥¥¥¥¥¥€€€€¥¥¥¥¥¥¥¥
Mata itu kini terbuka setelah tiga jam tertutup rapat tanpa celah. Yang pertama kali Soeun lihat hanya atap dinding berwarna putih gading. Lalu bola mata Soeun melirik ke arah kiri dan kanan yang memperlihatkan barang-barang mewah.