Bab. 4

1K 107 9
                                    

Kim Bum sadar apa yang ia lakukan semuanya salah. Tapi Kim Bum ingin wanita itu hanya untuk miliknya walau bagaimanapun caranya. Yang Kim Bum pikirkan saat ini hanyalah misi itu terselesaikan, misi untuk menewaskan seseorang yang menurut Kim Bum bahaya. Apapun Kim Bum lakukan asal Soeun gadisnya selalu berada di sampingnya.

Ada kalanya cinta seseorang bisa membutakan keadaan yang normal menjadi sangat rumit. Kata orang cinta itu buta, Tetapi orang yang bisa melihat sekalipun bisa terkalahkan dengan seorang tunanetra dengan cara mengandalkan hatinya. Karena seorang tunanetra masih memiliki akal dan perasaan, Tapi tidak dengan mereka yang mengaku bisa melihat dunia dengan kedua bola matanya karena akal dan perasaan mereka tidak terpakai. Kata orang cinta itu butuh pengorbanan, Tapi dalam masalah Kim Bum kata pengorbanan itu tidak ada sama sekali. Yang Kim Bum lafalkan dalam pusat pikirannya hanya ada dua kata, Mati dan hidup. Kim Bum tidak akan segan untuk membunuh orang yang membuatnya terancam jika seseorang itu merampas cintanya dari hidup Kim Bum.

"Cari ke seluruh pelosok di negara itu. Dan temukan kakakku dengan keadaan masih koma." Kata Kim Bum dingin sambil membelakangi sang suruhan dengan tangan yang menyilang di depan dadanya. Kim Bum mengeraskan rahangnya ketika mendengar anak buahnya mengucapkan sesuatu yang membuat hatinya meradang tidak karuan.

"Sial! Jadi dia sudah siuman. Lalu kenapa kau memberi tahuku sekarang, Berengsek!!!." Maki Kim Bum menerobos ke arah anak buahnya dan mencekik leher suruhan Kim Bum erat sehingga membuat Il Joo sulit untuk bernapas, Karena pasokan oksigennya mulai terkikis oleh cekikan Kim Bum.

"Ma-af tuan, Sa,Saya baru mendengar informasi ini dari anak buah suruhan. Dan mereka ke,kembali kehilangan jejak lagi." Jawab Il Jo terbata sambil menahan tangan Kim Bum yang masih mencekik lehernya dengan bertambah kuat.

"BERENGSEK!!!!." Teriak Kim Bum lalu melepaskan cekikannya dari Il Jo dan membanting semua barang-barang yang ada di atas meja ruangan kerjanya.

"Aku tidak mau tahu, Kau harus temukan dia dimanapun berada. Jika perlu tambah suruhanmu untuk mencarinya_"

"Mencari siapa? Kau ingin mencari siapa Kim Bum? Dia siapa maksudmu?." Dari ambang pintu Soeun menghampiri mereka berdua yang terlihat tegang dan memotong perkataan Kim Bum pada Il Jo. Soeun menatap Kim Bum heran yang berwajah datar padanya. Soeun menghembuskan napasnya lalu berucap,

"Apa aku terlalu ikut campur?." Tanyanya pada Kim Bum sambil berjalan meletakkan kotak makanan di atas meja kerja Kim Bum dan kembali menghadap Kim Bum. Soeun menghiraukan meja kerja Kim Bum yang berantakan dan memilih bungkam.

"Kau boleh pergi." Kim Bum menghiraukan pertanyaan Soeun dan lebih memilih menyuruh Il Jo untuk pergi dari hadapannya. Sebelum Il Jo pergi Kim Bum mengatakan sesuatu padanya,

"Lakukan perintahku." Tandasnya pada Il Jo dan Di angguki oleh Il Jo. Dan Il Jo pun menghilang di balik pintu yang beberapa detik terbuka.

Hening,

Beberapa detik kemudian setelah Il Jo pergi Kim Bum membuka percakapan terlebih dahulu pada Soeun.

"Kenapa kau tidak mengetuk dulu pintunya?."

"Aku sudah mengetuk, Tapi kalian tidak ada yang menyahut. Dan aku putuskan untuk membukanya langsung. Jadi apa yang kalian bahas tadi? Kau ingin mencari siapa?." Jawab Soeun dan berakhir dengan pertanyaan yang membuat Kim Bum mematung sesaat.

"Apa saja yang kau dengar?."

"Tidak semua tapi sebagian." Kata Soeun sukses membuat Kim Bum tegang dan menatap Soeun dengam tajam.

"Apa? Sebagian apa yang kau dengar?." Tanya Kim Bum menatap tajam Soeun dan mengepalkan kedua tangannya. Soeun pum yang merasa terintimidasi hanya menundukkan kepala ciut untuk menatap balik Kim Bum. Soeun kira Kim Bum tidak akan semarah ini padanya, Tapi Soeun salah jika bermain-main pada Kim Bum. Soeun menyesal dan merutuki kebodohannya sendiri karena sudah membohongi Kim Bum.

ACUERDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang