Sebenarnya, Camila itu anak baru yang masuk pada satu bulan pertama di semester satu dikelas sebelas.
"Perkenalkan, nama saya Camila Salsabila. Panggil saja Camila. Saya pindahan dari SMA 3 Bandung." ucapnya ketika dipersilahkan untuk memperkenalkan diri didepan kelas.
Gue yang duduk dibelakang, cuma memperhatikan tanpa mendengarkan lebih jelas. Gak menarik soalnya. Mana mukanya jutek gitu.
First impression gue cuman, "oh, dari Bandung." iya, gitu doang.
Camila pun dipersilahkan buat duduk dibangku yang pas banget di depan gue. Begitu dia duduk, hidung gue langsung menghirup wangi shampo bayi. Gila nih cewek. Pantesan daritadi digodain satu kelas, auranya aja kuat banget.
"Tet, lo gak mau kenalan?" Abiyasa yang duduk disebelah gue berbisik.
Oh iya, di sekolah gue emang dipanggil Sutet. Mereka manggil pake nama belakang gue, 'Sutta'. Tapi tiba-tiba diplesetin jadi begitu. Suka-suka mereka aja lah.
"Ogah," balas gue pelan. Bukan ogah sih, lagi mager aja. Biasanya kan kalau tentang cewek, gue paling bersemangat. Tapi kali ini, enggak dulu deh.
Abi berdecak kecewa, "tumben gak semangat lo. Takut gagal dapetin hati ni cewek?" tanyanya dengan penasaran. Tapi sedetik kemudian cowok itu tertawa, "gue lupa. Lo kan emang selalu gagal!"
Yeu, dasar kutu penyet.
Seperti yang gue bilang, cewek yang bernama Camila itu jutek. Buktinya, Abi ngajak kenalan aja cuman disenyumin. Bener kan, hati kecil gue berkata kalau gak usah kenalan. Coba kalau kenalan, sakit hati dah gue dijutekkin sama cewek cantik secantik Camila.
Feeling orang ganteng nggak pernah salah.
Tapi pas istirahat, gue jadi merasa tertantang buat ngajak Camila kenalan. Secara kan dia juga belum tau nama gue. Akhirnya gue memutuskan untuk balik ke kelas setelah membeli jajan di kantin.
Bisa gue lihat, Camila makan makanan yang dia bawa dari rumah. Dia duduk sendirian dibangkunya. Teman sebangkunya, Dea, mungkin lagi jajan. Tapi siapa yang peduli.
Gue pun dengan tangan yang menggenggam minuman, berjalan dengan santai ke arah bangku gue. Ketika lewat disamping Camila, gue langsung takut. Auranya jadi horror gitu.
"Cemen amat sih gue," hina gue ke diri sendiri. Masa kenalan doang enggak berani.
Tiba-tiba Camila menoleh ke belakang. Mata kita berdua bertemu. Setelahnya, dia tersenyum.
"Habis ini pelajaran apa?" tanyanya. Suara nya ya ampun, meleleh gue.
"Gak ada pelajaran." jawab gue sekenanya.
Camila menyerngit bingung, "kok gak ada?"
"Biar gue bisa kenalan sama lo lebih lama lagi." Gue menyengir lebar. Duh, nih mulut pinter banget modusnya. "Nama gue Hafiz Arya Sutta. Terserah lo mau manggil gue apa. Udah biasa gue dipanggil macem-macem." lanjut gue sambil mengulurkan tangan.
Dia menjabat uluran tangan gue, dan tersenyum. "Hmm,"
Gue mengangguk. Dalam hati gue udah seneng banget, akhirnya gue ditanggepin sama cewek. Walaupun cuman dijawab dengan gumaman.
"Hafiz, serius nih. Abis ini pelajaran apa?"
Woy, akhirnya... ada yang manggil gue pake panggilan asli. Gue terhura banget. Selama ini semua orang manggil gue Sutet. Bahkan Ibu Bapak gue, mereka juga plesetin nama gue.
"Serius elah." balas gue greget. Gak percayaan amat sih sama orang ganteng. "Seharusnya pelajaran kimia, tapi gurunya gak masuk."
"Ohh."
Camila pun kembali ke posisinya. Idih jutek amat cuman jawab 'ohh'.
Di ambang pintu ada Abi masuk kelas. Menurut gue, setelah ini dia mau ngasih makanan ke Camila. Palingan juga sama Camila, makanannya dikasih ke gue.
"Hai, udah makan?" tanya Abi sambil berdiri didepan meja Camila.
Camila menengadahkan kepalanya. Cewek itu hanya mengangkat alisnya, "kenapa?"
"Nih buat lo. Dimakan." Abi memberikan sebungkus besar makanan ringan ke Camila. Tai, gue jadi laper kan. Kemudian Abi pergi dan duduk di sebelah gue.
Gue langsung menoleh ke Abi, "mending makanannya buat gue, Bi. Laper tadi cuman makan siomay lima ribu."
"Idih, ogah. Makan aja tuh penghapus." Abi menunjuk sebuah penghapus yang ada di meja gue.
"Laper bego. Lo kan—"
"Hafiz, mau nggak? Ambil aja." tiba-tiba Camila memutar badannya sambil menjulurkan makanan yang diberi Abi.
Sakit ya, Bi.
"Gak usah. Gue bisa beli sendiri." tolak gue karena nggak enak sama Abi.
Kemudian Camila bangun dari duduknya, dan tau apa yang dia lakuin? Dia nawarin ke satu kelas woy. Balik ke bangkunya dia udah gak megang bungkus makanan itu lagi. Udah dibuang.
Sehat kan, Bi?
"Gue mundur aja deh." tiba-tiba Abi bersuara dengan tatapan kosong.
Gue menepuk pundaknya kencang-kencang, "sabar bro. Masih ada yang lain." hibur gue.
"Lo harus maju, Tet. Katanya mau ngambil hati cewek jutek. Biar kayak emak bapak lo."
Gue terkekeh, "masih inget aja lo. Tapi enggak dulu deh. Gak tertarik."
Bohong kalau sekarang gue gak tertarik sama cewek jutek.
-Tbc-
Nih visual si Abiyasa a.k.a Abi. Soalnya nih anak bakal sering muncul menemani keseharian Sutet ku tersayang *iyuh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Abiyasa Rafi Al-Anshory
Kenapa Woojin? Kok bukan Daniel yang jadi sahabatnya Ong? Soalnya kalo Daniel kegantengan, kasian kalo dia disakitin terus sama Camila. HAHAHA :v
Maaf kalo bacot. Lewatin aja.
Satu lagi, terima kasih buat yang udah baca dan vote. Kalo ada kritik dan saran bilang ya.
