Cantik dan Aku

114 13 27
                                    

"Jangan menatapku terlalu lama,

Aku takut nanti kamu jatuh cinta kepadaku."

-Cinta Arsaji Bumis Harapi Angkasa-

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Aku tahu kalau ketampananku akan memikat seluruh kaum hawa yang melihatnya. Meski nyatanya setelah kematian datang, aku masih tetap menjomblo. Hah! Lucu sekali.

Bukan! Bukan karena aku tidak laku, 'kan sudah kubilang jika aku ini tampan. Aku hanya sedikit pilih-pilih, karena pada hakikatnya yang tampan akan bersama dengan yang cantik. Hanya saja semua yang cantik incaranku itu matanya agak-agak juling. Mereka sama sekali tidak mengerti pesona seorang Cinta Arsaji Bumis Harapi Angkasa.

Ya sudahlah. Nanti juga mereka menyesal. Pasti memohon-mohon untuk diajak jadian. Sayangnya, seorang Cinta paling anti dengan perempuan seperti itu. Aku lebih suka mengejar daripada dikejar. Jangan heran jika aku masih betah menjomblo sampai sekarang.

Lupakan dulu soal kejombloanku. Saat ini aku harus segera memakai baju. Tidak lucu jika aku bercerita dalam keadaan telanjang seperti ini. Tidak! Tidak benar-benar telanjang tentunya. Aku sudah mengenakan celana panjangku. Hanya tubuh bagian atas saja yang belum tertutupi kain.

"Sialan! Si Kunti nyembunyiin bajuku dimana sih?" kesalku setelah keluar dari kamar terakhir yang aku yakini bajuku ada di sana, meski akhirnya aku tetap tidak menemukannya.

Aku berjalan dengan frustasi menuju ruang tamu. Ruangan itu berantakan. Begitupun dengan ruangan lainnya yang sudah aku acak-acak hanya untuk mencari bajuku yang belum ketemu.

Jangan protes, aku tinggal di rumah kuno sebesar ini sendirian. Jadi aku bebas melakukan apapun. Termasuk mengacak-acak barang yang ada di sini dan memecahkan guci antik yang berumur puluhan tahun.

Bicara tentang tinggal sendirian, sebenarnya rumah ini bukan asli milikku. Aku baru tinggal di sini selama satu hari. Jika penasaran kemana para pemilik aslinya pergi, mereka sudah aku usir kemarin setelah melalui proses yang sangat sulit tentunya.

Uh! Penghuni asli di sini sebenarnya sangat banyak sekali. Aku sampai lelah harus menghajar mereka satu persatu. Hei, aku punya alasan mengapa aku menghajar mereka.

Aku sedang berjalan-jalan mencari cinta sejatiku, tak sengaja aku mendengar warga sekitar berdesas-desus mengenai penampakan dari sebuah rumah tua. Katanya hantu di sana sering mengganggu dan menjahili warga sekitar dari jaman kakek buyut mereka secara turun-temurun.

Tentu saja aku tidak tinggal diam. Sebagai sesama hantu, aku jelas tidak bisa membiarkan penghuni rumah besar itu merusak reputasi baik para hantu. Selain itu, aku nanti akan kesulitan mendapat seorang pacar jika reputasiku buruk. Tidak! Itu tidak boleh terjadi.

Tanpa menunggu ibu-ibu itu selesai bergosip, aku langsung masuk ke dalam rumah besar itu. Aku langsung disambut 'baik' teman-teman sesama hantuku. Baru lima detik berdiri di ruang tamu, pipiku sudah merah lebam karena si hantu wanita berambut panjang hingga menyapu lantai menamparku. Uh! Sepertinya mereka tahu maksud kedatanganku di sana.

"Sana pergi!" perintahku dan langsung membuat seluruh perhatian tertuju padaku. Dari Om-Om Genderuwo, Neng Kunti, Mas Buto Ijo, sampai si Bocah Tuyul menatap sinis ke arahku.

Duh, penampilan mereka itu merusak wujud asli hantu yang sesungguhnya. Lihat saja wujudku yang seperti manusia biasa, tampan dan rupawan. Tidak seperti mereka yang abstrak begitu. Padahal wujud asli mereka di dunia hantu juga sama sepertiku. Aku juga tidak mengerti mengapa mereka mau bersusah payah merubah wujud jadi seperti itu. Bukankah jadi sulit mendapatkan pacar?

"Eh! Gak kebalik? Kamu sana yang pergi." Si Kunti yang tadi menamparku menyahuti perkataanku.

"Duh, ini orang-orang aneh bermuka abstrak yang merusak reputasiku sebagai hantu, emang harus ditindak lanjut nih!" Aku tersenyum miring sambil melemparkan tatapan menantang.

Jangan tanya kejadian selanjutnya seperti apa. Tentu saja aku langsung dihajar habis-habisan. Jelas karena aku kalah jumlah. Aku sendiri dan mereka keroyokan.

Lalu bagaimana caranya aku mengusir mereka? Para Neng Kunti kuberi kenalan hantu-hantu tampan sepertiku, si Tuyul kuberi uang jajan supaya jangan mencuri uang orang lain lagi, si Om Genderuwo dan Mas Buto Ijo kuberi kartu nama para tukang salon terkenal di dunia hantu, untuk memperbaiki penampilan mereka yang memprihatinkan itu.

Pada akhirnya, mereka semua pergi dengan sukarela dan rumah besar ini menjadi milikku sepenuhnya. Aku tersenyum puas mengingat kejadian kemarin itu.

Suara decitan pintu membuatku yang baru saja hendak berbaring di atas sofa, menoleh ke belakang. Sedetik kemudian teriakkan seorang perempuan mengagetkanku dan membuatku berteriak juga.

Ya ampun! Darimana datangnya perempuan itu?

Menyadari perempuan itu tak berkedip cukup lama saat menatapku, buru-buru aku menutupi dada bidangku dengan kedua tangan. Ya Tuhan, aku ternodai. Bahkan di saat aku belum sempat berpacaran. Duh! Aku gak bisa diginiin.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Diterbitkan tanggal :
12 Februari 2018

(723 kata)

Salam, Fe 😄😄

Ssst...! Ada Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang