Cinta dan Cantik

93 14 25
                                    

Jatuh cinta pada pandangan pertama itu memang benar ada. Seperti hal yang saat ini kurasakan. Ada getaran lucu yang tiba-tiba menelusuk ke dalam hatiku saat pertama kali aku melihatnya.

Duh! Sayangnya jatuh cintaku berlabuhnya di tempat yang tidak tepat. Masa iya aku jatuh cinta pada seorang hantu laki-laki yang bertelanjang dada di depanku ini. Itu tidak lucu. Sungguh!

Tapi kalau aku boleh jujur, si Hantu Penunggu Rumah Tua itu memang punya wajah di atas rata-rata, dibanding hantu sialan yang masih mengekorku di belakang.

"Kamu!"

Deg! Jantungku rasanya ingin lepas dari tempatnya begitu mendengar suara si Hantu Ganteng Penunggu Rumah. Debarannya begitu cepat, hingga si Hantu Sialan yang berdiri di belakangku saja bisa mendengarnya. Sekarang dia justru sedang terkekeh mengejekku. Menyebalkan!

Aku menunjuk diriku sendiri sambil menatap si Hantu Ganteng dengan polos. "Maksudnya aku?"

Si Hantu Ganteng memutar kedua bola matanya. "Bukan! Bukan kamu! Itu yang berdiri di belakangmu, ke sini cepet!"

Aku mengerutkan dahi sambil menoleh ke belakang. Aku dan si Hantu Sialan saling menatap bingung.

"Maksudmu aku?" tanya si Hantu Sialan.

"Iya kamu. Siapa lagi? Cepetan sini!" katanya terlihat tidak sabar.

Aku mengamati si Hantu Sialan yang berjalan menghampiri si Hantu Ganteng. Aku penasaran apa yang akan dilakukan si Hantu Ganteng--yang masih menutupi dadanya yang bidang itu dengan kedua tangan--pada si Hantu Sialan.

Aku cukup terkejut saat melihat si Hantu Ganteng langsung berdiri di belakang si Hantu Sialan. Aku mengerutkan dahi lalu tersenyum samar.

"Aku baru tau ada hantu yang malu sama manusia," godaku dan sukses membuat si Hantu Ganteng melotot sebentar padaku.

Mengetahui ternyata si Hantu Ganteng itu tidak menakutkan sama sekali, aku memberanikan diri untuk mendekatinya.

"Eh mau ngapain?" Si Hantu Ganteng terlihat panik saat jarakku makin dekat dengannya.

Aku mengulum senyum dan tetap berjalan mendekat. "Emang kenapa sih? 'Kan aku gak gigit."

"Berani maju satu langkah lagi, mampus kamu!"

"Maksudmu kayak gini?" Aku tertawa sambil tetap melangkah maju.

"Ya ampun! Demi para hantu-hantu yang kemarin aku usir, Cinta ngaku, Cinta salah. Tapi, kalian gak perlu ngirim cewek aneh kayak gini. Tobat gusti. Cinta takut. Cinta masih perawan, please!"

"Perjaka, Onta!"

Aku mengabaikan si Hantu Sialan yang barusan protes. Mataku masih tertuju pada si Hantu Ganteng yang masih bersembunyi itu. "Jadi, kamu namanya Cinta? Lucu juga. Namaku Cantik. Bang Cinta mau gak pacaran sama Cantik?"

"Jangan mau sama dia. Dia itu pengusir hantu. Kerjaannya ngibulin para hantu. Hobinya ngutang sama hantu. Aku aja habis dibohongin sama dia."

"Ih! Apaan sih kamu hantu sialan! Hantu jelek dilarang berpendapat. Udah pergi sana. Ganggu aja!" Aku mengibas-ngibaskan tanganku pada si Hantu Sialan, berharap hantu itu segera pergi.

"Bagi dulu jatahku, baru aku pergi."

Uh, kesal! Mana ada uang aku saat ini. Aku saja jalan kaki jauh-jauh dari stasiun menuju rumah ini. Tiga kilometer. Bayangkan! Tapi, jika kupikir lagi, si Hantu Sialan ini akan tetap ada di sini dan mengganggu proses pendekatanku dengan Bang Cinta. Duh! Bikin repot aja sih!

"Minggu depan, aku janji aku balikin uang kamu." Aku memasang wajah imutku, barangkali dia bakal luluh dengan pesonaku.

"Enggak!"

Ssst...! Ada Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang