"Emm....aduh dimana aku ?"
Aku agak setengah sadar dari tidur panjangku. Mungkin. Sambil setengah sadar,ku pegang ujung kening sambil mengurut-urut ujung pelipisku. Pandanganku masih agak buram. Namun,dimanakah aku sekarang ? Mengapa semua barang disini bernuansa kayu ? Aku lalu merebahkan kembali tubuhku diatas kasur busa yang empuk.Disamping tempat tidur ada sebuah laci yang diatasnya terdapat sebuah foto keluarga yang harmonis. Tampak difoto itu kedua orang tua yang sedang mencium pipi putrinya. Di bagian kanan ibunya mencium pipinya dan dibagian kirinya ayahnya yang sedang mencium pipi putrinya. Saat melihat foto itu,tiba-tiba air mata ku berlinang. Namun,dengan kasar aku segera mengusap air mata yang sudah lolos jatuh mengaliri pipiku.
Sungguh aku tak ingin menangis lagi. Sudah banyak sekali air mata yang ku keluarkan akibat keluargaku yang rusak. Saat aku menaruh foto itu kembali diatas laci,terdengar suara kenop pintu yang dibuka dan aku menoleh ke sumber suara. Tampaknya,itu adalah pemilik rumah sekaligus kamar yang kutempati saat ini. Ia kemudian menutup pintu dan menghampiriku.
"Heyyy..Sean kamu sudah sadar ya ? bagaimana keadaanmu saat ini,apakah kepalamu masih pusing ?"
Rose melontarkan pertanyaannya sambil duduk di sampingku.
"Oh hai Rose,sudah tidak begitu pusing lagi. Terima kasih sudah menolongku ya."
"Tak masalah Sean,kita kan teman."Rose menghampiriku sambil mengusap-usap kepalaku. Sungguh aku sangat bahagia jika ada seseorang yang memperhatikanku. Ia kemudian berbaring disampingku sambil menatap langit-langit kayu kamarnya. Dengan posisi yang masih menatap langit-langit kamarnya ia bertanya kepadaku.
"Sean,apakah kamu tidak makan ?"
"Tidak Rose,aku tidak lapar. Besok kita ada kelas jam berapa ?"
"Kita besok ada kelas jam 10 Sean. Memangnya kenapa ya ?"
"Ohh. Ya gak papa sih. Cuma tanya saja."
"Emm...Rose,aku mau kamu menjawab dengan jujur pertanyaanku yang satu ini dan ini serius."Kemudian Rose merubah posisi tidurnya menghadap kepadaku. Sehingga jarak kami sanagt dekat. Kira-kira 5 cm saja. Sungguh tatapan matanya membuatku meleleh. Hey....hey....hey....gak mungkin aku cinta sama Rose. Aku langsung berucap kala itu.
"Rose,will you be my......"
Saat aku sedang mendaratkan pertanyaan padanya,sebuah ketukan muncul dari arah pintu. Ooohhhh....shitttt.Sial.suara ketuk pintu. "Rose,kalau nak Sean udah sadar,suruh dia makan ya nduk."
Aku terkejut dan langsung menutup seluruh tubuhku dengan selimutku. Eh....tepatnya selimut Rose. Sungguh aku sangat tidak nafsu makan jika badanku sudah sakit begini. Melihat tingkahku,aku dapat mendengar suara Rose yang sedang tertawa kecil."Iya bu,nanti kalau Sean bangun,Rose suruh makan deh."
"Ok kalau gitu,ibu tinggal dulu ya nduk. Udah malam,ibu mau tidur."
"Ok bu. Mimpi indah."
"Ok."Hening. Sepertinya ibu Rose telah meninggalkan kamar Rose dan aku langsung membuka selimut yang membuat nafasku sulit bernafas selama berada didalam sana. Saat aku akan mendaratkan kembali pertanyaan pada Rose,ia sudah menghujani ku dengan berbagai pertanyaan yang terlontar dari mulutnya.
"Sean,kamu beneran gak makan ta. Nanti kalau sakit mu tambah parah gimana ? Kalau lambungmu kambuh dan minta makan gimana ? Kalau kamu gak bisa minum obat gimana ? Dan kalau kamu besok gak mas............"
Sungguh aku sangat gemas denagn sikap Rose kalau sudah cerewet begini. Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya,aku sudah menghentikannya dengan sebuah kecupan singkat di bibir Rose yang membuat ia agak terkejut namun tidak menolak dan tak ada perlawanan.
"Jangan pernah bawel Rose,tambah gemas aku dibuatnya.............."
Sungguh aku menunduk dan menenggelamkan mukaku sedalam-dalamnya. Aku takut jika Rose marah bahkan ia tega mengusirku dari rumahnya saat ini juga di tengah derasnya air hujan. Namun, aku merasakan tangan Rose yang memegang daguku dan mengangkat wajahku.
"Sudahlah Sean....tak usah dipikirkan. Gak papa kok. Aku gak marah dan gak akan pernah untuk membencimu."
YOU ARE READING
Straight ?
RandomAku mulai mencintainya saat malam dimana ia menolongku dalam keadaan rapuh ku akibat keluargaku. ~Sean~ Entah mengapa semenjak aku mulai deat dengannya, aku tak pernah mau...