"Pak,bu, Sean nginep sini lagi ya bu...pak.... Pliiss."
Kali ini didepanku tampak seorang perempaun denagn gaun selutut dan sebuah flat shoes yang melindungi kaki putih mulusnya tengah memohon kepada kedua orang tuanya agar aku ya..aku, bisa kembali menginap di rumahnya dan kini aku sedang berdiri dengan posisi yang menundukkan kepala ku sambil memainkan jari-jari tanagn ku yang sudah basah oleh keringat yang ku timbulkan sendiri.
"Iya sayang,gak papa. Nak Sean udah ibu anggap sebagai anak sendiri kok. Ya kan pak ?"
"Iyaa..bener itu. Nak Sean juga kadang nemenin bapak maen catur. Kalo gak gituuu...ya.....ngeronda bareng. Ya kan nak Sean ?"
"Iyy...iya pak. Bener tuh."
"Ihhhh...bapak,Sean kan cewek pak. Masa' iya sih harus ngeronda ?"
"Hahahaha....."
Akhirnya aku pun juga ikut tertawa. Ayah Rose sanagt berperilaku baik terhadapku. Ibu dan Rose pun juga bertingakah sangat baik terhadapku. Selalu menganggapku adalah anaknya sendiri. Namun,Rose tetap tidak terlupakan dimata mereka. Mereka memperlakukan aku dan Rose sama. Walaupun aku hanya sebatas teman akrab Rose.
Apalagi ayah Rose, ia juga sangat menyayangiku. Kadang kami bermain catur,kelereng,layangan,bersepeda,bermain sepak bola, bermain basket dan permainan laki lainnya. Sejujurnya, ayah Rose ingin sekali memiliki anak lelaki namun,ternyata yang keluar dari perut Ibu Rose adalah seorang bayi wanita yang sekarang diberi nama Rose ini.
Namun,sejak aku datang dan hadir dalam keluarga Rose,Ayah Rose yang tadinya sudah ceria, kini semakin lebih ceria. Bukannya aku ge-er ya...tapi memang itu kenyataannya kok. Ia menganggapku sebagai anak laki-laki nya. Itu karena penampilan dan kebiasaanku yang terkesan seperti pria. Namun,walaupun aku seperti pria, aku tidak pernah menyesap rokok dan membiarkan benda panjang itu meracuni tubuhku. Aku sangat bahagia keluarga Rose bisa menerima kehadiran ku dengan tulus.
"Rose...bangun yukkk...hari ini kita ada kelas lhooo jam setengah delapan."
"Uhhhh....sekarang masih jam berapa sihhhh Seann?"
"Udah jam lima Rose,ayo bangun. Kamu kan juga harus shalat dulu."
"Ohhh....iya ya, Ya udah deh ayo. Nanti shubuhnya keburu habis lhoooo....Ayo Sean. Cepetan Sean. Cepeettt..."
"Yaaaahh...giliran aku tadi yang bangunin eh malah males-malesan."
"Hhhiihhhh....tau ah Sean nyebelin." (bangkit dari tempat tidur)
Yaaa....gini dech aku kalau Rose lagi jutek. Emang dia itu susaahhh...banget kalau disuruh bangun. Apalagi kalau bangun. Susahnya kayak bangunin orang koma. Setelah terdengar suara kenop pintu dibuka,aku tahu jika itu adalah Rose. Namun,terlihat dari raut muka Rose yang masih terlihat agak marah. Raut muka Rose masih saja cemberut dengan kening yang berkerut dan alis yang bertaut. Aku lalu melangkah kea rah kamar mandi melewati Rose sambil tersenyum sendiri dan menggelengkan kepalaku.
"udah wudhunya ?"
"Iya..udah kok Rose. Kenapa memangnya ?"
"Cuma tanya doank. Soalnya kamu lama banget kalo wudhu."
"Aku memang agak lama Rose,soalnya aku sekalian mandi."
"Haahhh....sama mandi ? Kok cepat banget sih mandinya ?"
"Gimana siihhh....katanya lama banget sekarang malah dibilang cepet banget ?"
"Hhhiiihhh......tau ah. Ayo cepet shalat. Pake tuh mukenahmu diatas tempat tidur. Jangan banyak bicara. Cepetann."
"Iya...iya Rose."
Jujur saja, Rose seperti ini cuma bercanda bukan sungguhan. Itu karena ia memang tidak bisa marah kepadaku. Hehehehehe....ke ge-eran banget yah aku. Namun,memang itu kenyataannya kok. Rose tidak bisa marah kepadaku karena aku dan Rose sudah lama berteman sejak SMP dulu. Namun,saat SMA,kami pisah sekolah dan bertemu lagi di universitas ini. Yaappp...UM.
Setelah shalat,aku berganti pakaian,sementara Rose sendiri sedang mandi. Lalu,satu ide ku muncul untuk meminta maaf pada Rose. Kubuka lemari pakaian Rose dan kupilihkan pakaian untuk ia kenakan ke kampus nanti. Yaappp...mata ku tertuju pada gaun pendek selutut dengan warna coklat muda dan motif beruang kecil di seluruh gaun itu. Tak lupa pula aku siapkan sepatu flat shoes dengan warna yang senada dengan gaunnya. Kuambil sebuah notes kecil dan aku tulis "Rose,aku minta maaf ya. Aku tadi Cuma bercanda. Kalo kamu mau maafin aku,pake gaun dan dan sepatu ini ya." Aku lalu menempelkan notes itu digaun Rose dan aku keluar dari kamar Rose setelah mendengar bunyi kenop pintu dibuka.
"Pagi tante,pagi om."
"Pagi sayang...."
"Oh iya, Rose mana ya kok gak bareng sama kamu ?"
"Rose lagi dandan tante."
Kugeser kursi yang ada di hadapanku. Aku lalu mengoles selai coklat diatas roti tawar yang terhidang di depanku ini. Saat aku akan memasukkan potongan pertama ke mulutku, terdengar bunyi kursi yang digeser. Saat aku menoleh ke samping, tiba-tiba Rose sudah ada disampingku sambil membawa tas selempangnya.
"Pagi sayang,sarapan dulu ya nak."
"Iya bu. Rose akan sarapan kok. Lagian Rose kan berangkatnya bareng sama Sean bu."
"Oh....ok-ok."
Seketika itu juga aku langsung menghentikan kunyahan ku dan spontan menoleh ke arah Rose. Tampak Rose yang sudah duduk manis sambil menoleh ke arah ku dengan senyumnya. Ha...ha..ha..ha..entahlah itu senyum tulus atau senyum pembalasan. Harus kuakui bahwa hari ini Rose tampak imut sekali. Dengan segala hal yang bermotif beruang. Rambut panjang dan poni pagarnya ia biarkan terurai. Jepit rambut berbentuk boneka beruang telah bertengger di bagian pinggir matanya.
YOU ARE READING
Straight ?
RandomAku mulai mencintainya saat malam dimana ia menolongku dalam keadaan rapuh ku akibat keluargaku. ~Sean~ Entah mengapa semenjak aku mulai deat dengannya, aku tak pernah mau...