Aku langsung masuk ke lift menekan lantai 2. Begitu pintu lift terbuka, aku langsung berlari, belok kiri dan sampai lah aku di depan kamar no 9. Tak sulit bagiku untuk menemukan kamar yang dad tempati. Pintu coklat membatasi kamar dan lorong rumah sakit terkemuka itu. Tanpa ragu, aku langsung membuka pintu kamar itu. Tampak di dalam kamar sepasang suami istri tengah berada di dalamnya. Dengan lirih, aku memanggil mom....
"Momm...."
"Seann..."
Melihat ku, mom langsung memeluk sambil menangis. Aku tak kuasa lagi menahannya. Air mata ku jatuh dan benteng pertahananku runtuh. Aku memeluk mama sambil menangis.
"Seann...maafkan mom nak. Mom dan Dad selalu aja membuat hatimu terluka nak..."
Ku dengar mom mengucapkan kata itu dengan tulus sambil memeluk ku semakin erat.
Melihat ini, aku semakin merasa bersalah dan berdosa saja. Pikiran positif ku mulai muncul...karena mereka bekerja keras banting tulang juga buat aku kuliah dan berkebutuhan.
"Iyaa...mom...maafkan Sean juga mom yang selama ini menghilang tanpa pernah mom tau kemana Sean pergi."
"Iyaa..nak."
Mom menceritakan awal mula dad bisa masuk rumah sakit. Ternyata, dad mempunyai penyakit sesak nafas akut. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit seminggu yang lalu.
"Mom...kenapa mom baru bilang sekarang sama Sean."
"Maafkan mom Sean."
Lagi-lagi air mata itu jatuh lagi. Urrghhhh...aku paling tidak tahan melihat seorang perempuan menagis apalagi itu mom. Wanita yang selalu aku sayangi, lindungi, dan aku cintai sampai kapanpun.
Saat aku tengah bersantai sambil membaca buku pelajaran, ku lihat jari dad yang bergerak-gerak dan matanya yang mulai terbuka sedikit-sedikit.Melihat hal itu aku segera membangunkan mom yang sedang tidur di sampingku.
"Mom...dad bangun mom."
Mendengar kabar bahagia itu, mom langsung bangun dan menuju ke ranjang dad.
"Dad....."
Dengan suara lemah dan parau dad menyahut panggilan mom yang juga terdengar parau di telingaku. Aku yang melihat kejadian itu, hanya bisa diam sambil memandang keduanya dengan wajah datar dan tanpa ekspresi.
"Mommm....."
Mom lalu memegang tangan dad. Dad lalu menoleh padaku. Ia menatapku cukup lama kemudian....ya...menangis. Ia menangis kawan. Langsung saja, air mata ku jatuh lagi. Aku memeluk Dad dan dad membelai kepalaku dengan sebelah tangannya.
Hari itu juga, selama 2 bulan ini, aku selalu menjaga dad setelah pulang dari kuliah. Dan setiap 1 minggu sekali, Rose, Rian, Raka, Merry, dan Reno selalu rutin mengunjungi Dad di rumah sakit. Mereka membawakan buah-buahan kegemaran dad.
Kadang mereka juga membawa roti atau gudeg kegemaran dad. Dan selama 2 bulan ini rambutku memanjang dan tubuh ku agak kurus. Selama dad sakit, aku jarang sekali merawat tubuhku. Namun, aku sangat bahagia karena dad berangsur-angsur membaik dan ia bisa keluar dari rumah sakit setelah dua bulan lamanya.
2 bulan berlalu.......
Saat ini aku tengah berada di kantin bersama sahabat- sahabatku. Dan sekarang, rambutku telah pendek seperti dulu. Seperti saat pertama kali aku bertemu dan langsung jatuh hati pada Rose...*uuppss...dann julukan nona cegan masih tetap ada.
Saat tengah serius makan di kantin, aku langsung bertekad untuk menyatakan uneg-uneg ini pada mereka bertiga
"Hey..kalian bertiga..."
Awalnya, mereka tidak merespon dan tetap bercanda sambil sesekali memakan makanan mereka. Ihhh...sebal aku. Langsung saja aku senyum miring dan....
BRAK......
Melihat tingkahku yang marah, mereka semua langsung diam dan menatap kearahku. Melihat itu, aku langsung tersenyum puas sambil mengangkat sebelah alisku keatas.
"gue mau bilang serius sama kalian semua."
"Ok...nona cegan. loe bebas bilang serius pada kami."
Ku hembuskan nafas dan mengeluarkannya dengan perlahan dan tak lupa aku menatap manik mata mereka secara bergantian satu persatu.
"Will you be my friend if I love a girl?"
Mereka langsung terdiam, memandangku tak berkedip sambil memasang ekspresi datar melihat ekspresi mereka yang sedemikian datar, aku pun langsung membuang muka dari tatapan mereka bertiga.
"Nona...cegan,...."
Raka berucap dengan kata yang lembut dan menenangkan. Mendengar namaku disebut, aku langsung menoleh kearahnya dan apa yang kulihat? Mereka semua telah tersenyum hangat kepadaku....
" Nona cegan....loe itu cantik, mata loe bulat bersinar..."
Reno lalu menambahkan yang lainnya dengan tatapan yang sejuk dan juga senyum yang hangat.
"Bibir loe juga ranum, tinggi loe proporsional, alis loe tebal."
Rian juga tak kalah menambahkan semua cirri fisik yang memang ada padaku.
"Lagian loe itu punya lesung pipi, senyum loe manis dan loe itu bak model nona cegan..."
Mendengar itu, aku agak tersanjung dan aku langsung tersenyum tipis kearah mereka.Akhirnya aku kembali berucap
"'So....gue harus gimana?"
aku berkata dengan mata yang seperti pasrah dan lelah. Langsung mereka bertiga serentak menjawab
"Loee harus berjuang nona cegan. Kami bertiga bakal bantuin loe."
Melihat semangat mereka yang membara, aku juga ikut bersemangat untuk berubah menjadi straight and say good bye to belog. Meskipun aku juga tak tau gimana keanjutannya nanti.
"Thankss...guys."
Aku memeluk mereka bertiga. Lalu kami berempat akan beranjak dari tempat duduk kami untuk menuju ke kelas karena makanan yang kami pesan tadi sudah habis. Saat kami akan beranjak dari tempat duduk, Rose dan Merry tiba-tiba datang.
"Yahh..kalian kok udah mau pergi sih. Gue kan mau gabung dulu sama kalian."
Merry berkata sambil memanyunkan bibirnya yang seperti bebek saja. Hingga aku yang melihat itu, hanya senyum cekikikan.
"Watdooo.....Sorry Mer. Gue kan bukan anak cupu yang telat kayak loe. Gue mah...gak le..."
Belum sempat Rian menyelesaikan kata-katanya, Merry telah menjitak kepala Rian dengan kerasnya dan langsung melipat tangan di dada sambil tersenyum puas melihat Rian yang kesakitan sambil mengelus bekas jitakannya. Melihatnya aku,Raka, dan Reno sudah menaap ngeri.
"Aduuhh... Sakit tau.Loe tuh tangannya sekeras batu nyadar gak sih....Aduuhh...sakit banget anjir.."
"Makanya loe itu sihh..."
Aku,Raka,Reno,dan Rose hanya bisa tertawa ngakak melihat ekspresi keduanya yang sangat jauh berbeda.
YOU ARE READING
Straight ?
RandomAku mulai mencintainya saat malam dimana ia menolongku dalam keadaan rapuh ku akibat keluargaku. ~Sean~ Entah mengapa semenjak aku mulai deat dengannya, aku tak pernah mau...