Rencana

49 2 0
                                    


"Kamu sungguh-sungguh!" Maya kaget mendengar cerita Dede semalam.

"Begitulah, katanya penjahat yang mencuri energi kereta api mereka bersembunyi di gua kali mujur. Kalian tahu dimana kali mujur itu?" tanya Dede.

Seketika teman-temannya diam tanpa kata.

"Itu tempat angker di desa ini," Lio bergidik ngeri.

"Maksudnya?" Dede tidak mengerti.

"Kami belum pernah ke sana, tapi menurut cerita orang-orang kali mujur adalah tempat paling seram di desa ini. Ada banyak keanehan terjadi di sana, ada suara-suara aneh yang terdengar, juga makluk hitam besar yang kadang-kadang terlihat," kata Anton dingin.

"Itu Cakza, makluk legenda bangsa Colazia," kata Dede.

Tanpa mereka sadari kakek Suryo ada didekat mereka dan mendengar pembicaraan lima anak itu di bawah pohon akasia yang daunya rimbun dan sesekali menjatuhkan daun kuning yang sudah tua.

"Kalian sedang membicarakan tentang kereta langit?" tanya kakek Suryo.

Mereka berlima langsung diam, tidak menduga kakek Suryo mendengarnya. Tapi Dede mengangguk. Ingat kalau kakek Suryo tahu tentang kereta api di atas bukit itu.

"Iya, tadi malam malah muncul dua cahaya datang ke kamar dan bilang tentang kesatria," kata Dede yang langsung dicubit oleh Maya. Tidak boleh mengatakan ke orang lain.

"Bangsa Colazia," kata Kakek Suryo dengan mata menerawang.

"Kok kakek tahu?" tanya Anto.

"Tentu saja tahu, kesatria pertama yang mereka pilih adalah adiknya kakek," katanya pelan, "Mereka datang disuatu malam saat kakek berusia 10 tahun dan adik kakek berusia 8 tahun. Mereka menugasi adik kakek untuk melawan Demicola dan makluk legenda mereka Cakza. Waktu itu kakek tidak percaya waktu adik kakek mengatakan itu, sampai akhirnya dia pergi ke Kali Mujur dengan pedang mainan yang baru kami buat beberapa hari sebelumnya seorang diri dan tidak pernah kembali sampai hari ini. Kami sempat mencarinya tapi tidak pernah ditemukan dimanapun, coba saja kakek mau membantu saat dia mengajak ke Kali Mujur mungkin dia tidak menghilang begitu saja," kata kakek Suryo dengan mata berkaca-kaca.

"Jadi kesatria yang mereka maksud itu adalah adik kakek?" tanya Dede, "Kata mereka dia disekap menjadi pelayan Demicola,"

"Dia masih hidup?" tanya kakek Suryo tiba-tiba bersemangat.

"Aku tidak tahu, tapi mereka hanya bilang dia menjadi pelayan Demicola," kata Dede lagi memandangi kakek Suryo penuh empati.

Kakek Suryo hanya tersenyum kemudian, berharap itu benar. Adiknya masih hidup lalu kakek Suryo berdiri dan meninggalkan lima anak itu. Tidak lama kemudian lonceng berbunyi dan anak-anak itu berlari ke dalam kelas kembali belajar bersama bu Ratna.

***

Sepulang sekolah Dede gelisah, memikirkan Zocola yang tadi malam begitu ingin pulang kembali ke planetnya. Lalu berganti ke kakek Suryo yang begitu menyesal dan ingin bertemu adiknya sampai-sampai Dede tidak berselera dengan menu makan siang buatan Ibu. Sop sayuran dengan lauk tempe goreng.

"Kok tidak dimakan?" kata Ibu memperhatikan Dede yang sedari tadi hanya menjadikan makananya sebagai mainan. "Tidak enak ya?"

Dede menggeleng.

"Apa perlu Ayah suapi?" ledek Ayah.

Dede masih terus menggeleng.

Ayah dan Ibu saling pandang, baru kali ini Dede bersikap seperti ini. Hal yang jarang terjadi.

KERETA LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang