Sebuah Jawaban

1.2K 29 0
                                    




Sebagai mahasiswi semester akhir bisa dibilang Andini terlihat benar-benar legowo tentang jodoh, berbeda dengan teman-temannya yang sudah mulai lamaran atau menikah. Meskipun tidak dapat dipungkiri terkadang ia juga ingin seperti teman-temannya yang lain.

Sebenarnya Andini memiliki sedikit perasaan pada salah satu teman sefakultasnya. Bisa dibilang sekitar dua tahun ia mulai menyukainya. Tapi dia selalu ragu dengan perasaannya.

"Din, lihat tuh si Firman!"goda Gita pada Andini.

"Apaan sih git, jangan gitu atuh"

"Mari din"sapa Firman.


"...."Andini hanya membalas dengan senyuman.


FLASHBACK

Malam itu, aku terbangun tepat pukul 02.00 dini hari. Tidak seperti biasanya, aku sedang tidak ingin tidur lagi. Aku memberanikan diri keluar dari kamar kos untuk mengambil wudhu. Ku lihat kaca di wastafel. Memang benar, menyegarkan. Aku melaksanakan dua rakaat sholat sunnah.

Salah satu doa yang meluncur dari mulutku adalah semoga aku bisa melupakan seseorang yang memang tidak ditakdirkan untukku. Dia adalah si Firman.

Masih ku ingat dia selalu membuatku tak karuan. Dari yang selalu menyapaku hingga titip salam untuk kedua orang tuaku. Dia bukan lelaki yang sering chatting dan membicarakan hal yang tidak penting padaku. Hanya saja tepat disaat aku ingin melupakannya, dia selalu datang. Seolah-olah dia punya radar. Hingga usahaku selalu gagal. Sekedar pertanyaan dan pernyataan, seperti ini.

"Bagaimana kabarmu?"

"Semangat ujiannya"

"Jangan tidur sesudah shubuh, tidak baik"

Sungguh aku sangat membenci itu. Tapi disisi lain, hatiku menyambutnya. Hari ini, aku benar-benar ingin yang terbaik, aku tidak mau larut dalam hal yang tidak seharusnya.

Pagi ini, aku berangkat kuliah untuk pertama kalinya di semester ini. Seperti biasa aku mengendarai motor kesayanganku. Kali ini, aku penuh semangat. Entah karena aku yang sudah merindukan kampus atau merindukan yang lain, maksudku kantin.

"Git..."teriakku melihat bentukan Gita di parkiran kampus.

"Pagi-pagi udah teriak-teriak aja loe"

"Hehe, lagi semangat nih. Assalamualaikum neng"sapaku.

"Waalaikumsalam ukhty, loe habis chatting sama Fir..."cerocos Gita.

"Nggak tuh, sebulan yang lalu kali"jawabku cepat.

"Duh, ga usah bete atuh neng. Kuy kelas"

Setelah selesai kuliah hingga pukul 16.00, aku sama sekali tidak melihatnya. Meskipun aku berada di kantin, aku juga tidak melihatnya. Aku hanya melihat sahabatnya. Agus.

"Git, gue mau minta tolong"sambil nyeruput es degan.

"Apa an?"

"Panggilin Agus dong, gue mau tanya sesuatu"

"Gus sini dong, Andini mau tanya ke elu"teriak Gita sembarangan.

"Git malu atuh"kataku sambil nutup muka. Sedangkan dia cuma cengengesan.

"Kenapa din?"tanya Agus.

"Emmm, Firman ngga masuk ya?"tanyaku balik.

"Sebenarnya ini rahasia sih, dia mau diambil mantu sama Pak Kyai temen bokapnya. Makanya dia ijin seminggu dulu, buat nenangin pikiran katanya"jawab Agus dengan suara kecil.

"What????"sergas Gita. Sedangkan aku cuma bisa diam.

Semua sudah jelas. Allah sudah membalas doaku. Dia telah memberikan jawaban atas doa-doaku. Disisi lain, itu adalah hal yang tidak bisa kusesali. Kami tidak pernah memiliki ikatan, hanya pernah saling sedikit perhatian. Hanya pernah saling mendoakan agar istiqomah.

Mungkin inilah jawaban yang terbaik.

Hijrah Cinta AndiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang