BAB 2 - THOSE DAY, WE MET

949 86 13
                                    

Sebelum baca, seperti biasa, kami mau ingetin aja. Jadilah smart reader. Dan smart di sini menyangkut banyak lingkup positif mengenai ‘perjalanan' kalian dalam membaca cerita ini











Suara lengkingan kuda yang berpacu membuat beberapa hewan yang berada di sekitarnya menyingkir dan justru mengalihkan atensi mereka pada gadis yang mengendarainya. Gadis cantik tersebut tersenyum girang sembari sesekali menengok ke belakang, melihat beberapa orang yang mengejar dengan kuda lemah mereka, kuda yang ia tunggangi terlatih dan selalu menang dalam perlombaan, jadi tentu saja tak akan ada yang bisa mengejar. Gadis ini teramat cantik dengan hidung mancung yang jarang, rambut kecokelatan berkilau yang menyesuaikan matanya. Bulu mata lentik, pipi tebal yang entah mengapa bisa berwarna merah muda merona sehingga terkesan sangat manis, bibir kecil ranum, dan jangan ingatkan gadis lain soal betapa kulitnya halus dan putih seperti salju. Tetapi, siapa sangka ia justru tangguh berada di atas kuda hitamnya dan cakap dalam memakai busur panah?

“Sialan!” Umpatnya dengan suara lembut yang ia miliki setelah melihat ada dua prajurit berkuda di depan, maka dengan kesal ia berbelok ke arah kiri dan semakin mempercepat kuda yang ia namai Jun. Tetapi ia sedikit terbingung karena tak ada lagi yang mengejarnya, namun ia melanjutkan ke depan karena melihat ada sungai.

Jun mulai berhenti saat sekitar satu meter dari sungai, dan gadis ini turun tanpa kesulitan meski dalam balutan gaun berwarna buah persik yang lembut, selembut suaranya. Namun lucunya ia tidak memakai alas kaki apapun, dan tanpa rasa jijik ia berjalan menuju sungai, dimana jalan tersebut sedikit licin karena air sungai. Mungkin sebelumnya ada yang ke sini dan membasahi tanah. “Apa kau haus Jun?” Tanyanya pada Jun saat kuda tersebut mendekat dan berdiri di sebelahnya. Kuda tersebut bersuara seolah mengiyakan bahwa ia memang haus, dan kuda tersebut masuk ke dalam sungai yang hanya setingga mata kaki, kemudian meminumnya.

“Kau sialan Jun, aku juga ingin minum, tapi kau mengotori airnya dengan kakimu!” Rancau gadis ini dengan tangan di pinggang. “Aku benci kau!” Sambungnya sehingga sang kuda buru-buru kembali ke tanah dan mendekat, merayu agar majikannya tidak marah lagi.

Tawa gadis ini pecah melihat kelakuan kuda yang sejak kecil ia pelihara ini. “Tidak Jun, aku tidak benar-benar haus. Aku hanya bercanda, kembalilah ke sana dan nikmati airnya!” Gadis tersebut mendorong pelan kudanya untuk kembali. Jun seolah merasa kesal, dengan angkuh melangkah kembali ke air dan menendang air sehingga air sungai tersebut terciprat ke arah sang gadis. “Hei!” Tatapan tajam dari sang gadis tidak dihiraukan sama sekali.

“Jun, kau dengar sesuatu?” Tanya sang gadis saat telinganya menangkap suara anjing menggonggong dengan frekuensi yang semakin dekat. Dan ketika ia melihat ke arah kanan, ada seekor anjing cokelat besar yang tiba-tiba menubruknya sehingga ia terjatuh. Anjing tersebut menyelidiknya dengan mencium aroma sang gadis, kemudian anjing tersebut menggeram dan menggonggong, memanggil seseorang atau mungkin kawanannya.

Gadis tersebut mencoba bangun tetapi anjing tersebut menahannya, sehingga ia memutar bola mata merasa sebal. “Kau anjing yang buruk!” Katanya dengan santai. Dia tidak takut dengan hanya seekor anjing.

“Chi, lepaskan, dia hanya seorang gadis!” Suara khas pria dewasa tersebut membuat mereka menoleh, termasuk Jun yang mulai siaga menjaga majikannya. “Maaf nona, aku menyuruhnya melihat daerah sini karena biasanya musuhku mengintai di daerah sini. Ternyata hanya seorang gadis.” Sambungnya dan berusaha membantu sang gadis bangkit.

Sang gadis menolak uluran tangan tersebut, “Maaf tuan, seorang gadis sepertiku tidak perlu bantuan.” Dia terlanjur sebal dengan apa yang terjadi padanya. Tubuhnya kini persis seperti babi yang bermain di lumpur. “Sebaiknya kau katakan pada anjingmu jangan menyerang wanita!” Sambungnya dengan nada kesal. Ia berjalan ke arah sungai dan duduk di tepian, membersihkan tangan dan wajahnya dengan air.

‘Gadis yang angkuh dan… manis.’ Pikir si pria dengan senyum manisnya, semua orang di daerah sini tahu, pria dengan senyum termanis hanya dia seorang. “Jika kau tidak keberatan, kau bisa ke rumahku untuk membersihkan diri. Sepertinya pakaian Ibuku bisa pas di tubuhmu.” Pria ini berjongkok di sebelah sang gadis.

“Terima kasih banyak tuan tampan, tapi aku tidak tertarik meskipun pakaian Ibumu adalah pakaian paling cantik di dunia ini. Aku lebih baik memakai kain yang dililit.” Katanya sarkastik sembari melepas bagian luar gaunnya. Dalaman gaun putih polosnya masih bersih, dan ia lebih baik seperti ini.

“Tuan puteri Han Yeon, apa kau di sana?!” Suara teriakan tersebut membuat gadis ini tersadar dan dengan panik ia bangkit. “Ada apa?” Tanya pria tersebut.

“Ini bahaya, jangan sampai mereka menemukanku,” Katanya sembari menitah Jun mendekat agar ia bisa naik. “Jun cepat, kita harus pergi—” Sang pria menyela dan menahan Han Yeon untuk naik pada kudanya. “Jika aku bisa membantumu, berjanjilah untuk memaafkan anjingku dan kita berteman.” Tawaran pria tersebut langsung membuat sang gadis mengangguk mantap. “Baiklah, apapun!”

Pria tersebut tersenyum dan membantu Han Yeon naik, kemudian ia mengambil gaun milik gadis ini. Tanpa basa-basi apapun, pria ini naik dan membawa mereka ke arah dimana ia dengan anjingnya datang.

“Katakan terima kasih padaku dengan tulus layaknya gadis manis nanti,” Ucapan pria ini membuat Han Yeon berdecih.




Bloody Roads [PENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang