Takdir NYA

15.1K 708 12
                                    

"Kebahagiaan yang sesungguhnya akan menghampiri mu bila engkau terima ketetapan dan takdir Allah"

---H&G---

"Abi tidak terima!"

"Ya, aku juga."

Hafna menarik nafas dalam. Ia sudah tahu reaksi dua pria di hadapannya ini. Mereka tentu tidak akan setuju jika Hafna di madu, tidak akan! Tapi Hafna tak kalah keras nya. Seberat apapun itu, ia akan tetap bertahan, bertahan untuk meyakinkan Abi dan A' Razzan.

"Ini sudah menjadi keputusan Nana, Bi. Nana akan tetap sama mas Gufran. Nana ikhlas."

"Tapi Aa' tidak ikhlas. Abang mana yang tahan lihat adiknya di madu?"

"Kamu dengar itu Na, baik abi maupun Razzan tidak akan membiarkan mu kembali kepada pria itu. Surat perceraian akan... "

"Abi!"

Bukan Hafna yang menyela, tapi Umi. Wanita paruh baya itu baru saja muncul dari dinding belakang, dari dapur. Ia membawa nampan dengan dua gelas teh di atas nya. Secepat mungkin Umi menyajikannya di atas meja, dan menghadap sang suami.

"Hargai keputusan Nana, Bi."

"Abi hanya ingin yang terbaik untuk anak kita. Abi hanya ingin melihat Nana bahagia. "

"Nana bisa bahagia dengan Mas Gufran."

"Dengan seorang wanita diantara kalian?" Razzan berdecak kesal. Bagaimana Hafna bisa berpikir akan bahagia denga adanya orang ketiga dalam rumah tangga nya?

"Nana akan bahagia, A'. Karna Nana yakin ini ketetapan Allah. Allah ingin Nana menjadi wanita yang mulia. Nana akan memanen ladang pahala karena ke ikhlasan ini, A'. "

Razzan bungkam, Abi pun begitu. Namun tidak dengan Umi yang tersenyum haru. Betapa baiknya Allah yang telah menganugrahkan dirinya seorang putri yang soleha lagi bijaksana. Nana kecilnya kini telah tumbuh dewasa.

"Nana benar, Bi. Ini adalah takdir dan ketetapan Allah. Hati kita akan terasa lapang dan bahagia jika kita menerima nya dengan lapang dada. Gufran menikah lagi pasti ada alasannya. Apapun itu, Umi percaya padanya. Jadi Umi mohon, biar kan Hafna tetap bersama Gufran. " Mohon Umi. Kini wanita itu telah larut dalam kesedihan dan air matanya. Hafna melihat itu semua. Ia juga larut dalam tangis. Ia bangga pada Umi yang selalu mendukungnya.

Allah, terima kasih telah menjadikan ku terlahir dari rahim wanita hebat seperti nya. Syukur Hafna seraya menatap lekat sang Umi.

"Umi benar. Maaf kan Abi, Na. Kembali lah pada Gufran."

Hafna tersenyum. Namun senyum itu lekas pudar tak kala melihat Razzan bangkit tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Aa'... "

"Biarkan saja Na. Biar nanti Umi yang memeberikan pengertian pada Aa' mu."

Hafna mengangguk lemah. Ia berharap semoga saja Razzan lekas menerima keputusan nya. Dan juga tak kan berusaha menyakiti Gufran.

---H&G---

"Brengsek!"

Bertubi-tubi pukulan mendarat mulus di wajah Gufran. Kini ia tergeletak tak berdaya di atas tanah dengan darah segar yang mengalir di sudut bibir, pelipis dan juga hidungnya. Gufran hanya pasrah. Ia pantas mendapat pukulan ini. Atau mungkin lebih?

IKHLAS | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang