"Hati ini milik Allah. saat hati mu mulai meragu, mendekatlah pada Nya dan minta petunjuk agar Ia yakinkan pilihan hati mu, yang tentu terbaik dan di ridhoiNya."
-----H&G----
Hafna tiba di rumah abi dan umi tepat lima menit sebelum magrib. Tapi ia belum mengatakan apapun saat baru tiba disana. Akan lebih baik bagi Hafna menyampaikannya usai melaksanakan sholat.
Meski saat Hafna baru menampakan wajah di depan pintu, sudah ada perasaan tak enak abi dan umi. Mereka tahu Hafna ada masalah. Tapi mereka urung bertanya.
Kini, setelah menunaikan kewajiban, serta Abi dan a' Razzan-abang Hafna, yang telah pulang dari masjid, mereka berkumpul di ruang keluarga. Semua pasang mata menatap Hafna, menunggu wanita itu siap mengatakan apa yang ingin ia katakan.
Hafna tampak ragu. Bagaimana reaksi keluarganya saat mengetahui bahwa sang suami menikah lagi? Dan yang lebih parah tanpa sepengetahuan dirinya.
"Kamu kenapa sih Na? Bukannya hari ini Gufran pulang ya? Kok malah kesini?" A' Razzan bertanya, sedang Hafna semakin sulit menyusun kata-kata.
"Mi, bi, A', sebenarnya mas Gufran...." Ada jeda dalam ucapan Hafna. Ia menarik nafas dalam, juga menahan air mata yang bisa saja jatuh detik itu juga.
"Nak Gufran kenapa Na?"
"Mas Gufran nikah lagi umi." setelah susah payah akhirnya kalimat itu terdengar dari mulut Hafna. Ia tertunduk lemah karna tak berani menatap manik-manik mata keluarga nya. Hafna tidak tahu bagaimana reaksi mereka, tak ada suara, hening.
Saat Hafna mengangkat wajahnya yang telah berlinang air mata, baru ia melihat keterkejutan. Umi mengatup mulut tak percaya, Abi memejamkan mata, dan A' Razzan menatap Hafna lekat.
"Kenapa Gufran nikah lagi? Apa dia udah gak cinta lagi sama kamu? Kenapa setelah kamu lama menunggu ia justru bawa perempuan lain dalam rumah tangga kalian?" A' Razzan bertanya berapi-api. Ia tak terima jika adik sematawayangnnya harus di madu. Begitu juga Abi yang terlihat mengiyakan ucapan pria itu.
"Nana juga gak mau di madu A'. Tapi mas Gufran... " Hafna tak kuasa melanjutkan ucapannya. Ia terisak.
Melihat keterpurukan sang putri Umi berpindah duduk mendekat. Memeluk Hafna erat berusaha memberikan kekuatan.
"Minta cerai saja pada Gufran."
"Abi, jangan memberi saran yang buruk dulu. "
" Apanya yang buruk Mi? Si Gufran itu sudah menyakiti anak kita. Setelah Hafna ditinggal ke Kairo, trus dia bawa perempuan lain. Pokoknya Hafna harus cerai dengan nya." Ucap abi emosi.
Sebagai seorang Ayah ia tidak terima putri nya disakiti seperti itu. Sejak awal ia pikir Gufran adalah pria bertanggung jawab, pria yang mampu mengemban amanah untuk mejaga putrinya, dan pria yang dapat membimbing Hafna hingga ke Jannah. Tapi nyatanya? Semua itu hanya tipu muslihat pria itu saja. Ilmu agama yang jauh-jauh ia pelajari ke Kairo sama sekali tak membuat Gufran menjadi pria sejati.
"Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin, Bi. Jangan terbawa emosi. Keputasan yang di ambil saat emosi itu bisikan setan."
"Abi mau nya Hafna Cerai dari Gufran, titik! Dan jangan kembali lagi kerumah itu Hafna." ucap Abi lantang seraya berlalu dari sana. Kemudian disusul A' Razzan yang juga tak sanggup melihat tangis Hafna lebih lama lagi. Hanya umi yang masih disana, setia memeluk Hafna dengan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IKHLAS | Completed
Spiritual1st story #9 in spritual 18-04-2021 #90 in Indonesia 23-05-2021 #9 in Allah 25-05-2021 *** Ini tentang kesabaran disaat bisa menyerah Ini tentang bertahan disaat bisa pergi Ini tentang tiga hati dalam satu ikatan Cast : - Hafna Abdullah - Muhammad...