Aku tersenyum masam melihat pemandangan di tengah lapangan sekolah. Sudah setengah jam berlalu dan aku masih berdiri di balik pagar depan kelas. Keadaan tetap sama. Rusuh. Teriak sana, teriak sini, potret sini.
"Rame ya? Risi gue!" celetuk Mira. Dia baru saja ikut bergabung bersamaku menatap kesibukan di lapangan.
"Iya," jawabku singkat, "Ngapain sih, cewek-cewek itu? Apa enaknya coba, panas-panasan di tengah lapangan demi dapetin tanda tangan dari seorang cowok? Gak penting banget!" lanjutku.
"Biasalah, ABG labil. Baru masuk sini mereka. Dua bulan lagi, setelah tahu 'tabiat spesial'nya Erza, gue jamin longgak akan liat fenomena kaya gini lagi."
"Dan gue paling sebel kalau ada kado, bunga, atau makanan yang selalu nyasar ke kolong meja gue. Untungnya, gue tahu batas, kalau nggak, udah gue buang semua tuh barang gak penting!" Aku menggerutu. Mira hanya bisa tertawa.
"Parah ya, kita punya teman se-PD dia. Sekelas lagi!"
"Lebih parah lagi, dia duduk di di sebelah gue!" sahutku kesal seraya masuk ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone
RomansaBerteman dengan orang semacam Erza, memang tidak pernah terlintas di benak Erika. Dan 'bencana' mulai berdatangan ketika keduanya ditakdirkan untuk duduk sebangku. Sejak saat itu, mereka berdua sering di pertemukan dengan banyak konflik yang unik..