"Apaan sih? Gue nggak deket apalagi akrab. Gue sama dia cuma kebetulan ketemu di jalan karna kita sama-sama telat, udah. Lo gak usah parno gitu kenapa sih? Lagian gak bakalan gue deket sama cowok Pecicilan kaya dia." Jelasku. Mira hanya manggut-manggut dan aku segera meninggalkan bangkunya.
Belum genap aku menempatkan diriku di kursi, Alex, yang duduk di dua meja dari tempatku berkata bahwa aku ditunggu Pak Anto di ruang BK. Jika aku tidak datang bersama Erza, Kepala Sekolah akan memanggil kedua orang tuaku.
"Tadi pagi beliau ke sini, cari lo sama Erza. Tapi, kalian belum datang." tutur Alex.
"Oh, oke, thank's ya?" jawabku. Alex mengangguk dan tersenyum.
Aku langsung duduk menghadap Erza dan mencubit lengannya. Dia meringis kesakitan kemudian mendelik ganas kepadaku.
"Gara-gara lo ngajak gue kabur kemarin, masalah sama Pak Anto jadi makin ribet,"
"Gue? Kok gue?"
"Lo lupa, kemarin siapa yang nyasarin gue sampe ada di Dufan dan traktir bubur cowok rakus kaya lo?"
"Siapa yaa?" Erza menjawab dengan wajahnya yang berekspresi menyebalkan.
"Anjir, lo nyebelin sumpah!" Aku menggerutu.
"Yaudah, sekarang kita gimana?" Sambungku.
"Ha? Kita? Ngapain kita?" Erza kembali memasang wajah super-polosnya.
Aku menggeram sebal, "kita di panggil pak Anto ke ruang BK sekarang, gara-gara kita kabur kemarin,"
Erza tiba-tiba berdiri dan bergegas keluar kelas, "bukan kita yang kabur, gue aja, sedangkan lo ngabur ngikutin gue," aku membuka mulut hendak protes, tapi dia segera memotong, "lo faham bedanya kabur sama ngabur kan?"
"Ya gue faham tapi-"
"Kalo faham, berati gak ada protes-protesan." Erza kembali menyela bicaraku.
"Oke, oke.. terus kita-"
"Bukan kita, Rik. Lo aja gak pake gue," dan Erza langsung berjalan menuju pintu setelah mengucapkan itu.
"Za, sumpah ya.. lo nyebelin parah!?" Aku berkata dengan setengah berteriak.
Erza membalik badannya sebentar kemudian menjulurkan lidahnya. Aku yang segera tersulut api emosi segera mencabut sepatu di kakiku dan segera melemparkannya ke arah Erza berada.
Namun, rupanya Erza sudah bisa membaca gerakan apa yang akan ku lakukan. Dia segera bergerak ke samping memberikan ruang kosong pada sepatuku, dan.. Oh, tidak!
PRANGGG!!!
Sepatuku mendarat mulus di permukaan kaca jendela di samping pintu kelas.
Tanpa sepengetahuanku-mungkin juga teman-teman yang lain- Pak Anto sedang mengecek sudut sekolah bersama pak Kepala Sekolah. Karena, setelahnya, suara pak Anto segera menggema di penjuru kelas.
"Erzaaaaaaa! Pasti ini semua ulah kamu kan!?"
"Bu-bukan saya pak, ini salah di-aww!" Pak Anto dengan gemas langsung menjewer telinga Erza. Tapi, Pak Anto segera tahu tersangka selanjutnya karena Erza langsung menunjukku.
"Kamu lagi, kamu lagi! ERIKAAAAAA!"
Aduh, mampus gue...
"Kemari kamu, atau saya yang menghampiri kamu dan memberikan hukuman yang lebih parah!" Suara Pak Anto sangat menusuk hingga ke ulu hati, sampai membuatku gemetar seketika.
Guy's..
aye capek, segini dulu ye,, ane janji secepatnya segera di perbaruhi, oke?
makasih yang sudah support

KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone
RomanceBerteman dengan orang semacam Erza, memang tidak pernah terlintas di benak Erika. Dan 'bencana' mulai berdatangan ketika keduanya ditakdirkan untuk duduk sebangku. Sejak saat itu, mereka berdua sering di pertemukan dengan banyak konflik yang unik..