Chats

57 4 2
                                    

"Lin, gue punya kabar buruk buat lo!" bisikku ketika aku baru saja ikut bergabung di kantin bersama Mira.

"Apaan?" tanyanya sambil menyendok bakso dan menyuapkannya ke dalam mulut.

"Tadi gue liat Andi lagi jalan sama anak IPA." Aku berbicara dengan suara mistis agar terdengar lebih dramatis.

"Cewek?"

"Iya, lah!"

"Agis, bukan?" Mira ikut nimbrung. Rupanya, suara bisikanku terlalu keras untuk di dengar Lina saja.

"Bener!"

"Gue udah tau, dari jaman lo masih pake popok!" jawab Lina dengan ekspresi datar.

"Jadi lo udah tau dari dulu?" tanyaku, dan mereka berdua mengangguk sebagai jawabannya, "Tega ya, kalian? Hal kaya gitu aja kalian rahasiain dari gue?"

"Lo aja yang kudet, gosip itu udah berjamur sekarang! Lo malah baru tahu?" Lina menunjukku dengan dengan sendok sambil menunjukkan wajah khas mengintimidasinya.

"Gue kan bukan tukang gosip," aku mendengus sebal samnil menyendok bakso dari mangkok Lina dengan sendok yang baru, "enak, Lin!"

Lina menarik mangkoknya menjauh dariku, agar tidak dapat kujangkau lagi, "sono, beli sendiri!"

"Ya ampun, nebeng dikitlah."

"No way! mangkok gue lagi nggak pengen kecampur sama jigong orang lain!" Lina masih keukeuh untuk menjauhkan mangkoknya dariku.

Aku mengerucutkan bibir, kemudian melirik Mira yang sedang menyesap jus Mangga di depannya, "kalo sama Mira boleh, dong." Mira menatapku bingung.

"Apa?"

"Nebeng makan," jawabku sambil cengengesan.

"Gak ada. Gue gak pesan makanan hari ini. Diet."

"Cih, diet? Badan udah langsing gini, masih aja diet? Yang harusnya diet itu bukan lo, tapi yang punya ukuran extra large, kaya..." Aku sengaja menggantung ucapanku, seraya melirik Lina yang duduk di sampingku.

Lina yang merasa tersindir langsung mentapku tajam, "lo sirik aja sama kegendutan gue!"

Aku dan Mira tertawa cekikikan. Sementara itu, mataku tertuju pada sosok Erza, bersama gang-nya memasuki kantin. Entah apa rencana Tuhan, tiba-tiba Erza menatapku, tersenyum, lantas menghampiri mejaku. Dan kehadirannya membuatku kehilangan selera untuk tertawa.

"Ada mereka." Aku berbisik pada Lina dan Mira. Karena ingin tahu siapa yang kumaksud, mereka menoleh bersamaan.

"Hai, Ladies." Erza menyapa sok ramah.

"Hai, Boys." jawab Lina dan Mira bersamaan.

"Boleh gabung, kan?"

"Bol--"

"Enggak! Gak nerima kaum Adam di meja ini!" Aku cepat memotong. Serentak, semua mata tertuju padaku.

"Kenapa?" Erza berjalan mendekat dan berhenti di sebelahku.

"Ya.. Gak boleh aja. Kan masih banyak meja kosong," jawabku tanpa memandang wajahnya.

"Tapi, kalo gue pengennya di sini?"

"Ya udah, gue yang pergi."

Kupikir, dia akan menyerah dan segera mencari tempat lain. Tapi..

"ya udah, pergi aja!" Erza seakan tidak peduli.

Hei! Dia cowok spesies apa? Tega sekali mengusir-meskipun secara halus-seorang cewek?

Aku melirik kedua sahabatku-Lina dan Mira-tapi tidak ada pertolongan apapun dari mereka. Yah, baru kusadari kalau sekongkolan Erza adalah cowok yang ditaksir Lina dan Mira, yaitu Andi dan Vero.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang