1 - Suasana Hati

16.6K 1.1K 90
                                    

Jalanan pagi di seluk kota Seoul terlihat damai. Satu atau dua mobil pick up berwarna biru tampak melewati jalanan tersebut. Seorang gadis dengan topi warna putih tampak asik dengan sepeda berkeranjang kayu di bagian belakangnya. Bila kotak keranjang itu dibuka, maka akan terlihatlah deretan botol berisikan susu sapi segar. Tersisa lima botol susu yang belum diberikan, dengan sepuluh botol susu kosong.

Bunyi lonceng sepeda yang dibunyikan akhirnya memecah sunyi suasana. Bertepatan dengan itu, seorang wanita cantik keluar dari rumah dan buru-buru membuka pagarnya. Kakinya dialas oleh kaus kaki putih semata kaki beserta sandal warna abu-abu.

"Selamat pagi, Nata Eonnie!" Sebuah sapaan hangat yang berasal dari gadis pengantar susu membuat bibir wanita cantik yang akrab disapa Nata itu merekah sempurna.

"Pagi juga, Sooyeon-ah! Aku nungguin kamu daritadi loh." Renat berkata sembari menerima susu dari tangan gadis bernama lengkap Choi Sooyeon itu.

Sooyeon tampak tertawa kecil. "Aku tadi membantu Nyonya Oh dulu untuk mengangkat belanjaannya yang begitu banyak ke mobil. Kasihan, dia sendirian. Lagipula, seharusnya dia sudah menambahkan supir pribadi untuk membantunya kemana pergi. Dia kan kaya. Akan terlihat aneh bila kemana-mana menyetir mobil sendiri."

"Seperti biasa, selalu menjadi Sooyeon yang ramah."

"Gomabseubnida, Eonnie!"

Mereka tertawa bersama setelah itu. Sembari memeluk botol susu miliknya, Renat membantu Sooyeon untuk meletakkan kembali botol kosong miliknya ke dalam keranjang. Setelah itu, Sooyeon kembali naik ke sepedanya, merapikan topinya dan tersenyum lebar sambil melambaikan tangan pada Renat.

"Sampai jumpa, Nata Eonnie! Semoga harimu menyenangkan!" Sooyeon berteriak kala kakinya mulai memutar pedal sepeda.

"Kamu juga, Sooyeon!" balas Renat juga dengan suara keras.

Renat menatap botol susunya tersenyum. Lalu balik badan untuk kembali masuk ke rumah. Ah, waktunya dia memulai kegiatan hari ini!

"Re, sarapan kamu dimakan." Ucapan Gita---mama Renat---terdengar tepat ketika Renat masuk. Renat dengan semangat menuju dapur. Mengambil talam, lalu memindahkan piring-piring kecil berisi lauk pauk beserta mangkuk kecil yang menjadi tempat nasi pada talam tersebut.

Dibalut baju kaus kebesaran dan legging hitam, Renat berjalan menuju ruang keluarga dan duduk tepat di depan meja sofa. Biasanya Renat tidak akan makan di depan televisi seperti sekarang. Kakeknya mengajarkan untuk terbiasa makan di meja makan secara bersama-sama. Berkumpul, bercengkerama, bercerita bagaimana hari-hari kemarin dilalui.

Namun keadaan sudah lama sekali berubah. Kakek yang begitu Renat kagumi itu sudah lama pergi. Tidak ada lagi ucapan lucu super formal dari kakeknya. Atau tempat curhat yang akan memberikan Renat nasihat bijak. Kakeknya banyak memberikan pelajaran lewat momen-momen indah yang hanya menjadi kenangan. Tapi setidaknya, Renat bersyukur untuk itu.

"Ma, mau susunya nggak? Atau Renat habisin semua, nih." Renat bertanya, lalu kembali menyuapkan nasi ke mulutnya. Diletakkannya sendok lalu memegang sumpit, kemudian memilih lauk dan lagi-lagi mengunyah dengan semangat.

"Kamu aja yang minum. Mama udah kenyang." Gita muncul entah darimana, duduk sebentar di samping Renat untuk melihat acara televisi. Wanita itu fokus mengganti saluran sebab ingin mencari berita cuaca. "Tuh, nanti kalau berangkat jangan lupa bawa payung."

"Ne!" jawab Renat walau masih sibuk dengan makanannya.

"Re," panggil mamanya lagi dan dengan mulut penuh Renat menoleh. Memberikan tanggapan melalui ekspresinya. "Mama belum bilangkan sama kamu?"

Return 2: HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang