Abi keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar. Handuk lembut yang sekarang tengah Abi pegang sibuk ia usapkan ke wajah. Kala Abi menyisir pandangan menuju tempat tidur, ia sukses tersenyum. Pemandangan Renat yang terlelap dalam tidur benar-benar membuatnya gemas.
Pria itu berjalan mendekati tempat tidur, menatap Renat lebih dekat. Rasanya nyaman membayangkan bila wanita itu akan menjadi pemandangan pertama yang Abi lihat kala ia terbangun dari tidur, pun menjadi orang terakhir yang Abi tatap ketika ia ingin tidur. Abi banyak memiliki kenalan perempuan, tentu saja, tapi tidak ada seorang pun yang dapat menyamakan tingkatan Renat.
Audrey, contoh kecilnya. Walau sikap Audrey memang terlihat bar-bar dan sulit untuk dikendalikan, Abi tidak pernah repot-repot memikirkan cara untuk merubah Audrey. Bahkan tidak sekalipun Abi mempermasalahkan perkataan kasar Audrey padanya. Sekalipun wanita berambut ungu tersebut ingin jungkir balik di tengah jalan dengan piyama, Abi tidak akan peduli.
Abi tersenyum, kala bibir Renat bergerak dan mencibir. Diambilnya tempat di sebelah Renat, duduk di sana dengan tangan yang sibuk memperbaiki letak selimut. Abi sudah berjanji, ini kali pertama dan terakhir ia membawa Renat menuju hotel, terlebih memeluk perempuan itu dan mereka terlelap bersama. Abi tidak akan melakukannya lagi sampai saatnya nanti tiba---dimana ia sudah sah mengikat Renat menjadi miliknya.
"Re," panggil Abi lembut, dimainkannya cuping telinga Renat berharap wanita itu terganggu. "Re, udah jam 4. Ayo bangun!" Abi bersuara lagi.
Renat tampak bergerak tidak suka, merasa risih sebab adanya gangguan yang mencoba mengusik tidur nyenyaknya. Abi pantang menyerah, masih terus berusaha mengganggu Renat. Pada akhirnya, Renat terlihat membuka mata dan refleks meletakkan telapak tangan di depan mata. Dia malu!
"Kamu ngapain di situ?" tanya Renat dengan suara serak khas bangun tidur.
"Nungguin kamu bangun," jawab Abi tenang.
"Dari tadi?!" Ekspresi Renat benar-benar terlihat tidak percaya.
Abi tertawa, kemudian mengangguk. "Iya. Nggak bosen ternyata natapin kamu lama-lama."
Renat buru-buru mengambil selimut dan menutup seluruh wajahnya yang memerah. Bisa-bisanya Abi mengeluarkan jurus manis di saat yang tidak pernah Renat duga. Renat memegangi dada, merasakan detak jantungnya yang menggila.
"Sana!" Renat mengusir Abi yang kini sibuk tertawa.
"Kamu mau mandi?" tanya Abi mengabaikan usiran Renat.
"Iya ini mau mandi. Makanya kamu sana biar aku bisa bangun terus jalan."
"Emang kenapa kalau aku tetep di sini?"
Renat merengek, "Aku malu!"
"Malu apanya?" Abi jadi bingung sendiri. "Udah, ayo bangun!"
"Kamu jauh-jauh dulu. Aku males bangun kalau kamu liatin."
Abi tersenyum mengerti, namun ia tidak beranjak. Tetap di sana sembari memperhatikan Renat yang sedang terbungkus selimut. "Aku gendong, ya?"
"Enggak!" Renat berteriak langsung, tidak terima dengan tawaran Abi yang sukses membuat dirinya panas dingin. Sedetik kemudian, Renat bangun kemudian mengambil langkah seribu menuju kamar mandi, tidak lupa dengan terus menutup wajah.
Wanita itu cepat-cepat menutup pintu kemudian menguncinya. Dilangkahkannya kaki menuju cermin dan menatap pantulan dirinya disana. Renat pikir, dia memang butuh mandi.
♦ r e t u r n ♦
Bus dengan kode nomor tertentu tampak meluncur di jalanan Kota Seoul yang lancar. Renat yang tengah duduk di samping jendela memilih menggeser kaca jendela tersebut. Membiarkan angin segar menyapu wajahnya. Disandarkannya kepala pada bahu Abi, ingin kembali melanjutkan tidur. Sedang Abi yang memperhatikan gerakan Renat langsung saja tersenyum gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return 2: Home
Romance[SEQUEL OF RETURN] Renata, wanita yang tengah mengukir impiannya di Seoul setelah pulang dari Berlin---tempat dimana ia menyelesaikan pendidikan masternya. Menjadi seorang wanita karir adalah sebuah hadiah besar yang akhirnya Renat dapatkan setelah...