●Prolog●

115 11 8
                                    

"Jika kau diberikan kesempatan kedua, apa yang ingin kau lakukan, a
Axel?"

Seseorang bertanya di tengah-tengah tempat sepi nan sunyi. semua terlihat berwarna putih terang. tak ada tanda-tanda kehidupan. seperti sedang dalam berada dimensi lain. ya, ini memang di sebuah tempat yang jauh dari kata dimensi lain, entah apa namanya.

Axel. pemuda yang ditanya itu pun tidak bergeming. dimana ini? dibuka kedua kelopak matanya perlahan, menampakkan iris biru laut yang bersinar beradu dengan cahaya yang datang seketika saat menatap seorang gadis yang ada di depan nya itu. ada apa ini?

10 menit berlalu, ia juga tak menjawab. yang akan menjadi penanya pertama itu seharusnya dirinya. Apa yang sedang terjadi, tempat apa yang sedang dia duduki saat ini dan siapa kau? begitulah batinnya.
gadis itu hanya menunggu. walaupun sudah hampir setengah jam, dia tetap diam. lumayan kuat juga kesabaran hatinya ini.

Seketika hembusan angin lewat, yang mampu menerpa rambut cokelat nya membuat terbang ke berbagai arah, dan juga menggerakan kincir angin kecil yang berada di tangan nya. suasana hening beberapa saat, namun-

"Siapa kau? mengapa kau mengetahui nama ku?"-berhasil di buat pecah olehnya. dan mengabaikan pertanyaan sebelumnya.

Gadis itu hanya tersenyum dengan posisi membelakangi Axel. meniup kincir angin kecil yang dibuatnya kembali berputar. gadis itu tak menjawab. sebenarnya yang pelit itu siapa? mengapa mereka berdua saling bertanya tapi satu pun tak ada jawaban.

"Jika kau diberikan kesempatan kedua, apa yang ingin kau lakukan, Axel?" tanya nya lagi, seperti berharap agar mendapat jawaban.

"Aku tak tahu.."

"Kalau begitu, jawaban ku sama seperti mu" suara nya sedikit mulai memudar, tapi untunglah masih bisa terdengar jelas.

Axel tertunduk menatap bayangan kepala nya di bawah. ia tak mengerti, butuh penjelasan yang pasti untuk meyakinkan dirinya bahwa ini hanya sekedar mimpi atau lamunan isi dari kepala imajinasinya. tak ada pilihan lain, ia menampar pipi nya dengan tangan sendiri. alhasil nihil, ini sangat menyakitkan. sepertinya benar kalau ini bukan dari imajinasi atau mimpinya.

Gadis itu menyadari apa yang telah dilakukan Axel dibelakang dirinya. ia pun memutar kan arah tubuhnya. bayangan gadis itu berhasil menutupi seluruh tubuh pemuda yang ada di bawahnya itu. Axel pun menengadah, dan senyuman gadis itu pun belum luput dari wajahnya.

"Sia-sia kau melukai dirimu sendiri. Tapi, hebat! kau  langsung mengetahui kalau ini bukanlah sekedar tipuan"

Itu hal yang biasa, pikirnya.

"Apa maksud mu, dan lagi kenapa kau membawa ku ke tempat yang seharusnya tidak aku kunjungi?"

Gadis bersurai cokelat itu pun berjalan mendekati axel. tanpa menggunakan alas kaki atau semacamnya kaki nya yang mulus dan putih serta paduan dress hitam simpel V neck yang ia kenakan sangat cocok dipandang oleh mata berlama-lama. sungguh, seperti malaikat yang siap menjemput ajal manusia.

Ia berhenti beberapa centimeter sambil berjongkok menyesuaikan Axel. tanpa basa basi ia langsung-

"Aku.. bulan-" ucap nya, memberi tahu namanya.

axel mengernyit heran. bulan. gadis yang sekarang berada di depannya tepat 5 centimeter jarak yang terukur itu tersenyum hangat dengan mata hitam pekat mengamati wajah pemuda yang juga berada di depannya ini. ya, mereka saling berhadapan.

"Bulan? selama dalam ingatanku, tak pernah ku mengenal nama itu." axel masih tidak percaya. walaupun bulan, sudah memperkenalkan dirinya tetap saja itu belum cukup bagi axel untuk mengenal lebih jauh tentang seseorang.

Jujur, Axel mempunyai ingatan yang sangat luar biasa. ia mampu mengenali cukup baik, oh tidak lebih kata baik untuk memperhatikan seseorang selebihnya. mungkin di dalam otaknya itu berisi agenda catatan khusus untuk di tulis dan di simpan di dalam loker penyimpanan. tetapi, bulan berbeda. wajah serta cara dirinya menyambut orang lain dengan cara tersenyum hangat seperti itu mengingatkan axel kepada seseorang. siapa? entahlah. terlalu banyak catatan yang di simpan sampai sampai ia lupa.

Gadis itu terkejut biasa mendengar ucapan axel. ia berfikir axel orang yang sangat cerdas dan tak bisa di bohongi dengan kata kata saja seperti anak kecil. memang benar.

"Waktu mu habis, aku tak bisa membawa roh mu berlama lama di tempat ini. lain kali aku akan memberitahu mu, tapi tidak semuanya"

Apa maksudnya lagi? sungguh tempat ini penuh dengan pertanyaan, siapapun yang masuk kedalam tempat ini bisa saja menjadi amnesia karna terlalu banyak hal yang harus di ingat, sebaliknya.

Satu tepukan. tiba-tiba saja membuat semuanya berubah. yang tadinya hanya sebuah tempat berwarna putih, kini semua menjadi normal kembali. perlahan namun pasti terlihat lah sebuah kamar dan barang barang sekitarnya mengisi tempat itu.






.
.
.
Haluu..
Bagaimana ceritanya? Eh bukan deng, ini baru prolog aja. Ceritanya masih rahasia. Wkwkwk.
Maaf nih kalau agak gajelas dan beda dari imajinasi kalian semua, nama nya juga newbie ya harap di maklumi. Btw, ini cerita pertama yang saya buat. Waktu itu sih sempat ngayal dikit, tapi mikir juga sih kek nya kalo di buat cerita seru juga. Ya jadi lah ini cerita dari ngayal yang terlalu berlebihan.

Eh waduh Maap ya jadi curhat wkwk. Pengen kenalan aja dulu gitu. Btw, jangan lupa vote dan komen ya gimana pendapat kalian :3 sekian dari saya.

-IcanHiu

WORLD in COMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang