Awal Yang Indah

1.9K 205 5
                                    

Ipeh berjalan dengan cepat, keringat di dahinya bercucuran, dan wajah gadis tampak mengerikan.

Ipeh terduduk di bangku taman lalu tertunduk diam, rambutnya yang kusut dan acak-acakan membuat siapa saja yang melihatnya akan mengira dia siswi penunggu pohon jengkol di taman sekolah.

"Ipeh! Kenapa kau selalu meninggalkan aku seperti ini!" Pekik Honey yang baru saja datang. Nafasnya tampak terengah-engah menandakan gadis itu baru saja berlari.

"Hoi... Hoi... Hoi..." Ipeh menggeram kesal saat bau busuk itu menganggu indra penciumannya.

"Psstt... Ho-"

'Plak'

"Bau tau!" Pekik Ipeh kesal lalu menatap hantu wanita berseragam sekolah yang sudah masuk ke dalam tong sampah kotor itu sambil memegangi pipinya.

"Dasar hantu tidak berperikemanusiaan! Kau tidak lihat aku sedang istirahat!" Pekik Ipeh dengan wajah sedihnya. Hantu itu menatap Ipeh takut lalu menghilang begitu saja.

Honey tersenyum simpul, sahabat istimewanya itu pasti di ganggu lagi oleh arwah-arwah tak kasat mata yang sampai sekarang tak bisa ia lihat.

"Siapa?" Ipeh menatap Honey lalu menggeleng.

"Aku tidak mengenalnya, aku rasa dia melihatku membasmi tante girang itu." Jawab Ipeh dengan nada memelasnya.

"Sepertinya aku harus pindah sekolah lagi." Ucap Ipeh yang langsung membuat Honey membelakkan matanya.

"Kau akan meninggalkanku? Tidak boleh! Pokoknya Tidak!" Protes Honey lalu memeluk Ipeh erat. Ia kembali teringat saat mereka masih di sekolah dasar dan SMP, disaat Ipeh selalu meninggalkannya setelah dua tahun pembelajaran. Dan dengan alasan yang sama, karena keistimewaannya terungkap dan membuat semua teman-temannya menjauhi gadis malang itu.

"Jika saja arwah itu tak memiliki ide jahat untuk menyatu dengan cabe-cabean itu, aku tak akan melakukan hal itu." Ucapnya frustasi lalu mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan dari awal.

"Sebentar lagi kita naik kelas dan kau tidak boleh pindah!" Ucap Honey kekeh dengan pendiriannya. Ia tak akan kehilangan sahabat satu bangkunya itu. Tak akan lagi.

"Banyak yang melihat, dan aku tak ingin masa SMAku hancur hanya karena keistimewaanku ini." Honey melirik Ipeh tajam lalu berucap.

"Kau telah menghancurkannya! Penampilan tak pernah rapih, rambut kusut tak pernah di sisir, sikapmu yang selalu tidak peduli dengan sekitar, dan lebih parahnya kau selalu mengupil dan duduk mengangkang di depan teman-teman dan pria-pria most wanted disini!" Ucap Honey panjang lebar. Ipeh yang akan memprotes ucapan Honey kembali mengatup mulutnya karena kalau dipikir-pikir semua yang diucapkan adalah fakta.

"Kau pikir dengan berpindah-pindah sekolah akan mengatasi segala hal? Kemampuanmu itu adalah anugrah bukan kutukan. Kau seharusnya menggunakan kemampuanmu untuk orang-orang yang membutuhkan, bukan menyembunyikannya." Ucap Honey semakin cerewet. Ipeh menatap sahabat cantik nan rupawan itu dengan tatapan sendunya.

"Aku hanya ingin hidup sepertimu, menjadi manusia biasa dan tak harus melihat hal-hal mengerikan yang tak seharusnya terlihat." Balas Ipeh yang langsung membuat Honey bungkam.

"Maafkan aku. Tapi aku mohon tetaplah bertahan sampai kita lulus."

-

"Besok adalah jadwalmu meet and greet dengan para readersmu, jadi aku harap kau tidak begadang malam ini dan berkeliaran dimalam hari." Ucap seorang pria dengan nada kemayunya. Wanita yang ada dihadapannya menatap pria kemayu ini memelas.

"Aku tidak bisa berjanji." Balas wanita itu.

"Jecklin sang penulis kelelawar, tidak bisakah kau bercermin dan melihat kantunf matamu yang semakin menjadi-jadi!" Ucap pria kemayu itu dengan wajah kesalnya.

"Joko sumirno alias Jesika, pria setengah wanita yang entah mengapa menjadi managerku. Aku tidak berkeliaran dan begadang tanpa arti. Menulis novel dewasa itu memiliki tempat khusus, dimana jiwa dan pikiranku lebih tenang dan damai. Dan semua itu hanya aku dapatkan di malam hari." Balas Jecklin panjang lebar. Jesika tampak menggeram kesal lalu kembali berucap.

"Kenapa kau selalu menentang permintaanku, padahal semua permintaanku juga untuk kebaikanmu! Aku menyesal sudah menjadi manager dari penulis amatiran sepertimu!" Pekik Jesika penuh emosi lalu meninggalkan Jecklin yang mematung diruangan itu.

Jecklin mendesis tak suka lalu melemparkan kertas yang ada digenggamannya kearah pintu itu.

"Dasar banci tak tau diri!" Pekiknya kuat.

Dengan cepat Jecklin mengambil tas dan laptopnya lalu melangkah keluar menuju mobilnya yang terparkir di depan gedung.

Jecklin yang melangkah seorang diri seperti sedang diawasi. Dengan cepat ia menoleh ke belakang dan sekelilingnya tapi tak menemukan siapapun disana.

Dengan cepat ia memasuki mobil lalu menguncinya dengan cepat. Jantungnya berdegub kencang, ini adalah hal pertama ia merasakan seperti diawasi.

"Mungkin aku hanya halusinasi. Hahaha dasar idiot." Ucap Jecklin pada dirinya sendiri.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan jalanan sudah tampak sepi. Jecklin menghidupkan mobilnya dan melaju pelan ke cafe 24 jam yang baru saja ia telusuri di instagram. Seseorang mengirimi alamat cafe itu melalui instagram dan Jecklin sudah tak sabar untuk bersantai ria sambil mengetik manja.

"Mengapa jalannya sangat sepi? Mungkin belum banyak orang tau tentang cafe itu. Ah, aku sudah ti-"

'Brak'

Mobil Jecklin terguling-guling dijalanan hingga mobil itu kembali seperti semula, truk mini tak dikenal menabrak mobilnya dengan sangat kuat.

Sang pengemudi truk turun dengan santai. Sepatu pantofel mahal, Jas mewah dan rambut yang tertata rapih, menandakan bahwa pria itu bukanlah supir sebenarnya.

Pria itu melangkah santai mendekati mobil Jecklin yang sudah rusak parah dan mengeluarkan wanita cantik itu dari mobilnya yang akan terbakar.

"Kau sangatlah sempurna... istriku." Ucap pria itu sambil menyelipkan mawar merah di selipan telinga Jecklin lalu mengelus lembut pipi wanita itu.

Jecklin tak sadarkan diri, darahnya ada dimana-mana dan menandakan wanita itu terluka cukup parah.

Bersambung...
 
 
Medan, 14 Februari 2018.

Specialis PuellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang