Aku tidak bisa tidur. Mataku melek nggak mau ditutup. Aku melihat langit-langit yang dicat putih. Ingin kugambari langit-langit itu dengan spidol merah. Gambar ibu bebek, ayah bebek, anak bebek, kakak bebek, mbak bebek, bude bebek, dan Bu guru bebek.
Ngomong-ngomong soal bebek, aku sudah menyiapkan ban bebek untuk berenang. Kamu tahu kan apa itu ban bebek? Bukan seperti ban yang ada di mobil bapakmu atau bapak supir lain, tapi ban yang bentuknya seperti donat, berlubang di tengahnya, dan kamu bisa masuk di lubang itu. Bannya juga punya leher, mata dan mulut. Kenapa ban mobil tidak berwarna kuning dan ada kepalanya adalah karena bapak sopir tidak tega seolah-olah melindas kepala bebek. Bebek kan tidak dilindas tetapi dipenggal sambil berdoa. Ya, berdoa kepada Allah agar diampuni dosanya telah membunuh bebek. Lalu, setelah berdoa dan bebek mati, hewan itu akan masuk ke dalam baskom dan mulai dibersihkan. Sebelum dipotong-potong dan dibuat gulai. Ketika kita makan daging bebek tadi dan rasanya enak, artinya kita sudah diampuni dosanya dari kegiatan membunuh. Aku tidak yakin dengan itu, sih. Cuma, kata pak guru agama, Tuhan Maha Pengampun. Jadi mungkin kita akan diampuni kalau waktu makan bebek kita berdoa minta ampun sudah bunuh bebek. Eh, tapi kan aku hanya makan bebek. Bukan aku yang bunuh bebek. Jadi itu gimana?
Mungkin aku harus tanya pak guru agama kalau masuk sekolah nanti. Tapi aku pengin masuk sekolahnya masih lama. Ingin selalu berlibur. Boleh bangun siang dan nonton kartun sama Ome. Nggak harus mandi pagi-pagi dan boleh mandi siang aja. Harusnya anak-anak memang lebih banyak libur daripada sekolah. Karena kalau sudah tua kayak Ome dan Ode, libur mereka sedikit sekali.
Aku sudah siapkan ban bebek untuk besok ke pantai. Aku juga udah beli ember kecil di pasar sama Ome. Sekop-sekop kecil, bola-bola, dan Ome beliin aku baju renang warna putih yang gambarnya Piglet. Aku suka piglet tapi aku lebih suka Tiger. Cuma, kata Cici Ling, nggak ada baju renang yang gambarnya Tiger, adanya Barbie. Barbie lebih cocok sama Magnolia. Kata Mano, Mbak Asih Si Dahi Daun Talas mau berhenti kerja dari rumahnya. Mungkin karena Mbak Asih juga cubit Papa dan Mama Mano.
Langit udah tidur. Dia ngabisin banyak pasta gigi seperti biasa. Kayaknya, Langit ketakutan sama cerita Maminya Olan soal bakteri perusak gigi. Bakteri itu bentuknya kayak monster jahat yang bisa makan gigi kita sampai habis. Langit takut giginya habis dan dia jadi sikat gigi beberapa kali tiap malam biar monsternya mati. Aku nggak tahu monsternya mati apa nggak karena Langit kehilangan giginya karena tanggal. Aku juga. Ome bilang, nanti ada gigi baru. Lucu sekali.
Langit bawa kaus kaki warna oranye yang ada gambar Winnie the Pooh buat ke pantai. Aku bingung. Mau ngapain di pantai pakai kaus kaki. Langit aneh. Dia juga nggak mau bawa ban bebeknya. Awas aja kalau besok mau pinjam-pinjam punya aku. Biar dia berenang pakai kaus kaki, bukan ban. Dia juga bawa sarung tangan. Aku nggak tahu Langit mau ngapain di pantai pakai sarung tangan.
Langit udah tidur dan aku masih bangun. Aku suka sprei punya Langit, warna biru dongker dan ada garis-garis yang kata Ome itu rasi bintang. Ome yang beli kain dan Eyang yang jahit. Aku suka. Spreiku bagus juga sih, warna merah dan ada gambar pinokio. Cuma... warna merah bikin aku semangat dan nggak bisa tidur. Jadi, aku mau tidur di tempat tidur Langit. Nggak apa-apa sempit. Langit, jangan marah, ya?

KAMU SEDANG MEMBACA
6 [Langit & Biru]
Aktuelle Literatur6. Selamat datang di draft 6, kisah tentang Langit dan Biru. Kisah ini dimulai dari usia 6 tahun, dimulai di pertengahan tahun 1996, bercerita tentang 6 tahun mereka duduk di sekolah dasar. Aku nggak tahu kenapa naik ke atas pohon, ngambil rambutan...