-1-

7.5K 233 9
                                    


Ia adalah iblis

Yang haus akan kematian

***

Thunder, hanya mendengar nama itu, dunia hitam sudah gempar. Pembunuh berdarah dingin, tak kenal ampun, tak pernah ragu mencabut nyawa lawannya, tak terkalahkan. Ialah yang dikenal dengan malaikat kematian di dunia hitam. Thunder, bukanlah sesuatu yang akan dihadapi dengan senang hati oleh para penjahat jalanan. Thunder, adalah apa yang mereka sebut kematian. Jika mereka berhadapan dengan Thunder, mereka tidak akan lagi punya kesempatan untuk melihat matahari esok hari.

***

"Thunder datang!" Suara panik itu menarik perhatian orang-orang yang sedang bertarung di jalanan.

Kontan, puluhan orang itu berlari kocar-kacir dari lokasi perkelahian. Namun setidaknya, ada empat belas orang yang akhirnya tidak sempat melarikan diri. Mereka gemetar ketika sosok tinggi tegap dengan rambut panjang berwarna cokelat madu yang diikat sembarangan, tampak berantakan, muncul di bawah lampu jalan.

"Bukankah ini daerah kekuasaanku?" Suara itu terdengar lebih dingin dari es.

Belasan orang yang tersisa nyaris tak kuat berdiri. Mereka tidak tahu jika ini masih daerah kekuasaan Thunder. Tadinya mereka tidak berkelahi di sini, tapi salah satu lawan mereka berlari kemari. Hingga akhirnya, mereka pun melanjutkan perkelahian di sini.

Thunder menghela napas berat. Ia berjalan mendekat ke tempat orang-orang yang sudah ketakutan itu.

"Aku tidak ingin polisi membuat alasan untuk mengobrak-abrik daerahku. Tapi, jika kalian berkelahi di sini, itu akan membuat mereka punya alasan untuk melakukan hal yang paling kubenci itu," sengit Thunder.

"Tapi ... tadi kami tidak membuat keributan di sini. Kami ..."

"Tak jauh dari sini," sela Thunder tajam. "Bukan begitu, Hans?"

Salah seorang dari keempat belas orang itu, lantas mendesah. Ekspresi ketakutannya berubah menjadi ekspresi santai tatkala ia menghampiri Thunder.

Ketiga belas orang lainnya menatap orang yang kini berdiri di samping Thunder dengan ngeri. Mereka tadi berlari ke sini karena mengejar orang itu. Ketiga belas orang itu, berasal dari dua kubu yang berkelahi. Namun, kini mereka menyadari, pria tinggi dengan rambut hitam pendek itu bukan berasal dari kubu mana pun di antara mereka. Pria itu ... adalah salah satu orang Thunder.

"Semakin banyak pertarungan di sekitar sini, polisi akan mulai berulah. Aku tidak suka jika mereka mengusik hidupku," Thuder berkata lagi.

Ketiga belas orang itu menatap Thunder ngeri. Thunder tidak suka, dan itu berarti tidak ada kesempatan hidup bagi mereka. Namun bagaimanapun, mereka tidak akan diam saja jika Thunder memang ingin membunuh mereka.

Salah seorang dari ketiga belas orang itu berinisiatif untuk menyerang Thunder lebih dulu. Thunder mendengus kecil seraya menghindari tinju pertama yang mengarah padanya. Ia menatap Hans sekilas, memberi isyarat agar pria itu pergi. Hans tak membantah dan meninggalkan lokasi dengan langkah santai.

Thunder tersenyum kejam pada orang yang baru menyerangnya. Sedikit perlawanan tidak akan membuat Thunder kalah. Thunder tidak terlahir untuk itu. Sejak awal, ia ada untuk menang. Sejak awal, ia ada untuk ini. Bertarung, membunuh, dan menang. Ia sudah mulai menikmati perannya bahkan ketika ia masih berumur lima belas tahun. Itu adalah tahun pertamanya menikmati kematian lawan-lawannya.

***

"Ini pasti perbuatan Thunder lagi." Detektif polisi bernama Sam itu mendesah lelah menatap korban-korban yang ditumpuk di sudut jalan dekat kantor polisi, dalam keadaan tak bernyawa.

Fate Between (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang