-5-

2K 140 3
                                    

It's not easy to be an angel

Whenyou're just human with imperfection    

***

"Apa pekerjaanmu?" tanya Zen ketika ia berada di ruang kerja Joanna. Ia tidak melihat sesuatu yang spesial dari kantor Joanna. Bahkan di depan kantor kecil yang ada di sudut jalan itu, Zen tak membaca tulisan tentang nama kantor itu, atau apa tepatnya kantor itu.

"Membantu menyelidiki beberapa kasus," jawab Joanna enteng seraya duduk di kursi putar di depan meja kerjanya, tepat di depan jendela.

"Dan bagaimana caramu bekerja?" Zen berkeliling di seluruh ruangan, mengamati apa pun yang ada di sana.

"Hanya duduk dan menunggu kasus, terkadang keluar untuk penyelidikan, bertemu temanku untuk memberikan laporan, dan duduk di sini," urainya santai, seraya menarik sebuah berkas di ujung mejanya, dan mulai sibuk membaca berkas itu.

"Apa yang sedang kau baca?" Zen menghampiri Joanna dengan penasaran.

"Kasus yang sedang kuselidiki," sahut Joanna. "Seorang gadis yatim piatu yang tinggal dengan paman dan bibinya, meninggal karena bunuh diri, terjun ke sungai dari jembatan."

Zen mengerutkan kening. "Kau menyelidiki kasus bunuh diri?"

Joanna menggeleng, masih membaca berkas itu. "Kurasa itu bukan kasus bunuh diri," ucapnya. "Ketika diotopsi, ternyata gadis itu sedang hamil beberapa minggu, dan ada luka akibat pukulan benda tumpul di kepala belakangnya."

"Mungkin dia menabrak pagar pembatas, atau batu ketika jatuh ke sungai, atau ..."

Joanna akhirnya mendongak dari berkasnya, mengerutkan kening menatap Zen. "Kupikir kau tak tahu apa pun tentang dunia luar," sebutnya.

Zen menggeleng. "Hanya ... seseorang yang aku tahu di proyek bangunan juga meninggal karena jatuh ke sungai dan kepalanya terbentur batu di dasar sungai."

"Oh," desah Joanna simpati. "Yah, tapi ... luka di kepala gadis itu bukan karena hal-hal seperti itu. Maksudku ... itu berbeda. Karena selain itu juga ... rusuknya retak. Jadi, kurasa dia dianiaya lebih dulu, baru dibuang ke sungai."

Zen terdiam.

Joanna mendesah berat. "Bagaimana bisa ada orang sejahat itu ..." gumamnya.

"Bukankah dunia ini memang penuh dengan orang jahat?" celetuk Zen.

Joanna menatap Zen geli. "Kau bahkan tidak mengenal cukup banyak orang untuk mengatakan itu."

"Tapi, hanya orang-orang jahat yang kukenal sepanjang hidupku," sahut Zen.

Joanna tersenyum simpati. "Itu karena kau belum pernah pergi ke luar lingkaran hitam itu," ucapnya. "Di dunia ini juga banyak orang baik. Tapi selama ini, kebanyakan orang jahatlah yang berkuasa di dunia ini."

"Bagaimana kau mengkategorikan orang jahat dan orang baik?" tanya Zen.

Joanna mengedikkan bahu santai. "Hanya mereka yang punya hati nurani, dan yang tidak. Apa kau pernah mendengar, tidak semua penjahat adalah orang jahat? Aku percaya dengan pernyataan itu. Lagipula, kebanyakan orang yang tampaknya tidak melakukan kejahatan, justru melakukan lebih banyak kejahatan yang ditutupi kemunafikan. Orang-orang itu pasti tidak punya hati nurani. Menurutku, mereka yang masih memiliki hati nurani, adalah orang-orang baik. Karena di dunia ini, kita tidak bisa menghakimi seseorang dari status mereka. Terkadang, orang yang kita pikir lebih rendah dari orang lain, adalah orang yang lebih layak untuk hidup sebagai manusia."

Fate Between (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang