Chapter 1

444 36 0
                                    

"Dasar aneh! Pergi kau dari sini." Seperti biasa, Aisyah selalu mendapat cacian dan bullyan dari teman sekolahnya.

Apakah ia dapat menyebut mereka dengan sebutan teman? Bagaimana pun mereka masih satu sekolah dengannya. Maka, mau tidak mau ia harus menganggap teman.

Kembali lagi pada Aisyah. Ia sekarang tengah berjalan menuju perpustakaan sekolah. Di setiap langkah yang ia buat, ia selalu mendapat cacian dari orang lain.

Ya. Ia sadar, bahwa dia berbeda dari orang lain. Disaat yang lain berlomba memperlihatkan rambut cantiknya, Aisyah selalu menutup rambutnya dengan kain yang disebut dengan jilbab. Jangan lupakan pula rok panjang yang selalu menghiasi bagian bawah tubuhnya.

Ia sangat menjaga salah-satu mahkota yang melekat pada tubuhnya. Mahkota yang diciptakan oleh Allah untuk dilihat hanya untuk suaminya kelak.

Seakan sudah terbiasa dan mempan dengan semua cacian yang keluar, Aisyah tetap berjalan menuju tempat tujuannya. Ia abaikan semua hinaan itu.

Saat pintu perpustakaan terbuka, semua mata tertuju pada Aisyah. Beberapa dari mereka memilih mengabaikan kehadirannya. Namun, beberapa yang lain memilih menatapnya tak suka.

Setelah menemukan buku yang dimaksud, Aisyah berjalan menuju meja baca. Ia mulai membaca buku dengan tebal lebih dari 1000 halaman.

"Hyuna-ya, lebih baik kita pergi saja dari sini. Aku tidak betah duduk bersebelahan dengan gadis tudung ini." Ucap salah-satu gadis yang berada di samping Aisyah.

"Iya, lebih baik kita pergi saja."

Setelah kedua gadis angkuh tadi beranjak pergi, Aisyah tersenyum miris. Ia tak tahu apa salahnya sehingga satu sekolah--terkecuali guru--sangat membencinya. Apakah karena penampilannya? Jika memang benar, apakah sesuatu yang berbeda harus dikucilkan? Tidak.

Namun, Aisyah lebih memilih di bully daripada harus merubah penampilannya menjadi gadis yang lain. Ia tak mau merubah sesuatu yang sudah Allah ciptakan dan takdirkan untuknya.

Aisyah mendengar suara bel masuk, sedangkan ia belum selesai membaca buku yang ia baca. Dengan terpaksa, ia beranjak dari kursinya lalu berjalan menuju penjaga perpustakaan.

"Ssaem, aku ingin meminjam buku ini." Aisyah menyerahkan buku biologi yang tadi ia baca.

Penjaga perpustakaan tersenyum kala mengetahui siapa yang meminjam buku. Kim Ahra. Itulah yang tertulis pada name tag yang menempel pada baju penjaga perpustakaan.

Salah-satu orang disekolah ini yang tidak membedakan Aisyah dengan gadis lain adalah Kim Ahra. Ia sangat mengerti kenapa Aisyah begitu menutup dirinya dengan jilbab tersebut. Ia pernah membaca tentang Islam.

"Aisyah, sudah lama kau tidak berkunjung ke perpustakaan." Kim ssaem menyambut Aisyah dengan hangat. Ia mengambil alih buku yang dipegangnya.

"Ne. Akhir-akhir ini aku sibuk sekali dengan ulangan yang diberikan oleh guru." Kim Ahra terkekeh geli. Ia tahu bagaimana tersiksanya pelajar pada tahun terakhir.

"Kembalikan pada tanggal 18." Kim Ahra mengembalikan bukunya pada Aisyah. Setelah mengucapkan terima kasih, Aisyah bergegas kembali ke kelasnya.

Saat ia membuka pintu kelas, Aisyah dapat merasakan tubuhnya basah kuyup. Buku yang ia peluk dengan erat ikut basah. Seisi kelas mendadak gaduh dengan suara tawa. Ia menegakkan wajahnya. Didepannya sudah berdiri tiga gadis dengan wajah yang cantik, namun tidak dengan hatinya.

"Heh, gadis tudung. Kau terlihat sangat kedinginan. Kenapa kau?" Salah-satu gadis dengan rambut berwarna coklat tua menghampiri Aisyah. Seolah bukan dia yang berbuat.

AssalamuaikumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang