Chapter 2

215 32 13
                                    

Seorang gadis baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. Ia bangun sangat pagi. Bahkan, ayam pun belum mengeluarkan suaranya. Tapi suara adzan dari smartphone nya membuatnya terbangun.

Aisyah meregangkan tubuhnya yang dirasa sangat pegal. Ia melirik jam yang berada di atas nakas.

04:36.

Ia mulai bangkit dari duduknya lalu keluar kamar. Aisyah berjalan perlahan agar anak-anak lain tak terganggu dengan suara langkahnya.

Ia memasuki kamar mandi lalu menyalakan keran air. Saat air mengalir, ia mulai mengambil air tersebut untuk wudhu. Melawan rasa dingin yang mulai menjalar kedalam tubuh.

Setelah selesai wudhu, ia kemudian kembali ke kamar. Ia menggelar sejadah untuk alas ia shalat. Aisyah memakai mukenanya dan mulai melaksanakan shalat.

Ia melaksanakan shalat dengan khusyuk. Tak ada keraguan dan candaan dalam setiap gerakan shalatnya. Setelah melaksanakan dua rakaat shalat, ia mengambil kitab seorang muslim. Al-quran.

Aisyah membuka Al-quran tersebut hingga sampai pada bagian yang ia tandai. Al-kahf. Tertulis disana dengan aksara Arab. Ia membaca dengan halus dan merdu. Bahkan, suara burung dipagi hari akan kalah dengan suaranya.

Aisyah menyudahi membaca
Al-quran dengan bacaan penutup. Ia meletakkan Al-quran tersebut pada tempatnya semula lalu membuka mukenanya serta melipat sejadah yang tadi ia gelar.

Aisyah keluar dari kamarnya untuk membuat sarapan untuknya dan anak panti lain. Ia terbiasa melakukan ini, terkadang Bibi Kim atau Nara yang akan ikut membantunya dalam menyiapkan sarapan. Namun, sepertinya sekarang ia harus melakukannya sendiri.

"Pagi Eonni." Sapa Nara yang sudah rapi dengan seragamnya.

"Pagi Nara-ya. Bisa kau bantu Eonni? Tolong letakan roti ini pada meja." Nara mengangguk sambil mengambil alih roti yang dipegang Aisyah.

Satu persatu anak panti sudah berada di meja makan, begitu pula dengan Bibi Kim. Mereka menunggu Aisyah yang sedang membuat susu untuk Jihyo.

"Ini dia susu untuk Jihyo." Aisyah meletakan segelas susu dihadapan Jihyo.

Seperti biasa, Junghyun menjadi pemimpin doa. Setelah berdoa, mereka makan dengan tenang. Tidak ada suara lain selain suara dentingan piring dan sumpit.

Setelah sarapan, Aisyah, Junghyun, dan Nara pergi menuju sekolahnya. Junghyun dan Nara berada satu sekolah dan satu angkatan. Mereka--Aisyah, Junghyun, Nara--pergi bersama setiap hari karena arah sekolah mereka sama.

Setelah memastikan Junghyun dan Nara masuk sekolah dengan selamat, Aisyah melanjutkan langkahnya menuju sekolahnya yang berada tak jauh dari sekolah Junghyun dan Nara.

Sudah menjadi sarapan tambahan bagi Aisyah bila saat ia menginjakkan kakinya disekolah, ia akan ditatap tak suka oleh seluruh penghuni sekolah.

Aisyah menghela nafas pelan lalu menunjukkan senyum terbaiknya. Ia ingin melaksanakan sunah dari nabinya. Selalu tersenyum apapun masalahmu. Ia akan selalu tersenyum meskipun orang lain tak suka padanya.

Aisyah menduduki bangkunya yang berada di bagian paling belakang, sendirian. Hanya ada bangku kosong tanpa pemilik yang menemaninya.

Tak lama, suara bel mulai memasuki pendengaran Aisyah. Begitu pada dentingan ketiga, semua murid mulai memasuki kelas. Tak sedikit yang sibuk mengerjakan tugas yang diberikan guru kemarin.

Guru yang mengajar pada pelajaran fisika masuk dengan seorang pria yang berada di belakangnya. Berbagai pujian keluar dari mulut gadis, terkecuali Aisyah. Bukan. Ia bukan menangkis pria itu tampan. Ia mengakuinya. Tapi, ia tak mau memuji pria yang bukan mahramnya.

AssalamuaikumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang