Kencan

454 5 0
                                    


Syamsir terbangun mendapati Nino yang sedang memeluknya. Ia tersenyum memandangi wajah suami- Ah maksudnya istri. Ketika mereka baru menikah, mereka sempat kebingungan untuk menyebut pasangannya dengan sebutan apa. Hingga akhirnya Syamsir setuju untuk memanggil Nino dengan sebutan 'Istri". Panggilan ini ia dapat melalui pengalaman malam pertamanya. Ia setuju posisi Nino yang 'dibawah' itu pantas disebut Istri.

Tangannya membelai rambut Nino yang terasa halus. Setelah rambut, tangannya turun ke daerah pipi. Kulitnya sangat putih dan juga lembut. Rasanya sangat logis apabila seorang pria menyukai Nino. Selain fisiknya yang nyaris sempurna seperti seorang wanita, cara bicaranya juga sangat lembut. Ya, kecuali ketika ia sedang marah. Bahkan Syamsir tak berani mengatakan sepatah kata apapun.

"Mmm.." Nino sedikit bergerak, lalu ia kembali diam dan tertidur. Syamsir terkekeh, lalu merengkuh tubuh mungil Nino ke dalam pelukannya. PIkirannya kembali ke masa ia pertama kali bertemu Nino.

[flashback]

"Mas!" Syamsir menoleh dan mendapati Nino sedang memeluk tasnya. Ia sedikit terkejut menatap penampilan bocah SMA dihadapannya. "Ya, ada apa ya ?"

"Ehm.. Papa kan lagi sibuk, jadi ngga ada yang anter. Dari tadi aku menunggu ojek namun tidak ada. Apa boleh aku minta anterin ? Na-nanti aku bayar deh" Syamsir melipat tangan di dadanya lalu menatap Nino dengan intens. "Kau pikir aku ojek, huh ?"

Nino gelagapan. Tangannya memilin tali tas ransel bergambar minion, miliknya. "Ma-maaf kalau begitu" Nino menundukan kepala lalu berjalan meninggalkan post satpam di komplek perumahannya. Ia berjalan cukup jauh, hingga membuat keringat turun berjatuhan. Ia bukannya takut pada ucapan satpam tadi, hanya saja ia merasa bahwa ia memang tidak berhak untuk merepotkan orang lain. Ia tidak pernah ingin menjadi beban orang lain.

TIN TIN..

Bunyi klakson motor sedikit mengejutkan Nino. Itu! Satpam tadi yang berkata jutek padamu, No! Apa yang ia lakukan ?

"Kamu kok ngambekan sih. Kan saya hanya bercanda tadi hehe maaf ya" Nino tersenyum lalu menggeleng pelan. "

Tidak apa Mas, kalau memang saya bikin repot, mas jujur saja. Saya tidak ingin mengganggu Mas" Syamsir tertegun mendengar perkataan Nino. Entah kenapa hatinya sakit, ternyata perkataan nya bisa membuat orang berfikir demikian.

"Ah, maafkan saya. Saya ngga bermaksud seperti itu" Syamsir menarik tangan Nino. Nino terkejut mendapati pergelangan tangannya digenggam oleh Satpam. 

"Ayo saya antar" Nino menunduk lalu mengangguk. 

Selama diperjalanan, Nino hanya diam. Dengan wajah polosnya, ia menatap kota di pagi hari. Syamsir menatap wajahnya melalui kaca spion, lalu ia tersenyum. Lucu sekali bocah ini. 

"Dek, kamu kok sekolah pakai celana sih ? Kamu anak tomboy gitu ya ?" Nino hanya menatap Syamsir dalam diam. Syamsir juga tidak mempermasalahkan Nino yang hanya diam. Ah, lagi-lagi ucapannya tidak terkontrol!

Setelah tiba, Nino turun dan memberikan helm yang tadi ia pinjam dari Syamsir. Syamsir menerima lalu tersenyum. "Terima kasih Mas atas tumpangannya" Nino tersenyum dengan lebar. 

Syamsir tertawa lalu mengangguk. "Lain kali kalau mau minta anterin bilang aja ya, nanti ngga saya 'bercandain' lagi kok hahahaha" Nino sedikit merenggut mendengar ucapan Syamsir. 

Sebelum Syamsir pergi, Nino menepuk pundaknya lalu mengatakan, "Aku bukan tomboy mas. Tapi aku memang anak laki-laki. Masa iya aku memakai rok ?!" Setelah itu, Nino berlari memasuki area sekolah. Syamsir hanya melongo di tempatnya. Mana mungkin ada cowok dengan penampilan seperti itu yang begitu... Manis!

Both of Us (Nino x Syamsir)Where stories live. Discover now