Rio

217 4 1
                                    

Hari ini Dirga mengajak Nino untuk jalan-jalan. Sebelumnya, Dirga meminta izin pada Brian, dan seperti biasa Tuan Putri Tsundere akan membalas dengan kalimat seperti,

"Ngapa izin ke gue ? Emang gue peduli ? Hah ?!"

Ah, Dirga sangat menyukai sifat nya seperti itu. Malu-malu meong itu sangat lucu dimata Dirga. 

"Kak kita mau kemana sih ?" Nino duduk anteng di sebelah Dirga. Lumayan lah, bisa jalan-jalan, tanpa harus keluar uang. Karena tadi sebelum berangkat, Dirga sudah memberi tahu bahwa ia akan mentraktir makanan. 

"Ada deh"

Nino hanya diam. Ia menikmati perjalanan. Sudah lama ia tidak naik mobil pribadi seperti ini. Terakhir kali ia naik mobil ketika Brian mengantarnya ke bandung, karena tugas kampus. Ketika ia menatap jalan, tiba-tiba perasaan nya ngga enak. "Kak Luno nggak mungkin ngajak aku balik ke rumah kan ?!"

"Kamu sudah besar tapi masih saja cadel" Yang diejek hanya diam dan menatap Dirga dengan tajam. Dirga sedikit merasa aneh melihat wajah imut Nino berubah jadi menyeramkan. "Ng-nggak kok nggak usah takut, Nino"

Nino masih tidak percaya. Ia masih takut apabila harus bertemu dengan orang tuanya. Ia hanya memandangi pemandangan di jalan, lalu tidak lama kemudian ia tertidur. Dirga hanya tersenyum, menatap 'adik kecil' nya ini sangat imut.

Dirga memarkirkan mobilnya ke dalam garasi villa di puncak. Ya, Dirga mengajak Nino ke puncak. Dulu Villa ini digunakan untuk kumpul keluarga atau kerabat, yang bukan lain salah satunya adalah keluarga Nino. 

"Nino, ayo bangun" Dirga menepuk lengan Nino pelan. Nino mencoba membuka mata, lalu menatap sekitar. Ia menyadari bahwa mobil dalam keadaan berhenti, apa berarti mereka sudah sampai ? Nino melepaskan sabuk pengaman lalu turun dari mobil. Ia melangkah pelan mendekati taman yang terdapat di depan rumah. Dulu seingatnya, di depan rumah tidak ada taman berbunga seperti ini. Hanya tanah bebatuan kosong yang biasa digunakan Kakaknya dan Dirga bermain bersama. Tentu saja Nino tidak ikut, ia kan hanya si adik pengganggu saja.

"Cie flashback nih!" Dirga menyikut lengan Nino, Nino hanya nyengir. "Iya deh. Tapi sayang dulu aku kalo disini kesepian juga"

"Loh kenapa emangnya ? Kan suka ngumpul bareng" Tanya Dirga bingung.

"Habis ingin main sama kakak dan temennya kakak ku nggak dibolehin" Nino membuat-buat wajah seakan sedih. Dalam hati Nino cekikikan. Tapi ternyata Dirga hanya diam. Ia menunduk lalu berkata," Ma-maafin aku Nin. Ak-aku nggak maksud kayak gitu" Nino melongo. Spontan ia menolah dan menatap wajah Dirga, lalu 

"Pffttt...... HAHAHA" Dirga melotot, ia tidak terima di tertawakan seperti itu. "Ohh jadi ngeledek yaaa ?"

Nino dan Dirga tertawa, hingga sebuah klakson mobil terdengar dari depan pagar. Nino dan Dirga saling bertatapan, lalu kembali menghadap ke depan pagar. Terdengar pintu mobil itu terbuka lalu ditutup dengan kencang. Ralat, sangat kencang.

"KELUAR LO DIRGA!!" Refleks, Nino mengumpat di balik tubuh Dirga. Ia tahu betul siapa yang berteriak itu. Ia tidak berani untuk menampilkan diri di hadapannya. 

"Yo, tunggu dulu gua bisa jelasin!"

"Brengsek lo! Jadi selama ini lo ngumpetin adek gue, HAH ?!"

"Yo, tung-" Belum selesai berbicara, Pria itu mendaratkan pukulannya tepat di wajah Dirga. Nino dengan cepat memisahkan mereka berdua. 

"STOPPP!!!" Nino tidak tahan melihat mereka berdua berantam. Pria itu mulai menahan diri. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya. 

Pria itu menatap Nino dengan tatapan sendu, lalu melangkah mendekat. Disaat yang bersamaan, Nino melangkah mundur. Ia tidak siap menatap Novembrio, kakaknya.

Both of Us (Nino x Syamsir)Where stories live. Discover now