32. Your Smile

800 153 15
                                    

Umji bingung, atau heran, atau cemburu. Name it whatever you want.

Vernon itu kata orang sih sangat ramah. Apalagi ke perempuan lain. Tapi yang Umji lihat, Vernon itu tidak beda dengan bongkahan es berjalan. Pasang wajah dingin, terutama ketika bersama Umji. Umji kadang bingung, salahnya apa sampai diperlakukan Vernon sedingin itu.

Umji tidak heran, sih. Vernon memang detektif profesional, pun Umji. Tapi Umji juga mau lihat Vernon yang ramah dan murah senyum– Vernon yang dilihat orang lain, pada Umji.

Umji sering melihat Vernon tersenyum kepada perempuan lain, teman-temannya, seniornya, juniornya, kliennya, bahkan pada tersangka pembunuhan yang ditemuinya. Sungguh, Umji tidak keberatan. Lagipula Umji bukan siapa-siapanya Vernon, cuma partner kerja. Tapi Umji juga ingin melihat Vernon tersenyum, kepada Umji. Sekali saja tidak apa.

Apa mungkin Vernon kesal karena Umji membuatnya terlambat mengejar pesawat berisi tersangka yang kabur minggu lalu? Apa Vernon marah karena Umji menghilangkan berkas laporan yang diminta Mr. Joo? Apa Vernon tidak terima karena ber-partner dengan Umji saat hampir semua detektif perempuan meminta Vernon jadi partner mereka?

"Vernon?"

Jadi hari ini Umji memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa?" Nadanya datar, matanya masih fokus ke buku yang dipegangnya.

"Aku ada salah, ya?"

Vernon berhenti membaca dan menatap Umji tidak mengerti.

"Atau aku bikin kamu kesal terus, ya?" tanya Umji lagi sambil memegang erat jurnal di tangannya.

"Ada apa?" Vernon mengangkat alisnya, masih menatap Umji sambil menerka-nerka.

"Aku cuma tanya."

Vernon menatap Umji lama sambil memiringkan kepalanya. Sumpah, begini kah rasanya dituduh jadi pembunuh dengan tatapan mematikan itu?

"Kadang." Vernon mengangkat bahu dan kembali membolak-balik buku di tangannya.

Umji terlihat kecewa dan menghela nafasnya keras-keras dengan refleks.

"Why ask so sudden?"

Umji mengangkat bahu. "No. Nothing. It's just... kamu gak kelihatan senang ber-partner denganku."

Vernon meletakkan bukunya dan berjalan ke arah Umji, lalu menyejajarkan kepalanya dengan kepala Umji yang sudah tentu lebih pendek darinya. Vernon tersenyum miring.

Dan Umji baru sadar, kenapa para perempuan senang berada di dekat Vernon. Kenapa mereka selalu meleleh saat melihat senyuman Vernon.

Umji mengerjapkan matanya dan mundur sedikit untuk menjaga jarak dengan Vernon. Percuma, sih. Vernon-nya ikutan maju. Belum lagi tumpukan buku di belakangnya. Umji mau mengubur diri di tanah saja rasanya.

"You're funny."

Umji mengrenyit, menatap Vernon dengan self defense-nya, "Is that an insult?"

"No. You're funny as if you're so cute or you're so adorable. Or something in between." Vernon masih tersenyum sambil memerhatikan detail wajah Umji.

"Maksudnya apa?" Oke, sekarang Umji bingung.

"You're kind of a... distraction to me. So I have to put poker face on whenever I'm with you to make sure I am less distracted and not fooling myself by smiling like crazy."

Sip. Kubur Umji sekarang. Vernon mengatakannya dengan ringan. Kelewat ringan walaupun Umji rasakan tatapannya berat ke Umji.

"Were you just confessing to me?"

Vernon menegakkan tubuhnya kembali sambil tertawa kecil. Vernon menatap Umji dengan senyum menyebalkannya.

Lalu ia mengacak rambut Umji pelan. "Well, to put it simply. Yes."

Umji tidak bereaksi, hanya menatap Vernon dengan tatapan yang sulit dimengerti bahkan oleh detektif sepintar Vernon.

"Then don't hide it."

Vernon yang sudah berbalik kembali menoleh, menatap Umji meminta penjelasan.

"Aku suka lihat kamu senyum."

Dan untuk pertama kalinya, Umji melihat Vernon tersenyum tulus, untuknya. Umji ingin terbang.

-|-|-|-|-


Too short, no?

Ini sebenernya koleksi pribadi dengan cast artis lokal haha. Yes I basically ship everyone.

Thank you for reading, the votes&comments! Ditunggu kritik-sarannya!


Reposted: August 2020

Little Little | Vernon × Umji ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang