33. The Red Tied

968 146 45
                                    

5 kata dari Eira_ERA26 : Lemari, darah, tanah, takut, bahagia

Di dunia ini, manusia terikat dengan jodohnya dengan seutas tali merah bersinar di pergelangan tangan. Yewon jadi salah satu orang yang beruntung dapat melihat ke mana ujung tali merahnya berlabuh, bukan cuma talinya. Yewon bisa melihat tali semua orang. Tali merah untuk jodoh, tali hitam untuk dendam, tali biru untuk cinta yang... entah lah, ia juga tidak mengerti, tali hijau untuk persahabatan, dan tali-tali lainnya untuk maksud yang berbeda.

Yang Yewon masih tidak mengerti adalah kenapa jodoh bukan berarti cinta dengan jenis yang belum dimengertinya itu. Sepengalamannya, tali biru pun menandakan cinta, walaupun tidak semua cinta yang bisa diinterpretasikan Yewon. Bukankah saat kita mencintai seseorang dan kita bersamanya berarti kita berjodoh dengannya? Ibu dan Ayah punya tali biru. Nenek dan mendiang Kakek pun sampai sekarang punya tali biru.

Soal jodoh, tali merah Yewon terhubung dengan Hansol, pemuda anak kepala desa yang tinggal di kaki bukit. Yewon pertama kali tahu saat tali merah melingkar di pergelangan tangannya dan ia tidak dapat menemukan ujungnya.

Saat itu Yewon yang masih berusia 10 tahun dengan semangat mengikuti talinya menaiki bukit hingga sampai ke rumah kosong di timur bukit. Yewon sempat khawatir saat melihat talinya tersambung ke dalam lemari tua di dalam rumah itu, kemarin tali merah kak Jaehwan tersambung ke dalam makam kak Sojung, yang sudah meninggal dua tahun lalu.

Yewon menghela napas lega saat membuka lemari dan mendapati Choi Hansol meringkuk di dalamnya.

"Ssssttt, aku sedang main petak umpet dengan roh pohon."

Yewon hanya mengangguk dan bersiap menutup kembali pintu lemarinya saat tangan Hansol menarik pelan ujung roknya.

"Kamu di sini saja. Aku takut kalau mereka menemukanmu di jalan pulang, mereka malah mengajakmu bermain dan membiarkanku mati bosan di sini."

Yewon menurut, dan sejak itu mereka selalu bersama ke mana-mana. Yewon senang karena selain tali merah, mereka juga terhubung dengan tali hijau tanda persahabatan. Soal tali merah Yewon tidak berkata apa-apa pada Hansol, ia tidak mau dibutakan oleh tali, biar Hansol yang sadar dan menyatakan perasaan itu pada Yewon.

Hansol sudah sadar sejak lama sebenarnya, walaupun tidak pernah tahu masalah pertalian, setiap orang desa notabene dapat merasakan kehadiran jodohnya.

Maka, malam ini, di usianya yang ke-23, Hansol mengajak Yewon menikmati festival panen desa dari atas bukit, beralaskan tanah lembab bekas hujan kemarin malam.

"Mereka kelihatan bahagia, ya?"

Yewon tersenyum menatap kerlap kerlip lampu desa dan manusia-manusia yang menari di bawahnya.

"Kamu juga."

Hansol tersenyum, senyum yang sangat disukai Yewon.

"Aku perlu berterima kasih pada roh pohon yang mempertemukan kita dan membuatku jadi pemuda paling bahagia di desa."

Yewon tertawa kecil mendengar perkataan Hansol. "Aku yang menemukanmu, Hansol."

Hansol mengangguk dan menggenggam tangan Yewon. "Terima kasih, sudah menemukanku."

Terima kasih juga, sudah jadi jodohku.

"Aduh!"

Yewon mengerjap dan dengan cekatan menarik tangan kanan Hansol ke hadapannya.

"Tidak apa-apa, Yewon. Cuma keramik bekas kuil."

Yewon memerhatikan darah yang mengalir dari jari Hansol, ke bawah, lalu menetes, berakhir di atas tali merah mereka berdua, membuatnya bersinar. Saat Yewon mengedipkan matanya, tali merah itu hilang. Sekarang yang ada hanya tali hijau... dan tali biru.

Yewon menatap ikatannya dengan Hansol dengan mata berkaca, masih tidak percaya. Apa Hansol membawanya ke sini untuk berpamitan? Apa Hansol dijodohkan dengan wanita lain?

"Yewon, lihat. Di langit utara."

Yewon mengalihkan pandangannya ke langit utara, ribuan cahaya berbinar seperti berbondong menuju desanya, lalu Yewon melihat lingkaran kecil di depan wajahnya.

"Jadi istriku. Mau, kan?"

Saat itu, Yewon tahu, tali biru artinya cinta yang abadi.

*****

"Bih, Bih. Lihat deh, yang bule itu di samping Wooseok."

Sinbi yang dicolek-colek bahunya mengikuti arah pandang Umji, lalu memasang poker face.

"Cakepan juga Moonbin."

Umji memutar bola matanya. "Kayaknya dia jodohku deh."

Sinbi sudah tertawa terbahak-bahak lalu berhenti tiba-tiba dengan wajah menyelidik.

"Jangan-jangan kamu bener-bener reinkarnasi shaman jaman dulu ya? Heran deh, kemarin-kemarin juga prediksi Ucok-Yein sama kak Jaehwan-kak Sowon."

Umji cuma ngangguk-angguk aja. "Ini mah yakin banget deh. Gak boleh disia-siain."

"Iya, iya. Nanti kubantu deh pdkt-nya, sekarang lanjutin laporan dulu. Tadi meteornya jatuh tahun 1800 berapa?"

Umji menatap Vernon, si bule, yang kebetulan menoleh ke arah meja Umji dan Sinbi. Mungkin di kehidupan yang lalu mereka pernah bertemu, karena Vernon pun melemparkan senyum hangat yang familiar pada Umji.

∞∞∞∞∞  

Tidak jelas heuheu. Dibuat saat masih belum bisa move on dari Kimi No Nawa.

Hueeeee itu film kok bagus banget :')

Btw nonton ini gengs, FMV Rainbow keren abiiisss mau nangis liatnya :''' [update: yah sekarang udah dihapus:(]

Terus ini buku kapan selesainya yak -_- mulai kehabisan ide jadi maafin ceritanya akhir2 ini monoton haha.

Janlup kritik dan sarannya! Terima kasih vote dan komentarnya! Have a nice day!



Reposted: August 2020

Little Little | Vernon × Umji ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang