Chapter 3

718 98 51
                                    

Hai.. saya lagi seneng nulis si Onje. Sumpah ya anak itu pengen saya bawa pulang dan diucel-ucel. Hahahaha.. imutnya loh ga ketulungan.

Daan bagi semua Ahgase disini, selain bilang Congrat ke GOT7 yang menang 2 Award di GAON semalam, kalian juga saya ucapin congratulation udah breaking record di V!Live dengan 1M heart. Amazing. Saya bahagia masuk fandom ini.. stay together forever for Our Boys.

Happy Reading^^

______________________________________________________________________________

Satu persatu coklat dipatahkan oleh Youngjae, sesekali dia melongok kearah kamar tidur Daddynya. Semalam, Daddynya tidur sangat larut. Daddynya sudah beranjak masuk agendanya yang sibuk. Dia kembali bekerja diklinik anak seperti dulu, dan mengerjakan pendidikan magisternya. Youngjae tahu, Daddynya ingin menjadi psikolog spesialis anak dan berjanji pada Youngjae akan membuatkan rumah belajar untuk teman-temannya yang kurang beruntung. Dia kembali berkonsentrasi pada baskom stainless yang didepannya. Kakinya berdiri diatas kursi dan celemeknya tampak penuh noda coklat. Dia mencomot remahan coklat dari baskom lalu turun dari kursinya.

"Apakah aku akan pendek seterusnya seperti Daddy?" keluhnya sambil menyeret kursi ke sisi dapur yang lain.

Dia menyeret baskomnya mendekat, lalu berjongkok diatas kursi. Daddynya-lumayan-pandai memasak dan terkadang membiarkan Youngjae ikut serta membantunya. Cukup mudah menyalakan kompor listrik. Dia mendorong baskom keatas inti kompor lalu turun dari kursinya dan mencari pengaduk dari kayu. Dia berdiri lagi dan terdengar desisan dari baskomnya.

"Wushhhh!!" serunya terkejut hampir oleng dan seseorang menangkapnya.

"Oh, hi, Dad. Morning.." Youngjae menyeringai saat dia lengah mengintip kamar Daddynya selama dirinya sibuk.

Jackson berdecak, rambutnya masih berdiri disalah satu sisi, wajahnya tampak masih berwajah-bantal dan sembab karena kurang tidur. Dia menurunkan Youngjae dari kursi, dan mematikan kompornya. Youngjae mencebik memandang pekerjaannya. Dia mengedutkan satu pipinya tanda dia kecewa. Jackson menggendongnya dan mendudukannya di pantry. Lalu pemuda itu tampak melongok mencari sesuatu, dan berkata 'aha' saat mendapatkannya. Dia mengenakan celemek yang sama seperti Youngjae.

"Look," kata JAckson suaranya masih terdengar dalam.

Youngjae memperhatikan Daddynya.

"Jangan menggunakan ini " Jackson menunjuk baskom dengan coklat gosong Youngjae.

"Kalau kau ingin tetap menggunakannya, pakai ini." Jackson mengisi panci dalam air lalu meletakan stainless itu diatasnya.

"Why?" tanya Youngjae mendongak melihat Daddynya.

"Karena ini tidak akan membuatnya gosong. Panas yang tinggi bisa membuat coklatmu menjadi hangus,"

Youngjae mengangguk-angguk. Jackson mengambil sebuah baskom terbuat dari kaca-sejenis kaca, entahlah itu. Lalu mengambil coklat batangan sisa 'penghancuran' Youngjae. Dia mencincang coklatnya lalu diletakan diatas kompor.

"Kau bisa menggunakan baskom yang seperti ini. Kau mengerti?" tanya Jackson pada anaknya yang kini menolehnya dan mengangguk.

Akhirnya Jackson menurunkan Youngjae dan membiarkan anaknya mengolah lelehan coklat diatas cetakan. Anak itu menambahkan kismis, kacang dan krunch. Jackson hanya membantu melelehkannya dan menempatkan diwadah yang aman agar anaknya tidak menyentuh benda panas.

"Finish!" teriak Youngjae senang saat dia memasukan semua wadah cetakannya kedalam lemari es.

Kini dia berbalik badan melihat Jackson yang sedang melepas apronnya dan memasukannya pada ranjang kotor mereka didapur. Youngjae berjalan pelan sambil memainkan jari-jari kecilnya.

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang