Bagian Dua.

2.8K 354 24
                                    

Jihoon tidak mengerti mengapa tiba-tiba ia dihadapkan dengan situasi yang seperti ini.
.
.
.

Jihoon membuka matanya dan mendudukkan dirinya dengan perlahan. Saat ini ia tengah berada di atas sebuah kasur yang besar dengan selimut tebal yang membalut tubuhnya. Ia mengerjapkan matanya perlahan sembari menatap ke sekeliling ruangan. Dirinya terbingung kala melihat ruangan yang sangat tidak familiar ini. Jelas saja jika ini bukanlah rumahnya, tetapi apa yang ia lakukan disini? dan sampai pada ketika ia mengingat lagi tentang kejadian semalam...Mendadak ia takut. Apakah rumah ini adalah rumah si pria bermasker?

Ruangan ini cukup luas dengan design modern yang apik, Warna hitam dan putih menjadi warna dominan di kamar itu. Ada terdapat baberapa buku yang tertata di sebuah rak kecil yang Jihoon duga si pemilik memang suka membaca buku. Terlebih jika dilihat lebih teliti, kebanyakan dari buku buku tersebut adalah buku tentang otomotif. Ada pula beberapa pajangan motor dan juga mobil lawas yang tertata rapi. Terlihat sekali jika pemilik ruangan ini sangat menyukai membaca buku dan segala sesuatu yang berhubungan dengan mesin bermotor.

Jihoon asyik menelisik ke setiap sudut ruangan ketika ia mendapati Park Woojin membuka pintu yang berada diruangan itu. Jihoon menoleh kaget, namun sedetik kemudian ia bernafas lega saat melihat ternyata Woojin lah yang datang. Jadi semalam ia selamat?

"Kau baik-baik saja?" Jihoon bertanya kepada Woojin yang terlihat memiliki luka memar di wajahnya. Woojin hanya diam tak ingin menjawab.

"Hey, Kau tidak bisa berbicara ya?" Jihoon kesal karena Woojin mengabaikannya.

"Kenapa bertanya tentang aku? Kau bisa bertanya yang lain seperti dimana ini, atau apa yang terjadi padamu." Woojin mengambil beberapa barang yang berserakkan di lantai seperti gulungan tisu, beberapa plester luka serta...tunggu, Apa Woojin baru saja memberikan pengobatan pada Jihoon?

"Apa sesuatu terjadi padaku?"

"Tenang saja. Kau beruntung yang ia berikan hanyalah obat bius biasa."

"Lalu itu untuk apa?"

"Mana?" Tanya Woojin.

"Yang sedang kau pegang," Woojin melihat benda yang saat ini tengah ia pegang. Ada sedikit bercak darah di tisu yang ia bawa. Woojin segera membuangnya dan kembali menaruh perlengkapannya tadi ke atas meja yang tersedia diruangan itu.

"Untukku," Jawab Woojin pada akhirnya. Jihoon merasa sedikit iba saat melihat luka yang tergores di wajah Woojin. Namun anehnya, Woojin tidak menggunakan plester luka itu di wajahnya. Ia malah membiarkannya begitu saja, Jihoon hendak bertanya saat Woojin membuka suara terlebih dahulu,

"Soal semalam, aku ingin kau menyimpannya seorang diri."

"Tentu saja. Asal kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? dan siapa dia?"

"Bukan urusanmu." Jawab Woojin yang terasa dejavu bagi Jihoon. Sebelumnya ia pernah mengatakan ini di sekolah saat Daehwi tidak masuk dan Woojin mencarinya.

"Aniii, nyawaku baru saja terancam karenamu dan kau tak mau menjelaskannya padaku?" Ujar Jihoon tidak terima.

"Karena itu bukan urusanmu." Woojin tengah membelakangi Jihoon, terlihat dari belakang jika Woojin tengah menata sesuatu di meja yang ada di depannya.

"Tck." Jihoon berdecak. Sulit benar membuat Woojin menjelaskan kepadanya. Namun Jihoon berusaha untuk tidak terlalu peduli meskipun sebenarnya ia sangat peduli.

Woojin membalikkan badannya menghadap ke Jihoon seraya berkata,

"Sebaiknya kau simpan ini juga dari Daehwi atau siapapun temanmu. dan segera pulang." Jihoon menangkap nada yang sedikit berbeda dari ucapan Woojin barusan. Jihoon memincingkan matanya curiga,

Bad Love | 2ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang