"Lex, ke kantin, yok."
Lexi memperhatikan Olla sejenak. Agak heran kenapa cewek itu tiba-tiba mengajaknya. Maksudnya, mereka kan tidak pernah akrab. "Ngapain?"
Olla menjelaskan, "Mau ada yang kita diskusiin."
Lexi ingin menolak, tapi sepertinya mereka akan membicarakan hal penting yang berkaitan dengan lomba. Akhirnya ia pun mengikuti Olla.
.
.
Sandi yang lagi bete maksimal melirik ke gerbang kantin. Saat itu juga Olla tiba, ia pun nyengir kuda. Namun, sedetik kemudian wajahnya berubah masam ketika menemukan Lexi berjalan di sebelah Olla.
Olla sudah tiba di meja dan duduk manis. Sedangkan Lexi memesan nasi goreng ke Bang Jali.
"Ngapain Lexi ke sini?"
Olla hanya tersenyum lebar, ia malah mengalihkan pembicaraan. "Ini pesenan gue, kan?"
Sandi mengangguk seraya meringis. "Nasi goreng yang petenya bejibun." Ia seketika merasa mual saat Olla makan dengan lahapnya. "Apa enaknya sih pete?"
"Bisa ngilangin stres dalam sekejap," Olla nyengir kuda.
"Bagiin ke Wendi gih, dari tadi mukanya kusut banget."
Olla melirik Wendi yang di waktu istirahat ini terlalu pendiam. "Udah sih, Bang. Sampai segitunya lo liat komik yang robek."
"Iye. Komiknya juga dibeli pake uang gue. Harusnya gue yang senewen," Sandi pun ikutan sewot. Ia mendelik ke Olla yang dibalas Olla dengan delikan yang lebih lebar.
Lexi bergabung di meja itu, duduk di sebelah Wendi.
"Kalian emang nggak tahu gimana susahnya komikus buat komik. Udah kurang tidur, kurang makan, jomlo pula!"
Olla terbahak-bahak. "Nggak yakin gue Roti Gulung jomlo. Di instagramnya banyak cewek yang godain dia."
"Kadang gue suka mau muntah liat instagram si Roti Gulung. Gambar buatannya bagus-bagus sih, tapi bahasa ngegalaunya overdosis tingkat dewa," komentar Sandi yang punya selera tinggi soal konten Instagram.
Olla kembali terbahak. "Itu kan memang kelebihan Roti Gulung. Makanya komik dia laku keras."
Wendi tidak menjawab apa-apa lagi. Ia mengeluarkan enam lembaran roti berisi daging pipih yang disimpan dalam plastik. Kemudian selembar roti dan daging itu diambilnya dan digulung. Ia pun melahapnya cepat-cepat.
"Cara lo makan roti aneh, ya. Gue baru liat ada orang makan roti digulung kayak gitu," komentar Sandi.
Sementara itu Lexi memperhatikan gelagat Wendi dalam diam. Ia melirik ke lembaran roti, lantas balik lagi ke Wendi. Seketika kedua alisnya terangkat.
Wendi yang menyadari dilihatin kayak gitu sontak mengomel. "Mau kau? Tapi aku nggak suka bagi-bagi."
Lexi membuang muka tanpa mengucapkan satu kata pun. Ia memperhatikan piring Olla yang petainya nyaris menutupi nasi gorengnya sendiri. Perutnya langsung terasa melilit. Kemudian pesanannya tiba. Namun, nafsu makannya lekas hilang ketika menyadari jumlah petai di piringnya menyaingi jumlah petai di piring Olla. Padahal tadi ia udah bilang nggak pake petai.
Lexi ingin protes, tapi Bang Jali udah keburu pergi. Akhirnya yang ia lakukan hanya menatap piring itu dalam diam.
"Kenapa, Lex?"
"Dikasih pete, padahal gue nggak suka," ujar Lexi lemas.
"Ya udah, siniin petenya," tanpa diiyakan, Olla main ambil petai-petai itu. Berhubung Lexi juga tidak memprotesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING LETTERS
Teen FictionCover dibuat sama sahabatku Andini Fitri Lubis BEBERAPA PART DIPRIVATE, SILAKAN FOLLOW DULU SINOPSIS: Empat murid SMK dari kelas animasi bertekad memenangkan lomba membuat video animasi pendek yang pemenangnya akan showcase ke festival animasi inter...