Olla baru pulang dari sekolah dan seketika tersenyum ketika menemukan sebuah mobil berhenti di depan rumah Sandi. Saat Sandi keluar dari mobil, Olla pun gegas menghampirinya.
"Sandi!"
Sandi langsung nyengir karena disambut sama cewek favoritnya. "Seneng ya ketemu gue?"
Wajah Olla seketika berubah. Ia pura-pura marah. "Ih, apaan," lalu berniat berbalik arah, tapi Sandi langsung mencegahnya.
"Ya ampun. Segitunya gue gombalin doang," kini Sandi yang pura-pura ngambek.
Olla terkekeh-kekeh. "Lo beneran udah sehat?"
Sandi mengangguk.
"Bagus, deh! Gue ada kerjaan buat lo! Nanti langsung lanjutin gerakin scene yang lain!" Olla tampak girang sekali.
Sementara Sandi cemberut karena Olla malah bahas tugasnya buat lomba. "Lo ke sini cuma mau bilang itu?"
"Iya. Dah!" Olla segera pergi dari sana sembari melambaikan tangannya penuh semangat.
Sandi semakin mendumel. "Nggak ada gitu hadiah sambutan buat gue?" Ia jadi memikirkan ulang tahunnya tiga hari lagi. Olla kira-kira ingat tidak, ya?
.
.
Olla meletakkan tasnya begitu saja di lantai. Ia menghampiri meja belajar dan mengambil sebuah benda misterius yang diletakkan di sana. Ia sudah menyiapkan hadiahnya sejak tiga hari lalu dengan memaksa Wendi dan Lexi ikut patungan juga. Awalnya dua cowok itu ogah melakukannya. "Jadi nggak sabar tanggal lima belas." Kemudian ia terkekeh-kekeh sendiri. Ia sudah berniat menjadikan hari ulang tahun Sandi tidak terlupakan untuk cowok itu.
.
.
Sandi keluar rumah dengan semangat 45. Tanggal 15 Okttober ini adalah hari yang akan membahagiakan untuknya. Ia yakin itu. Maka ia datang ke rumah Olla, berniat ingin ke sekolah bersama, tapi ia menemukan fakta mengejutkan.
"Olla udah berangkat," begitu yang diucapkan Larisa sebelum masuk kembali ke rumahnya.
Bahu Sandi pun seketika loyo. "Apa gue bolos aja?" Semangat Sandi untuk ke sekolah tiba-tiba saja turun drastis. Namun, ia langsung teringat masih ada tugas untuk lomba yang belum dirampungkannya. Dan ia baru saja masuk sekolah kemarin. Ia tidak boleh mangkir begitu saja. Maka ia pun berjalan ke sekolah dengan menunduk sepanjang jalan.
.
.
"Olla, ke kantin, yuk!"
"Gue nggak laper." Olla keluar dari kelas cepat-cepat, meninggalkan Sandi yang melongo.
Waktu istirahat sudah tiba, tapi Sandi merasa dunia sedang tidak berpihak padanya. Well, emang lebay sih. Entah mengapa dicuekin sama Olla kayak gini ngebuat Sandi merasa dunia sedang mendiamkannya juga. Ia pun menuju kantin sendiran. Lexi dan Wendi entah ke mana.
.
.
Sekolah siang ini sudah berakhir. Saat Sandi ingin bertandang ke ruang praktik untuk merampungkan tugasnya, ia dicegat oleh Bu Laura di depan ruang guru. Teman-temannya sendiri sudah duluan menuju ke ruang praktik.
"Ada yang mau Ibu bicarakan sama kamu," ujar Bu Laura dengan wajah datarnya.
Sandi mengerjap. Baru kali ini ia melihat wajah masam Bu Laura. Ia jadi bingung. "Ada apa, nih?" Ia mengikuti Bu Laura masuk ke ruang guru. Duduk di bangku yang berhadapan dengan wali kelasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING LETTERS
JugendliteraturCover dibuat sama sahabatku Andini Fitri Lubis BEBERAPA PART DIPRIVATE, SILAKAN FOLLOW DULU SINOPSIS: Empat murid SMK dari kelas animasi bertekad memenangkan lomba membuat video animasi pendek yang pemenangnya akan showcase ke festival animasi inter...