Cieee yang cari gue sampai nginap di sekolah segala :D. Gue seneng karena lo penasaran sama gue. Tapi beneran deh, gue nggak bermaksud ganggu lo, gue mau ngungkapin yang ada di hati gue aja kok. Dan gue mau tanya, apa lo masih tertarik kerja di Batam? Perjalanan lo masih panjang, menurut gue lo lanjut aja kuliah di jurusan animasi. Di tempat kuliah selain nambah ilmu, pasti temen lo jadi tambah banyak.
"Kyaaaaaa!"
Keributan terdengar di kelas 12-3 di pagi buta. Bangku-bangku berguncangan karena cowok-cowok yang terbangun akibat teriakan maha dahsyat itu.
"Buset! Aku masih ngantuk nih!" protes Wendi. Ia mengucek-ucek matanya. Penglihatannya begitu buram karena bangun dadakan.
"Ada balesan! Ada balesan dari cowok itu!" Olla panik. Tangannya gemetaran. "Kapan dia masuk?"
Para cowok pun menghampiri Olla.
Sandi merebut kertas surat itu dari Olla dan membacanya. Matanya yang tadinya sepet langsung mendelik. "Sumpah horror banget! Gimana bisa dia tahu lo nginap di sini?"
"Tapi kan pintu kita kunci," jawab Lexi yang kemudian menguap beberapa kali.
"Bisa jadi dia lewat jendela yang nggak dikunci." Bulu kuduk Wendi seketika berdiri. "Olla... jangan-jangan yang suka sama kau hantu—
Olla menjitak kepala Wendi. "Sembarangan!" Ia berkacak pinggang, menatap teman-temannya satu per satu dengan kesal di dada. "Udah jelas buat gue! Pasti salah satunya kalian!" Matanya kemudian menyipit. "Atau kalian kerja sama ngeusilin gue?!"
"Kita ini lagi sibuk. Nggak ada waktu buat ngeusilin lo," tukas Lexi dengan wajah juteknya.
"Terus siapa dong? Bisa gila gue lama-lama!"
"Gue udah bilang kan, nggak usah ditanggepin. Lama-lama lo bisa nggak fokus gara-gara dia. Inget, lo masih ada tugas buat kita lomba nanti. Gue nggak mau kacau gara-gara lo," ujar Lexi lebih sangar.
"Bener itu, Dek! Paling main-main aja itu. Kalau serius kan pasti berani ngomong langsung." Wendi mendukung Olla untuk melupakan orangnya.
"Iya, sih," volume suara Olla menurun. "Ini orang juga sok tahu banget nyaranin gue kuliah dulu. Gue kan bisa langsung kerja."
Sandi terdiam sejenak menatap Olla. "Tapi gue setuju sama orang yang kirim lo surat. Gue nggak mau lo ke Batam."
Kedua alis Olla naik. "Emangnya kenapa kalau gue ke Batam?" tanyanya dengan nada sewot.
"Nggak ada yang ngurus gue," Sandi mengeluarkan wajah memelasnya.
"Ya, lo diurus sama nyokap lo lah!"
Wendi dan Lexi hanya memperhatikan dua sahabat itu saling bicara.
Sandi semakin cemberut. "Kenapa harus di Batam, sih? Jauh banget."
"Kalau lo segitunya nggak mau pisah sama gue, kenapa nggak ngikut gue aja ke Batam?" Olla memberikan Sandi penawaran.
"Sandi lo manja kali jadi cowok. Aku jaminlah kalau kau jadi suaminya Olla, kau bakal sering ngerepotin Olla terus," komentar Wendi yang cengengesan.
"Dih? Siapa juga yang mau sama dia!" Olla lekas membuang muka, membuat bibir Sandi kian mengerucut.
Olla lalu memasukkan bonekanya ke tas dan berjalan sempoyongan menuju pintu kelas.
"Eh, mau ke mana?" tanya Sandi.
"Balik," tukas Olla yang keluar dari kelas begitu saja. Karena ia tidak membawa peralatan mandi, maka dari itu ia memilih mandi di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING LETTERS
Teen FictionCover dibuat sama sahabatku Andini Fitri Lubis BEBERAPA PART DIPRIVATE, SILAKAN FOLLOW DULU SINOPSIS: Empat murid SMK dari kelas animasi bertekad memenangkan lomba membuat video animasi pendek yang pemenangnya akan showcase ke festival animasi inter...