7

8.6K 388 0
                                    


Happy reading 💞

Sinar matahari melewati celah jendela seorang cewek yang masih tertidur pulas, mata yang tadinya terpejam mulai terbuka perlahan-lahan. Saat membuka mata rasanya terasa berat, kantung mata menghiasi daerah matanya, bibirnya juga pucat. Namun, hal itu tak membuat Hera untuk enggan bangkit dari tidurnya. Hera segera mandi dan bersiap-siap karena jam sudah menunjukkan pukul 06.00, ia harus segera berangkat karena menggunakan kendaraan umum.

Hera segera menggemblok tasnya dan turun ke bawah untuk sarapan, saat sampai di meja makan ia melihat kakaknya namun ia hanya bersikap acuh tak acuh.

"Pagi sayang..." sapa ayah dan bundanya sambil tersenyum ke arah Hera.

"Pagi juga ayah bunda..." jawab Hera tanpa menghiraukan kakaknya, karena biasanya ia menyapa kakaknya terlebih dahulu.

"Sayang, kamu gak papa kan? Muka kamu kelihatan pucet gitu, kalau gak enak badan mending gak usah masuk dulu aja. Biar nanti ayah atau bang Bara aja yang anter surat ijinnya," ucap bundanya dengan nada khawatir.

"Gak usah bun, Hera gak papa," jawab Hera dengan senyum yang meyakinkan jika ia tidak apa-apa.
"Ya udah ya bun, Hera mau berangkat dulu, assalamualaikum" ucap Hera sambil menyalimi kedua tangan orang tuanya dan segera berlalu pergi.

"Waalaikumsalam," jawab mereka semua yang ada di meja makan.

Hening

"Ada masalah apa kamu sama Hera, biasanya gak kayak gini," tanya ayah memecah keheningan kepada Bara karena merasa heran dengan sikap kedua anaknya.

"Gak papa yah, cuman masalah kecil," jawab Bara. "Ya udah Bara mau berangkat dulu, assalamualaikum," kata Bara melakukan hal sama seperti yang dilakukan Hera.

"Waalaikumsalam," ucap kedua orang tuanya.

***

Hera sudah sampai di depan gerbang sekolahnya, ia berjalan melewati koridor-koridor yang mulai ramai dengan beberapa orang yang berlalu lalang. Sesampainya di kelas X IPA 1, ia segera masuk dan meletakkan tasnya di sebelah bangku Chika.

Chika yang melihat Hera sudah datang menghampiri mejanya dan duduk disamping Hera. Chika mengamati Hera yang sedang menelusupkan kepalanya di atas kedua tangannya yang dilipat di meja. Merasa heran, Chika menempelkan tangannya di dahi Hera dan merasakan hawa panas di tubuh temannya.

"Ra, lo gak papa badan lo kok panas?" Tanya Chika dengan nada khawatir. Hera hanya menggelengkan kepalanya saja sebagai jawaban.

Bel tanda masuk sudah berbunyi memotong pembicaraan antara mereka, pelajaran pertama adalah fisika. Saat pelajaran berlangsung Hera memang terlihat fokus terhadap papan tulis, tapi siapa sangka sebenarnya pikirannya sedari tadi tidak ada di kelasnya.

Dua jam pelajaran sudah berlalu, sekarang sudah berganti pelajaran olahraga. Cewek-cewek di kelas Hera segera berlalu ke kamar mandi untuk berganti baju, sedangkan para cowok tetap berada di kelas. Hera dan Chika, mereka cewek terakhir di kamar mandi karena sedari tadi dia ribet soal dandanannya. Hera yang melihat hanya mengehela nafas karena merasa percuma jika menasehati Chika.

"Chik, cepetan nanti pak Jon marah kalo kita telat," ujar Hera memperingatkan.

"Bentar Ra, ini nanti kalau bedak gue luntur gimana? Kan kalau luntur cantik gue bisa berkurang, makanya gue tebelin biar gak hilang. Gue bingung deh kenapa kalau olahraga harus di luar panas-panas an, mending di dalem ruangan aja, trus dikasih AC kan enak sekalian refreshing," cerocos Chika sambil menyapukan bedak di wajahnya.

"Gila kali ya lo, namanya olahraga itu tujuannya biar kita ngeluarin keringat jadi ya harus di luar, kalau di dalem ruangan ada AC nya pula namanya bukan olahraga," jawab Hera dengan malas. "Udah ayo cepetan, gue tinggal ya," ucap Hera sembari meninggalkan Chika. Chika yang melihat ia ditinggal segera berlari menyusul Hera.

KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang